Best CEO

Elin Waty, Presdir PT Sun Life Indonesia: Membangun Budaya Kekeluargaan

Elin Waty, Presdir PT Sun Life Indonesia.
Elin Waty, Presdir PT Sun Life Indonesia.

Menjadi orang Indonesia pertama yang memimpin perusahaan multinasional diakui Elin Waty merupakan sebuah tantangan sekaligus tanggung jawab yang sangat besar. Kabar baiknya, selama memimpin PT Sun Life Indonesia sebagai presiden direktur sejak 2015, Elin mampu memegang tanggung jawab itu dengan baik, bahkan menunjukkan kinerja gemilang.

Elin memulai karier di bidang asuransi sejak 1994 dari bawah. Berbagai bidang pernah digelutinya, mulai dari investasi, penjualan, operasi, proyek, layanan pelanggan, distribusi, hingga pelatihan & pengembangan. Ketika sudah cukup matang sebagai praktisi asuransi, ia bergabung dengan Sun Life Indonesia pada 2013 sebagai chief distribution officer (CDO).

Saat ditawari menjadi CEO, Elin sempat menolak. Pasalnya, ia merasa masih banyak hal yang bisa dikembangkan dalam posisinya sebagai CDO. Hingga akhirnya CEO Sun Life Group yang bermarkas di Kanada menghubungi Elin dan mengatakan bahwa pihaknya memercayakan Sun Life Indonesia di tangan Elin karena percaya pada potensinya.

Elin bersyukur sampai hari ini masih dipercaya memimpin Sun Life Indonesia, dan kantor pusat Sun Life Group menilai kinerja Sun Life Indonesia masih sangat bagus.Apa kunci sukses kepemimpinannya?

Menurut Elin, dalam memimpin, ia mengutak-atik konfigurasi, khususnya dalam hal people, distribusi, finansial, dan service. Maksudnya, ia berusaha memastikan bahwa arah dan tindakan yang diambil perusahaan berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Strategi yang ditetapkannya pun disampaikan dengan clear di berbagai kesempatan. “Jadi, semua karyawan tahu apa yang diharapkan perusahaan,” kata lulusan Universitas Katolik Atma Jaya tersebut.

Di samping itu, Elin meyakini, keberhasilan perusahaan bukan hanya bergantung pada satu atau dua orang. Ia mengibaratkan, mereka berada dalam satu kapal yang sama yang kebetulan ia nakhodai. “Jadi, tantangan terbesar adalah menyamakan persepsi dari semua karyawan,” ungkapnya.Elin bersama lima direktur lainnya –yang menangani bidang operasional, strategi dan perencanaan, aktuari, keuangan, serta kepatutan– berupaya bisa berkolaborasi bersama 524 karyawan, lebih dari 7.800 agen asuransi konvesional dan syariah, serta 800 tenaga pemasar dari mitra bisnis.

Ellin berusaha memperlakukan karyawan seperti keluarga, meluangkan waktu untuk berdialog dengan mereka, untuk membahas urusan pekerjaan atau topik pribadi. Diskusi seperti ini, menurutnya, juga untuk mengetahui aspirasi karyawan.

Ia pun mengaku sangat mengutamakan kebebasan berpendapat dan keterbukaan dari karyawan. Semua orang didorong untuk berani mengungkapkan pandangannya meski mungkin saja berbeda dengan atasannya. Mulanya memang tidak mudah. “Budaya kekeluargaan itulah yang kami bangun,” ujarnya.

Masa pandemi tentu mendatangkan ujian tersendiri. Kaiser Simanungkalit, VP Branding, Communication, and Client Experience Sun Life Indonesia pada kesempatan yang sama mengatakan, tidak ada satu pun orang yang punya pengalaman sebelumnya di situasi yang terjadi sekarang. Dari sinilah setiap pemimpin diuji seberapa matang tingkat leadership-nya.

“Ketika semua orang tidak tahu arah seperti apa, Ibu Elin mampu mengambil sikap berani untuk berada di depan. Beliau juga tetap bisa menyeimbangkan irama antara karyawan yang work from home dan work from office,” kata Kaiser.

Di masa krisis, Elin membawakan diri sebagai pemimpin yang selalu ada bagi karyawan. Meski sudah menerapkan kebijakan WFH dan WFO, selama masih ada karyawan yang bekerja di kantor, ia beserta jajaran manajemen senior secara bergantian bekerja di kantor. “Saya sebagai kapten kapal, yang seharusnya meninggalkan kapalnya terakhir, bukan yang pertama,” katanya.

Di masa pandemi, menurutnya, pihaknya harus memastikan bisnis bisa sustainable, dengan pelayanan kepada nasabah tetap berjalan. Namun, di sisi lain tetap menjaga keselamatan karyawan.

Elin pun berupaya memperlakukan dengan seimbang dan adil antara karyawan yang WFO dan yang WFH. Misalnya, karyawan yang tetap bekerja di kantor diberi makanan sehat dan peralatan untuk menunjang protokol kesehatan. Sementara karyawan yang bekerja di rumah dikirimi parsel sebagai bentuk kepedulian bahwa perusahaan tidak melupakannya.

Untuk menjawab tantangan di masa krisis akibat pandemi, menurut Elin, diperlukan komitmen perusahaan untuk merespons apa yang menjadi kebutuhan masyarakat terhadap layanan proteksi berbasis teknologi. Karena itu, Sun Life Indonesia menerapkan multi distribution channel dalam pemasaran produk-produknya.

Jadi, selain memiliki layanan keagenan dan bancassurance, jalur digital kini menjadi salah satu andalan Sun Life. “Kami bersyukur karena sudah melakukan investasi yang cukup besar di bidang teknologi sebelum pandemi. Jadi, ketika pandemi datang, kami sudah ready,” ungkap Elin.

Sun Life telah menerapkan model bisnis digital enterprise yang bertujuan membawa bisnis lebih dekat dengan teknologi guna memberikan solusi inovatif dengan cepat kepada nasabah. Salah satu layanan yang diluncurkan pada pertengahan tahun lalu adalah Sun Connect, untuk menjembatani kebutuhan nasabah akan proteksi jiwa dan kesehatan, ser ta di sisi lain membantu agen dalam melakukan pemasaran secara virtual.

Tidak hanya dari sisi infrastruktur dan teknologi, pihaknya juga mengedukasi para tenaga pemasar agar dapat menjalani setiap proses pemasaran virtual secara maksimal. “Kehadiran Sun Connect memberikan pengalaman baru dalam berasuransi, di mana jarak tidak lagi menjadi hambatan,” Elin menandaskan.

Selain itu, diluncurkan pula Sun Virtual Care, platform yang terdiri dari berbagai layanan berbasis digital yang terintegrasi, dengan memanfaatkan aplikasi pesan singkat WhatsApp sebagai gerbang. Platform ini memberikan nasabah akses langsung ke Pusat Layanan Nasabah Sun Life. Berbagai inisiatif digital yang dilakukan, menurut Elin, menjadi bagian dari upaya Sun Life dalam menerapkan transformasi digital, guna menghadirkan solusi berasuransi yang terdepan yang berpusat pada tiga fokus utama: proses yang cepat, layanan tepat, dan berbasis pada solusi.

Elin pun bersyukur perusahaannya tidak mengalami masalah dalam hal cash flow meski diterjang krisis pandemi. Bahkan, ia menyebut pendapatan premi Sun Life tercatat stabil pada tahun 2020. Menurutnya, salah satu faktornya adalah kepercayaan nasabah kepada perusahaan yang kuat.

Sebagai gambaran, pada 2020, total pendapatan premi relatif stabil dengan hanya turun 1%. Adapun premi lanjutan tumbuh hampir 12% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara total klaim dan manfaat yang dibayarkan Rp 1,7 triliun, di antaranya termasuk klaim kesehatan (hampir Rp 48 miliar) dan klaim meninggal dunia (Rp 171 miliar).

Dari sisi kekuatan permodalan, rasio risk-based capital (RBC) konvensional Sun Life mencapai 607%, jauh melebihi rasio minimum yang ditetapkan pemerintah, yakni 120%. Sementara RBC syariah mencapai 287%. “Di tengah krisis pandemi, dengan bisa mempertahankan angka-angka seperti ini, menurut saya, kami adalah pemenang,” ujar Elin.

Setelah melewati pandemi, Elin meyakini masyarakat akan lebih sadar terhadap perencanaan keuangan dan proteksi diri dengan memitigasi berbagai risiko agar dampaknya tidak terlalu besar. (*)

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved