Business Champions Companies SWA100 zkumparan

Sinar Mas Multiartha, Kencangkan Digitalisasi dan Rajin Bermitra

Sinar Mas Multiartha, Kencangkan Digitalisasi dan Rajin Bermitra
Doddy Susanto, Dirut Sinar Mas Multiartha
Doddy Susanto, Dirut Sinar Mas Multiartha

Di antara perusahaan publik yang bergerak di bidang jasa keuangan di Tanah Air, PT Sinar Mas Multiartha Tbk. (kode emiten: SMMA) merupakan salah satu pemain terkemuka. Dalam daftar SWA100 terbaru, SMMA masih bertahan di posisi 20 besar (tepatnya peringkat 17), meskipun turun dibandingkan posisi tahun lalu (peringkat 13). Dengan mencatat nilai Wealth Added Index (WAI) kali ini sebesar Rp 12,47 triliun, dilihat dari sektor keuangan secara umum, posisi SMMA hanya “kalah” dibandingkan dengan bank-bank ternama: BCA, BRI, Bank Mandiri, BNI, Bank Mayapada, dan Bank Danamon.

Perusahaan yang tergabung dalam Grup Sinarmas ini berdiri pada 1982 dengan nama awal PT Internas Artha Leasing Company. Kini, Sinar Mas Multiartha menyediakan aneka jasa keuangan, seperti asuransi jiwa, asuransi nonjiwa, sekuritas, layanan perbankan dan pasar modal, multifinance, hingga teknologi informasi. “Eksistensi kami sudah lama, sejak tahun 1980-an. SMMA itu induk perusahaan yang dulunya berasal dari finance company,” kata Doddy Susanto, Dirut Sinar Mas Multiartha, kepada Nisrina Salma dari SWA.

Sinar Mas Multiartha hingga saat ini menyediakan beragam jasa keuangan, seperti asuransi jiwa dan non-jiwa, sekuritas, layanan perbankan dan pasar modal. Anak-anak perusahaannya yang cukup ternama antara lan Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Life (berkolaborasi dengan Mitsui Sumitomo Insurance Group), Asuransi Sinar Mas, Asuransi Simas Jiwa, Sinar Mas Sekuritas, dan Sinar Mas Multifinance. Sinar Mas Multiartha bahkan juga sudah terjun ke bisnis fintech, dengan membuka layanan P2P lending bernama Danamas.

Menurut Doddy, langkah yang dilakukan pihaknya untuk menjaga eksistensi dan kinerjanya pada dasarnya sederhana, yakni melihat tren yang berkembang di bisnis jasa keuangan. “Sekarang trennya di industri keuangan adalah digital. Maka, langkah paling mudah adalah mendigitalisasi layanan,” katanya. Ia menyebutkan, berbeda dengan industri manufaktur, di industri keuangan semua hal bisa didigitalisasi, apakah itu layanan perbankan, asuransi, multifinance, ataupun manajemen aset.

Doddy mengklaim pihaknya telah melakukan banyak langkah digitalisasi layanan. Namun, yang menurutnya lebih sulit ketimbang membangun sistem adalah mengedukasi masyarakat pengguna, karena terkadang butuh pertemuan face to face. Pihaknya biasanya mengadakan acara seminar, gathering, atau terkadang conference call kantor daerah dengan kantor pusat.

“Edukasi ini perlu waktu,” ujar Doddy. Karena itu, yang dipentingkan lebih dulu adalah bagaimana layanan perusahaannya bisa hadir di semua wilayah. “Di semua kota provinsi kami sudah ada, sekarang masuk ke kota-kota tier-2,” katanya. “Paling tidak, kalau mereka butuh bantuan, kami punya kantor cabang yang menangani,” tambahnya. Layanan perusahaannya kini telah memiliki jaringan di sekitar 400 kota, yang diperkuat puluhan ribu karyawan.

Di bidang fintech, menurut Doddy, Sinar Mas Multiartha sudah terbilang advanced. “Fintech kami, Danamas, merupakan yang pertama mendapatkan lisensi P2P lending (dari Otoritas Jasa Keuangan),” katanya bangga, mengingat baru sedikit fintech yang sudah mendapatkan lisensi semacam itu. Pada pertengahan Mei 2019, Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mengumumkan ada empat anggotanya, yakni Investree, Amartha, Dompet Kilat, dan Kimo, yang telah mengantongi izin usaha (lisensi) dari OJK sebagai perusahaan-fintechlending. Secara keseluruhan, bila ditambah Danamas sebagai yang pertama, sudah ada lima startup pendanaan yang memperoleh izin usaha dari total 113 anggota AFPI yang berstatus terdaftar.

“Memang tidak mudah dapat lisensinya,” ujar Dodik. Ia menjelaskan, untuk mendapatkan lisensi tersebut, banyak hal yang dilihat. Buat kalangan startup pada umumnya, yang mulainya dari relatif kondisi minim, tentu lebih sulit lagi. Beruntung, pihaknya tidak memulai dari kondisi minim seperti itu, karena infrastruktur layanannya telah ada, baik dari sisi dukungan perbankan, sekuritas, maupun asuransi. “Ekosistemnya juga kami sudah ada,” tambahnya.

Selain langkah digitalisasi, upaya pihaknya yang cukup menonjol adalah menjalin kemitraan dalam pengembangan usaha. “Kami banyak sekali melakukan partnership,” ujar Doddy. Ia menyebutkan, di bisnis fintech pihaknya bermitra dengan Itochu dari Jepang, di asuransi jiwa dengan Mitsui Sumitomo (juga dari Jepang), di asuransi kerugian dengan Kunmin Bank (China); dan sebagainya.

Mengapa Sinar Mas Multiartha perlu bermitra? Menurut Doddy, pasar Indonesia, dengan penduduk sekitar 260 juta orang, merupakan pasar yang besar. Anggap saja yang sudah bankable atau servable 50%, berarti masih ada lebih dari 100 juta yang belum terlayani. “Pasarnya besar, kami sendirian tidak akan mampu,” ujarnya.

Lalu, mengapa perlu banyak mitra? “Dengan cara ini, saya bisa mendiversifikasi risiko. Kalau hanya bermitra dengan satu pelaku, bayangkan saja kalau itu bermasalah,” kata Doddy memberi alasan.

Untuk masyarakat yang unservable dengan layanan perbankan, Doddy mengaku amat mengandalkan layanan fintech. Namun diakuinya, praktiknya tak semudah teorinya, karena misalnya di beberapa daerah masih dialami susah sinyal. Ia mengaku berharap proyek seperti Palapa Ring –yang sudah digarap sejak Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono– akan bisa membantu perbaikan konektivitas ini.

Untuk layanan funding (penghimpunan dana) dan lending (penyaluran dana pinjaman), Doddy menyebut pihaknya akan menitikberatkan di daerah-daerah yang unservable tadi. “Saya mau ke arah sini saja, apalagi saya punya jaringan di ratusan kota,” ujarnya. Kota-kota besar seperti Jakarta pasti sudah digarap oleh lembaga-lembaga keuangan (terutama bank) asing. “Kalau di daerah-daerah, mereka tidak mengenal local rule-nya,” ujarnya lagi.

Ke depan, menurut Doddy, pihaknya akan banyak berinvestasi di perusahaan yang dinilai prospektif. “Kami ini venture capital ‘jadul’, sehingga kami selalu ikut operasional penuh,” katanya setengah berseloroh. (*)

Joko Sugiarsono/Nisrina Salma

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved