Companies Corporate Transformation zkumparan

Tangan Dingin ITDC Membangun Pariwisata Kelas Dunia

Abdulbar M. Mansoer, Presiden Direktur ITDC (Indonesia Tourism Development Corporation)

Tak kenal maka tak sayang, pemeo ini menggambarkan posisi Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) di tengah masyarakat awam. Tak pelak, meski sudah 45 tahun beroperasi, masih banyak orang yang belum mengenal BUMN yang dulunya bernama PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero), itu.

Kini, seiring berjalannya waktu dan prestasi yang diukir ITDC, nama perusahaan pemerintah bidang pengelolaan pariwisata itu mulai dikenal sebagian masyarakat.

Sejatinya, bisnis ITDC yang digeluti selama ini adalah mengembangkan dan mengoperasikan kompleks pariwisata dunia, tepatnya di Nusa Dua, Bali. “Perusahaan kami sudah 45 tahun berdiri, tapi memang belum terlalu masuk di benak masyarakat umum, karena operasional kami selama ini hanya di Bali,” kata Abdulbar M. Mansoer, Presiden Direktur ITDC.

ITDC didirikan pada tahun 1973 setelah dilakukan studi menyeluruh oleh Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia guna mencari model pengembangan destinasi wisata terpadu dan berkelanjutan. “Pada dasarnya, kami adalah resort developer khusus di bidang kawasan pariwisata,” kata Abdulbar. Dukungan dari pemerintah didapatkan dalam hal pemberian tanah dan penugasan untuk membangun kawasan. Setelah Nusa Dua, tahun 2008, perusahaan dipercaya untuk mengembangkan kawasan pariwisata Mandalika, Lombok seluas 1,175 hektar.

Bersamaan dengan perubahan namanya menjadi ITDC di tahun 2014, visi baru perusahaan sebagai pengembang pariwisata terpadu Indonesia ditetapkan. ITDC menyempurnakan Nusa Dua menjadi kawasan pariwisata cerdas dan ramah lingkungan. Dan saat ini Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Mandalika, Lombok digalakkan ITDC sebagai program pemerintah menciptakan pariwisata kelas dunia. “Sebagai KEK, sewa lahan diperbolehkan hingga 80 tahun, serta ada insentif pajak dan non-pajak,” ungkapnya.

Abdulbar menjelaskan, ada empat misi perusahaan, yakni mengembangkan destinasi pariwisata yang terpilih melalui kerja sama dengan pemerintah dan masyarakat; menjadikan brand equity perusahaan sebagai indikator promosi destinasi pariwisata Indonesia melalui kerja sama dengan institusi internasional; membentuk SDM yang berkualitas di bidang pengelolaan destinasi; dan bersinergi dengan BUMN lain dalam pengembangan destinasi pariwisata.

Apa yang telah dilakukan ITDC merupakan sebuah langkah perusahaan untuk bertransformasi. Menurut Abdulbar, ada sejumlah langkah transformasi yang dilakukan, pertama, transformasi dari segi cakupan bisnis. “Sebelumnya, selama 40 tahun, ITDC hanya berkonsentrasi di Bali. Kami kemudian memperluas jangkauan, tidak hanya di Bali saja,” ujarnya. Transformasi ini mengubah pola pikir dan zona nyaman awak perusahaan untuk terbuka untuk seluruh wilayah Indonesia dengan slogan citra ‘Creating Destinations.’

Kedua, seiring dengan perubahan visi perusahaan, aspek human capital dan operasional juga ditransformasi. Alasannya, sebelumnya karyawan perusahaan hanya mengurusi satu kawasan (Bali), saat ini harus aktif mencari dan mengembangkan destinasi baru. Ketiga, terkait dengan transformasi kedua, harus ada perubahan segi kapabilitas (skill) karyawan perusahaan.

“Berkembangnya pariwisata dicakup ITDC untuk menjadi pariwisata terkemuka dunia. Kami dibantu PricewaterhouseCooper merumuskan corporate values, yang terdiri dari Customer Focus, Innovation, Profesionalism, Teamwork, dan Integrity,” ungkapnya.

Dari sisi organisasi, ITDC telah melakukan rekrutmen SDM berkompeten sebagai langkah pendukung transformasi perusahaan. Sekitar 80% di bawah level direksi berasal dari rekrutmen baru. Selain itu, dari sisi operasional, karywan ITDC yang selama ini bekerja penuh di Bali, kemudian ditugaskan di Jakarta atau proyek Mandalika, sesuai dengan kompetensinya.

Terkait transformasi ini, ITDC pasti mengalami tantangan seperti keengganan dari sebagian pihak internal. Tantangan lainnya adalah resistensi dari penduduk setempat ketika ada proyek pembukaan destinasi wisata baru. “Kondisi masyarakatnya kan berbeda dengan di Bali. Untuk proyek baru di Mandalika, permasalahan serupa berhasil diatasi dan 109 hektar kebutuhan lahannya telah diselesaikan tahun lalu,” ungkapnya.

Saat ini, Key Performance Indicators (KPI) keberhasilan Abdulbar dan timnya ada tiga. Pertama, percepatan pembangunan Mandalika, Lombok. Kedua, optimalisasi kawasan Nusa Dua, Bali. Ketiga, pengembangan destinasi baru. “Kami dituntut untuk berpikir agar menjaga kestabilan perusahaan yang sudah berjalan puluhan tahun ini. Manajemen mencoba untuk going beyond comfort zone,” tambahnya.

Maka dari itu, ITDC membuat business line baru, antara lain strategi sebagai Destination Management Organization (DMO) seperti yang dilakukan pada proyek Mandalika. “Di Mandalika kami masuk sebagai DMO. Dalam pengembangan Mandalika membutuhkan dana sekitar Rp3 triliun. Jika ada pihak yang ingin membuat tempat seperti Nusa Dua atau Mandalika, kami bisa menjadi destination manager,” jelasnya.

Kedua,dengan strategi sebagai Utilities Provider (ITDC Utilities), yang bisa menjadi sumber pendapatan yang berkelanjutan. Bidang usahanya seperti pengolahan air bersih, air limbah, gas, listrik, hingga aplikasi digital usaha agen perjalanan, Xplorin. Bisnis ini juga mencakup penataan parkir komersial (seperti Nusa Dua), pengadaan ICT, pengolahan desalinasi air laut menjadi air bersih, dan masih banyak lagi pengembangannya.

Ketiga, strategi baru dengan kepemilikan aset-aset produktif (ITDC Property). Ketika di Bali, ITDC ikut memiliki aset Marriot dan Mercure hanya karena mereka tidak membayar sewa, yang kemudian dikonversi menjadi saham. Startegi baru ini memberanikan ITDC untuk berinvestasi langsung tetapi bekerja sama dengan BUMN yang kompeten. Misalnya, Clubmed, ITDC bekerja sama dengan PP (Persero), dengan begitu komposisi saham ITDC adalah mayoritas.

Indikasi baik dengan adanya transformasi ini adalah nilai aset perusahaan yang terus meningkat sejak timnya ditugaskan mengurus Kawasan Nusa Dua. Kepercayaan pemerintah juga turut meningkat atas keberadaan ITDC. Sebagai contoh, tahun 2016, dana Penyertaan Modal Negara (PMN) yang masuk hanya Rp18 miliar, tetapi kemudian pada 2017 berhasil mendapatkan dana PMN sebesar Rp250 miliar.

Reportase: Yosa Maulana

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved