SWA100

Cara Perumnas Siasati Minimnya Landbank

Cara Perumnas Siasati Minimnya Landbank

Luas cadangan lahan (Landbank) Perusahaan Umum Perumnas (Perumnas) hanya tinggal 2.000 hektar yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk mengejar target pendapatan sebesar Rp 2,5 triliun, Perumnas menggandeng BUMN dan pemerintah daerah yang memilik lahan di tengah kota.

“Kami berharap bisa membangun rusun dan apartemen. Lahan sebaiknya berada di kota atau dekat dengan sarana transportasi. Kami jarang memiliki lahan di dekat kota,” kata Direktur Utama Perumnas, Himawan Arief Sugoto.

Perusahaan Umum Perumnas sejatinya menjadi alat pemerintah untuk menyediakan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Mereka juga seharusnya mampu menstabilkan harga rumah untuk menjaga daya beli masyarakat berpenghasilan rendah.

Tapi, fungsi itu semakin terkikis pascakrisis ekonomi. Perumnas kini tak jauh berbeda dengan banyak pengembang perumahan yang lain. Yakni, membeli tanah dengan dana investasi, membangun rumah dengan modal kerja perbankan, serta menjual dan melakukan promosi agar laku keras.

Himawan Arief Sugoto, Direktur Utama Perum Perumnas

Himawan Arief Sugoto, Direktur Utama Perum Perumnas

“Perumnas dari sisi aset sudah lebih dari Rp 5 triliun. Itupun hanya nilai buku. Kalau direvaluasi, nilai asetnya bisa mencapai Rp 20 triliun. Kami banyak menggarap segmen bawah dengan harga murah dan volume yang banyak,” katanya.

Tahun ini, Perumnas menargetkan pendapatan Rp 2,5 triliun dengan jumlah unit rumah sekitar 25 ribu, baik rumah tapak (landed house) maupun rumah vertikal. Angka ini tumbuh cukup signifikan dibanding realisasi di tahun 2015 yang hanya 17 ribu unit.

“Kami harus memastikan proyek strategis kami berjalan. Yang paling banyak dengan volume sebesar itu adalah di vertical housing, baik rusunami maupun apartemen sederhana. Dengan 4 proyek yang sudah berjalan, kami harapkan target pendapatan bisa tercapai,” katanya.

Himawan menjelaskan, Perumnas mendorong anak perusahaan yakni PT Propernas Griya Utama (Propernas), untuk menggarap perumahan yang lebih komersial dengan harga di atas Rp 300-400 juta. Propernas mengawali bisnis di tahun 2009 yang fokus menyediakan rumah untuk segmen menengah ke atas, pengelolaan gedung/apartemen, dan jasa konstruksi.

“Perumnas induk lebih fokus ke misi menyediakan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Anak perusahaan lebih ke komersial. Kontribusi terbesar masih tetap Perumnas induk. Pemerintah menargetkan 200 ribu unit rumah pertahun. Tapi, rasanya agak berat. Bisa menyuplai 100 ribu (unit) pertahun saja sudah bagus,” katanya. (Reportase: Sri Niken Handayani)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved