Companies Green Companies zkumparan

Indeks SRI-Kehati, Seimbangkan Aspek Bisnis dan Lingkungan

Indeks SRI-Kehati sejalan dengan pertumbuhan kapitalisasi pasar sesuai dengan minat investor mengakumulasikan pembelian sahamnya yang terdaftar di indeks ini. Kapitalisasi pasar Indeks SRI-Kehati pada 2017 senilai Rp3.386 triliun, tumbuh 27,48% dibandingkan angka pada tahun 2016, senilai Rp2.656 triliun.

Indeks SRI-Kehati ini juga merupakan indeks harga saham hasil kerja sama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati (Kehati). Diluncurkan 8 Juni 2009, SRI merupakan akronim dari Sustainable Responsible Investment. Indeks SRI-Kehati pada akhir Desember 2017 ditutup menguat 27,52%atau menjadi 395,56 poin dari 310,19 di tahun 2016.

Namun, tercatat Indeks SRI-Kehati dari tahun lalu hingga 8 Juni 2018 (year to date) berada di level 349,59 poin, atau turun 11,62%. Kondisi tersebut tetap memberikan proyeksi yang cukup bagus atas pertumbuhannya di akhir tahun. Konsesus pelaku pasar melihat bahwa akan tumbuh sebesar 10% karena tren positif yang terjadi selama 2013-17.

Menurut Ketua Pembina Yayasan Kehati, Ismid Hadad, Indeks SRI-Kehati dimaksudkan untuk memberikan pedoman berinvestasi di pasar modal dengan benchmark memuat kriteria emiten yang memiliki kinerja baik dan kesadarannya terhadap pelestarian lingkungan & sosial. “Selain tolak ukur investasi, indeks ini juga merupakan bentuk komitmen perusahaan kepada lingkungan hidup dan ekonomi masyarakat yang rentan terhadap sekitarnya,” tambahnya.

Indeks SRI-Kehati juga menjadi indeks hijau (green index) pertama di Asia untuk menciptakan sarana pengusaha untuk menyelamatkan bumi. Bahaya global warming begitu berdampak pada lingkungan, dan salah satu langkah ini mampu membantu menekan ancaman tersebut. Yayasan Kehati memilih 25 perusahaan yang tercatat di Buras Efek Indonesia (BEI) dan memenuhi kriteria untuk dicatatkan ke Indeks SRI-Kehati. Evaluasi dilakukan dua kali dalam setahun, April dan Oktober, dan dipublikasikan oleh BEI.

Ismid Hadad juga memaparkan penilaian untuk dapat masuk ke dalam Indeks SRI-Kehati dengan melalui tiga tahap. Pertama, menilai bisnis inti perushaan yang tidak tersangkut alkohol, senjata, pestisida, tembakau, pornografi, perjudian, pertambangan, dan genetically modified organism. Kedua, penilaian kinerja keuangan dengan nilai kapitalisasi pasar minimal Rp1 triliun, total aset tidak kurang dari Rp1 triliun, price earning to ratio (PER) harus positif, kepemilikan saham publik diatas 10%, dan tidak membukukan kerugian.

Ketiga, menilai aspek fundamental perusahaan yang mencakup enam protokol Indeks SRI-Kehati, yakni GCG, sikap perusahaan ke lingkungan (environment), perlakuan ke masyarakat lokal, perilaku proses, tata kelola SDM, dan penegakan HAM. Setelah enam protokol tersebut dinilai, yayasan akan mengkaji kegiatan bisnis perusahaan terkait kelestarian lingkungan hidup dan pengembangan komunitas.

Tren positif Indeks SRI-Kehati menurut Analis Senior PT Danareksa Sekuritas, Lucky Bayu Purnomo, lajunya akan menguat 5-11% karena potensi kinerja fundamental dari 25 anggotanya bakal relatif solid. “Investor cenderung memberikan apresiasi beli terhadap saham-saham yang masuk di Indeks SRI-Kehati,” jelasnya.

Saham-saham yang diakumulasi beli oleh investor, antara lain PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT), PT Wijaya Karya Beton Tbk. (WTON), PT Astra International Tbk. (ASII), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk. (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR), PT Timah (Persero) Tbk. (TINS), PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), dan PT United Tractors Tbk (UNTR).

Pendapat tak jauh berbeda diungkapkan Reza Priyambodo, Analis Senior PT Binaartha Sekuritas. “Bobot paling tinggi berdasarkan market cap adalah BBCA, BBRI, TLKM, PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), ASII, dan BBNI,” ungkapnya. Sedangkan return (imbal hasil) Indeks SRI-Kehati selama lima tahun berturut-turut (2012-17) melalmpaui imbal hasil IHSG. Menurut Direktur Yayasan Kehati, Riki Frindos, imbal hasil Indeks SRI-Kehati sebesar 27,52% di tahun 2016, sementara imbal hasil IHSG tumbuh 19,96%.

Perbankan merupakan salah satu sektor yang menonjol, kontribusinya terlihat di market cap-nya yang besar, seperti BBCA senilai Rp562 triliun, BBRI Rp385 triliun, BMRI Rp339 triliun, dan BBNI Rp154 triliun. Lucky mengungkapkan bahwa saham di Indeks SRI-Kehati senantiasa mempraktikan prinsip Triple Bottom Line atau 3P (Profit, Planet, People) sebagai pilar utama dalam menjalankan bisnis. “Investor meyakini saham di Indeks SRI-Kehati berpotensi mencetak keberlanjutan usaha dan pertumbuhan laba,” ungkap Lucky.

Riki Frindos, Direktur Eksekutif Yayasan Kehati juga menyampaikan bahwa investor sangat mengapresiasi dan bersedia membayar harga premium untuk membeli saham emiten yang berkategori sustainable dan responsible. Instrumen ini dikelola manajer investasi yang bekerja sama dengan Yayasan Kehati. Hasil pendapatannya digunakan sepenuhnya untuk membiayai program pemanfaatan keanekaragaman hayati Indonesia.

Yayasan Kehati menyeleksi 10 dari 25 perushaaan Indeks SRI-Kehati untuk dinilai lebih lanjut sebagai kandidat penerima SRI-Kehati Award 2018. Sepuluh perusahaan tersebut antara lain BNI, BRI, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI), United Tractors, PGN Astra, PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR), PT Astra Argo Lestari Tbk. (AALI), Uilever, dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN). Dan tiga besar SRI-Kehati Award 2018 hasil penilaian juri disabet oleh BNI, BRI, dan PGN.

Reportase: Are Liliyah, Herning Banirestu, Nisrina Salma, Sri Niken www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved