Best CEO

Christian Kartawijaya, CEO PT Indocement Tunggal Prakarsa: “Be Visible, Purposeful, and Authentic”

Christian Kartawijaya, CEO PT Indocement Tunggal Prakarsa.
Christian Kartawijaya, CEO PT Indocement Tunggal Prakarsa.

Tujuh tahun memimpin perusahaan yang memproduksi semen dan beton siap pakai terbesar kedua di Indonesia dengan kapasitas 24,5 juta ton, baru kali ini Christian Kartawijaya, CEO PT Indocement Tunggal Prakarsa, mendapat tantangan besar: menghadapi pandemi Covid-19. Di satu sisi, Christian harus mengoperasikan pabrik-pabriknya dan dapat mempertahankan kinerja perusahaan; di sisi lain, ia harus menempatkan kesehatan dan keselamatan karyawan sebagai prioritas utama Perseroan.

“Dibutuhkan kebijakan yang tepat dan tegas menghadapi situasi (krusial) ini,” ujar Christian. Ia bersyukur karena sejak awal pandemi ia beserta direksi segera menerapkan sistem kerja bergantian/paruh waktu, menerapkan 3M, menjalankan pertemuan secara digital/virtual, melakukan koordinasi dan kontrol secara ketat, dll.

Menurut Christian, sejak 10 tahun lalu Indocement memang terbiasa bergerak cepat dan antisipatif sebagai bagian dari spirit perubahan (transformasi). Dulu, ketika memutuskan bertransformasi, pihaknya mengembangkan digital dan otomatisasi dalam operasionalnya.

Di internal perusahaan, misalnya, penggunaan VPN, e-workflow process baik dalam permintaan pembelian, pembelian (easy-supply), maupun di treasury function untuk invoicing & pembayaran sudah mulai tersedia dan dijalankan untuk menggantikan proses manual. “Dengan demikian, kami tidak terlampau tergagap ketika demi keselamatan dan kebaikan, dalam pengoperasian pabrik dan proses distribusi secara bertahap menerapkan proses otomatisasi, ” katanya.

Bahkan di masa pandemi ini, Indocement sengaja mempercepat penggunaan MS-Team & Webex untuk virtual meeting. Lalu, di bidang penjualan, karena 77% penjualan dalam bentuk semen kantong (dijual secara eceran atau ritel), sekarang diperkenalkan SFA tools (Sales Force Automation tools), yaitu apps yang dapat diinstal di ponsel atau tablet para tenaga penjualan/distributor Indocement.

“Ternyata dua hal ini menjadi langkah terobosan yang sangat berarti di masa pandemi, yang membuat kami dapat begitu agile atau lincah dalam berkoordinasi dan mengambil keputusan di dalam situasi pandemi Covid-19 sewaktu pertemuan fisik dan mobilitas sangat terbatas,” Christian menjelaskan dengan bangga.

Sesungguhnya, bila bicara dampak pandemi Covid-19 terhadap perseroan, tentu Indocement pasti terkena. Setidaknya terjadi penurunan permintaan semen yang sangat signifikan, yaitu sekitar minus 10,4% di tahun 2020. Lalu, penurunan semen curah di Indonesia sebesar 22% karena banyak proyek infrastruktur dan komersial yang ditunda sepanjang 2020. Dan, penjualan semen kantong – mayoritas (75%) penjualan semen di Indonesia dalam semen kantong– hanya turun sekitar 6%.

Bagi Christian, sekecil apa pun dampak pandemi, Indocement tidak mau lengah. Ia pun mengambil langkah pengamanan penjualan ritel, yaitu dengan mengembangkan digitalisasi untuk tim penjualan yang kebetulan sudah dimulai pada 2019. Terbukti, langkah tersebut sangat berarti: penjualan semen kantong hanya turun sekitar 3% di 2019.

“Saat kesulitan bertemu langsung secara fisik, sistem e-ordering melalui SFA tools kami benar-benar membantu untuk kontrol dan koordinasi tim penjualan di lapangan dengan para customer, yaitu toko-toko pelanggan kami. Kami berhasil menaikkan pangsa pasar kami di Jawa, dari 34,1% menjadi 34,8%, dan di luar Jawa juga, dari 14,5% menjadi 15,3%,” Christian memaparkan.

Menurut CEO lokal Asia pertama di Heidelberg Cement Group sejak 2014 ini, situasi krisis seperti sekarang benar-benar menguji kepemimpinannya. Dalam hal ini, ia berkaca pada BCG Henderson Institute dalam salah satu artikelnya, “When Leadership Matters Most”. Tiga hal bagi pemimpin yaitu bevisible, purposeful, and authentic.

Christian sependapat bahwa pemimpin yang mau tampil dan mau berkomunikasi dengan timnya, sehingga bisa menjelaskan situasi & kondisi yang sedang dihadapi perusahaan, serta menunjukkan sikap otentik manajemen dalam menghadapi krisis dari waktu ke waktu, adalah pemimpin yang dibutuhkan saat ini.

“Itu sebabnya, sejak masa pandemi Covid-19 mulai, kami memutuskan untuk secara rutin berkomunikasi dengan karyawan Indocement secara virtual melalui CEO Briefing dengan menggunakan fasilitas Webex & MS Team, juga melalui intranet bahkan video WhatsApp untuk menyampaikan langsung kondisi perusahaan dan apa yang harus berubah dalam cara bekerja dan berkoordinasi selama masa pandemi Covid-19,” Christian buka rahasia.

Menurutnya, komunikasi langsung tersebut membawa dampak baik bagi Indocement. Manajemen merasakan dukungan penuh karyawan di semua lapisan karena mereka sangat memahami kondisi pandemi yang membuat kondisi perusahaan sangat terdampak, khususnya di awal pandemi. Pemahaman dan pengertian dari semua karyawan terhadap kondisi yang penuh ketidakpastian membuat mereka dapat menerima dan mendukung penuh segala kebijakan yang diambil pihak manajemen dalam mengantisipasi situasi yang penuh ketidakpastian tersebut.

Adapun manajemen puncak juga memberikan contoh, yaitu selama tiga bulan di awal pandemi memotong remunerasi bulanan secara sukarela sebesar 20%, diikuti para GM, kepala pabrik, kepala divisi-departemen, sampai dengan staf senior. Mereka bersedia mengambil bagian yang sama, sebesar 10%-15%.

“Saya rasa, itu adalah bukti dukungan yang luar biasa dari tim saya yang saya sangat apresiasi. Di satu sisi, untuk sebagian besar karyawan blue collar di pabrik, kami tidak melakukan potongan apa pun dan masih membayar full THR juga,” kata Christian yang tak henti memuji timnya.

Secara spesifik, ada tiga langkah terobosan utama yang dijalankan Christian sebagai CEO Indocement untuk menyelamatkan perusahaan. Pertama, disiplin dalam pengeluaran. Seperti contoh di atas, di awal pandemic Covid-19, ia mengajak manajemen puncak untuk bersama-sama menyetujui voluntary cut of 20% sebagai bentuk keprihatinan bahwa krisis ini akan panjang dan perlu dihadapi bersama.

“Setelah kami ‘walk the talk’, ternyata karyawan sangat mendukung dengan melakukan penghematan besar-besaran di segala lini, baik dalam segi repair & maintenance, biaya overhead dan biaya tetap lainnya,” kata Christian. Hal itu, tambahnya, bisa menghemat lebih dari Rp 200 miliar.

Kedua, mempertimbangkan berbagai skenario untuk melihat jangka menengah dan panjang. Ini penting untuk melihat apa yang akan berubah dan apa yang mesti disiapkan untuk mengantisipasi perubahan dalam beroperasi, dalam mendistribusikan, dan dalam berdagang.

Dan ketiga, mengajak berbagai lapisan karyawan/staf di Indocement untuk mengimajinasikan: bagaimana mengerjakan usaha dengan cara berbeda. Guna merangsang imajinasi karyawan, Christian sengaja membagikan kepada setiap staf milenial artikel Harvard Business Review, McKinsey, dll. –dengan beragam topik: HR, penjualan & pemasaran, kesehatan & keselamatan, strategi manajemen, dsb.

Setelah itu, mereka diminta membuat grup kecil untuk membahas dan mempresentasikan apa yang applicable dan apa yang mesti diubah di Indocement kepada Christian sebagai CEO dan direksi lainnya. “Ternyata, saya mendapat overwhelming ideas yang luar biasa dari anak-anak muda saya di pabrik, di berbagai supporting division!” ungkap Christian bangga.

“Mereka memberi saya beberapa langkah terobosan yang saya ambil untuk saya lakukan segera dan langsung dipraktikkan,” ujar Christian. Temuan barunya antara lain penggunaan batasan akrilik di ruang meeting dan penerapan cara bekerja bergantian.

Terkait pengembangan sumber pendapatan baru, kini Indocement berupaya mencari terobosan pangsa ekspor clinker dan semen putih yang potensial. Pihaknya memperkirakan itu akan memberikan dampak positif yang lumayan bagi pendapatan. “Untuk tahun 2021 ini kami akan menaikkan total volume ekspor kami sebesar 30%-35%,” ujarnya menegaskan.

Selain itu, Indocement juga telah mempersiapkan langkah-langkah terobosan dengan memperkenalkan produk mortar abu-abu, mulai dari untuk acian sampai plesteran (TR 10, TR 15 & TR 20), dan tipe produk-produk semen terbaru, yaitu green cement, semen yang lebih ramah lingkungan dengan mengurangi emisi CO2 sewaktu diproduksi.

Pendeknya, Christian percaya, kerjasama dalam sebuah tim mutlak dibutuhkan untuk meraih kemenangan. Seperti halnya bermain sepak bola, tim pemenang adalah tim yang berhasil menugaskan dengan baik siapa yang bertanggung jawab menjaga pertahanan dan siapa yang bertanggung jawab menjadi penyerang. Tim dengan satu orang yang mau menonjol karena menganggap diri lebih baik daripada yang lain dengan spirit one-man-show justru sering kalah.

Hingga saat ini kinerja Indocement tetap moncer. Dari segi penjualan tahun 2020, pangsanya naik sedikit, dari 25,5% menjadi 25,8%, dibandingkan rata-rata industri. Pangsa pasarnya di Jawa juga meningkat, dari 34,1% menjadi 34,8%, dan di luar Jawa dari 14,5% menjadi 15,3%.

Di segi margin EBITDA, Indocement berhasil rebound dengan sangat baik setelah mendapat pukulan di awal pandemi. Saat itu, di kuartal II/2020, EBITDA-nya hanya 8%, turun drastis turun drastis dari 21% di kuartal I/2020. (*)

Dyah Hasto Palupi & Darandono

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved