Business Champions Brands

Jurus Digital Tak Sekadar Punya Website & Mobile Apps

Jurus Digital Tak Sekadar Punya Website & Mobile Apps

Perusahaan mesti waspada melihat pesatnya perkembangan teknologi. Wajah dunia bisnis telah banyak berubah seiring terjadinya revolusi digital. Mereka dituntut untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman jika tak ingin pasarnya tergerus.

Pelaku industri ritel yang tidak peduli dengan e-commerce kaget dengan munculnya startup seperti Bukalapak, Tokopedia, dan Lazada. Bahkan, Lazada sudah dibeli Alibaba. Pengusaha ritel akhirnya sadar harus terus berinovasi agar bisa bertahan dalam iklim bisnis yang ada saat ini.

“Jika inovasi dilakukan di tengah persaingan, menyesuaikan dengan iklim bisnis yang ada sesuai perkembangan teknolog maka pada satu titik nanti akan ada keseimbangan,” kata Widita P. Sardjono, Chief Technology Officer PT IBM Indonesia.

Widita P Sardjono, Chief Technology Officer PT IBM Indonesia saat memperkenalkan cognitive system di Jakarta (foto: Syukron Ali/SWA)

Widita P Sardjono, Chief Technology Officer PT IBM Indonesia saat memperkenalkan cognitive system di Jakarta (foto: Syukron Ali/SWA)

Menurut dia, kalangan perbankan tak menjadikan startup financial technology sebagai pesaing. Keduanya justru berkolaborasi karena memang masing-masing punya kelebihan dan kekurangan.

Bersama-sama, mereka membangun ekosistem perbankan dengan lebih baik lagi mengingat masih banyak masyarakat di Indonesia yang belum tersentuh layanan perbankan.

Meski begitu, perusahaan juga bisa membentuk unit bisnis khusus yang fokus menggarap strategi digital seperti halnya IBM. Perseroan melihat strategi digital tak sekadar memiliki website dan mobile apps.

“Langkah yang dilakukan IBM adalah men-support para perusahaan. Apakah klien sudah merasa puas dengan website dan mobile apps yang ada?” katanya.

Dia menjelaskan, sumber daya manusia yang handal masih menjadi kendala perusahaan dalam menerapkan strategi digital. Nah, IBM bisa hadir untuk menyelesaikan masalah tersebut. Klien dibimbing untuk melakukan pendekatan terhadap konsumen dan bukan pendapatan.

Kenapa? Jika perusahaan paham dengan konsumen mereka, akan terlihat prospek bisnis, bagaimana meningkatkan revenue dan menurunkan cost. Semua bisa dilihat dari pemahaman pola konsumennya. Konsumen seperti apa yang menjadi target.

“Konsumen yang ada tidak pindah ke lain tempat. Apakah konsumen baru yang belum mengenal produk dari perusahaan, ataukah konsumen dari kompetitor yang bergabung. Atau dari kalangan milenial dan lainnya,” katanya. (Reportase: Syukron Ali)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved