Leaders Best CEO zkumparan

Didik Purwanto, CEO PT Elnusa Trans Samudera: Pandemi Mengajarkan Perubahan Adalah Kepastian

Didik Purwanto, CEO PT Elnusa Trans Samudera memberikan paparan dalam acara webinar “Leadership Challenges In The Double Disruption Era” yang diselenggarakan Majalah SWA dan Dunamis.

Didik Purwanto, CEO PT Elnusa Trans Samudera (ETSA) masuk dalam daftar 10 besar BEST CEO 2020 versi Majalah SWA dan Dunamis Organization. Sebagai salah satu pemenang penghargaan bergengsi ini, Didik kemudian membagikan pengalamannya memimpin ETSA melewati badai krisis yang terjadi sepanjang 2020 lalu.

Dalam webinar—yang menjadi rangkaian dari acara virtual awarding BEST CEO 2020 oleh Majalah SWA dan Dunamis—bertajuk “Leadership Challenges In The Double-Disruption Era” Didik mengungkapkan di usia Elnusa yang baru menginjak 7 tahun pada awal 2020 itu sudah harus menghadapi dua tantangan berat yakni harga minyak dunia yang merosot dan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap US$. Kemudian, memasuki Maret 2020 tantangan bertambah dengan datangnya wabah akibat virus Corona yang melumpuhkan semua sendi kehidupan manusia.

“Kami menyebutnya dengan triple-shock, tiga tantangan itu benar-benar pukulan hebat. Namun, saya selalu katakan ke teman-teman kita optimistis saja karena menjadi pesimis tidak ada gunanya. Dengan optimis jauh lebih baik, lebih sehat dan bermanfaat. Di mana ada kesulitan, di situ ada jalan. Krisis itu mendatangkan dua hal: risk dan oprtunity. Nah bagaimana mencapai oportunity itu adalah dengan cara kreatif,” jelasnya meyakinkan.

Untuk membawa perusahaan tetap bertahan melewati badai, Didik bersama tim merumuskan beberapa strategi. Pertama, melakukan langkah-langkah mitigasi terkait protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19. “Bagaimana menjaga keselamatan dan kesehatan karyawan. Kemudian, yang lebih kompleks lagi adalah merombak dan menjadwalkan ulang tim lapangan, karena kan ada yang onboard sekian hari dalam sekian bulan dan orangnya berapa banyak dan seterusnya. Harus kami atur supaya aman,” lanjutnya.

Didik mengaku saat wabah Covid-19 melanda, sebagai pemimpin dirinya tidak henti-hentinya mengingatkan kepada karyawan soal keselamatan, keselamatan diri sendiri dan keselamatan rekan kerja. Kedua, ia juga terus menyampaikan optimisme, meyakinkan kepada seluruh jajarannya bahwa badai akan berlalu, hari esok akan lebih baik. Didik memegang sebuah prinsip dari negeri Tiongkok bahwa krisis selalu mendatangkan dua hal: risiko dan peluang.

“Misalnya saat kami mendapatkan banyak orderan, tetapi terbatas karena pandemi, maka kami ajak yang ikut bermitra dengan perjanjian bagi hasil. Dengan begitu kami bisa dapatkan omzet dan revenue lebih besar,” jelasnya.

Prinsip ketiga dalam menghadapi krisis adalah eksekusi.“Saya selalu ingatkan tidak ada gunanya berwacana, lakukan. Nah kami lakukan melalui perencanaan yang matang karena perencanaan yang matang itu artinya pekerjaan kita sudah 50% selesai,” ungkap Didik.

“Dari pandemi ini kami belajar bahwa stabilitas semakin langka dan perubahan adalah sebuah kepastian. Jadi perusahaan memang dituntut untuk terus adapatif dan agile,” ia menegaskan.

Semua upaya itu terbukti membawa hasil yang positif. Elunsa tidak hanya mampu bertahan melewati krisis, tetapi kinerjanya tumbuh pesat sepanjang tahun 2020 lalu. Pada 2019 revenue berkisar Rp 364 miliar setahun, dan tahun 20 sudah menyentuh Rp 663 miliar. Dari sisi laba setelah pajak, juga membukukan laba positif Rp 40 miliar. Dengan catatan itu, perusahaan bisa menjaga ritme pertumbuhan kinclong. Dalam lima tahun terakhir perusahaan berhasil mencatatkan CAGR (compounded annual growth rate) sebesar 42%.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved