Leaders Factory zkumparan

Erajaya Swasembada, Kencang Cetak Leader untuk Dukung Ekspansi Bisnis

Teguh Yoga Raksa, Kepala HR Digital and People Development Erajaya (tengah), bersama Tim
Teguh Yoga Raksa, Kepala HR Digital and People Development Erajaya (tengah), bersama Tim

Perusahaan lain mungkin bingung dengan perkembangan teknologi digital belakangan ini. Tak demikian dengan PT Erajaya Swasembada Tbk. Maklumlah, Erajaya selama ini berkiprah di bisnis ritel dan distribusi aneka macam perangkat elektronik. Justru perkembangan teknologi digital tersebut dimanfaatkan perusahaan ini untuk membantu program pengembangan SDM-nya.

Perkembangan sektor e-commerce tentu merupakan tantangan tersendiri bagi perusahaan ritel seperti Erajaya. Namun, manajemen perusahaan ini tetap optimistis di tahun 2019 bisa menambah hingga lebih dari 200 gerai ritel baru. Hingga saat ini Erajaya telah memiliki 1.054 gerai ritel.

Selain rencana penambahan gerai ritel baru, Erajaya sekarang mengembangkan bisnis baru di bidang medical technology dan electronic cigarette. Tahun ini Erajaya menyiapkan belanja modal (capex) senilai Rp 300 miliar yang sebagian besar dialokasikan untuk pembukaan gerai baru. Aneka pengembangan bisnis itu tentunya perlu didukung pengembangan talenta kepemimpinan. Misalnya, untuk menyiapkan tambahan store leader.

Menurut Teguh Yoga Raksa, Kepala HR Digital and People Development Erajaya, di akhir 2011 –ketika Erajaya melakukan IPO– perusahaan ini hanya bisa mencetak 1.500 store leader. Namun per tahun 2018, Erajaya sudah mencetak store leader sebanyak 8.681 orang dan sekarang sudah mencapai 9.235 orang. Selain itu, training center Erajaya juga sedang bertransformasi menjadi corporate university.

Berdasarkan catatan perusahaan ini, leader yang dibentuk dari internal per Agustus 2018 sebanyak 87%. Sisanya memang diambil dari eksternal (pasar tenaga kerja profesional). “Karena, Erajaya tidak punya kapabilitas dalam bidang bisnisnya, seperti yang ada di lini medical technology, financial technology, hingga electronic cigarette,” kata Teguh.

Program pengembangan karyawan di Erajaya, dijelaskan Teguh, bersifat terintegrasi. Mulai dari Assessment Center, Learning & Development, hingga Leaders Involvement in Learning Process.

Teknologi digital pun dimanfaatkan perusahaaan ini. Erajaya telah memiliki aplikasi bernama LEAP. Hingga saat ini, aplikasi tersebut memiliki hampir 5.000 pengguna aktif dengan isi konten cross competencies yang berjumlah total 500 konten, tujuh fitur baru, 34 brand product, dan melayani karyawan di 67 kota di Indonesia.

Teguh menyebut LEAP menjadi solusi bagi pengembangan kompetensi karyawan generasi milenial. Juga, untuk memperluas jangkauan pembelajaran karena cakupan bisnis Erajaya bersifat nasional. LEAP berisi modul pelatihan seperti sales promotion, SOP, dan basic selling skills, sehingga karyawan dapat belajar mandiri sebelum mendapatkan sesi di dalam kelas. Untuk ritel, LEAP dirancang untuk membantu tim penjualan dalam hal pengetahuan tentang produk.

“Semua level, termasuk para leader, harus memastikan setiap tim di bawahnya mengerjakan modul yang ada di aplikasi tersebut karena nantinya akan masuk ke dalam KPI mereka,” kata Teguh.

Di Erajaya, prinsipnya “people drive business”. “Kalau program pengembangan tidak berdampak pada sales, menurut saya hal tersebut hanya sekadar rutinitas,” kata Teguh. Ia melanjutkan, “Dulu belum ada aturan untuk menertibkan performance, karena itu disusunlah KPI. Dari sini semua karyawan semakin tertib.”

Menurut Teguh, Integrated Development Program tersebut akan menjadi bagian dari Erajaya Corporate University, dengan tujuan memastikan semua karyawan memiliki kompetensi yang sesuai untuk setiap tingkat jabatan.

Program yang ada di dalamnya, antara lain, Store Leader Development Program, New Store Development Program, dan Mini MBA Program. Metode pembelajarannya memakai pola blended learning. Karena cabang dan gerainya juga banyak di berbagai daerah, kantor pusat mengirimkan trainer ke berbagai daerah. “Sebab, human touch juga penting,” ujarnya. Erajaya punya framework yang disebut On Field bagi para trainer dan disediakan to-do list terkait hal apa saja yang harus dilakukan.

“Saya melihat bahwa lanskap bisnis sudah berubah, begitu juga generasi pekerja sudah berbeda. Karena itu, kami ingin bermigrasi dengan cara belajar dan cara kerja yang baru,” Teguh menandaskan.

Seiring dengan pertumbuhan bisnis, biasanya Erajaya merekrut 300-400 karyawan per bulan. Adapun turn-over karyawan di bisnis ritel Erajaya mencapai 4% per bulan. “Sudah cukup menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 6-7%,” kata Teguh.

Direktur HR, Legal, dan CSR Erajaya Jimmy Peranginangin menjelaskan, tantangan lain yang dihadapi perusahaannya adalah menumbuhkan kesadaran leader setiap divisi. “Bahwa organisasi yang kuat adalah organisasi yang mampu dikelola oleh masing-masing leader-nya,” ujar Jimmy. Selain itu, yang menurutnya tak kalah penting, dukungan dari manajemen puncak dan bagaimana mengeksekusi program secara disiplin. (*)

Jeihan Kahfi Barlian & Chandra Maulana

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved