Best CEO zkumparan

Jarot Subana, CEO Waskita Beton Precast: Optimalkan Bisnis Menuju Perusahaan Kelas Dunia

Jarot Subana, CEO Waskita Beton Precast: Optimalkan Bisnis Menuju Perusahaan Kelas Dunia
Jarot Subana, CEO Waskita Beton Precast

Meroketnya kinerja PT Waskita Beton Precast Tbk. (WBP) tak lepas dari tangan Jarot Subana. Kelahiran Yogyakarta, 29 Januari 1967, ini bukan hanya berperan dalam membidani lahirnya WBP, tetapi juga mampu membawa anak perusahaan pelat merah berkode emiten WSBP ini menjadi penguasa pasar precast dan ready mix di Tanah Air, sekaligus melantai di bursa. Jarot sebelumnya menjadi Kepala Divisi Precast Waskita Karya. Ketika divisi ini di-spin-off, posisinya menjadi Direktur Teknik dan kemudian dipromosikan sebagai direktur utama pada Mei 2016.

Di bawah kepemimpinannya, WBP telah menorehkan berbagai prestasi. Dari sisi ekuitas, misalnya, saham perusahaan berhasil masuk dalam Indeks LQ45 atau 45 saham unggulan yang tergolong kategori likuid periode Agustus 2018-Januari 2019. WSBP juga masuk dalam Index Morgan Stanley Capital Internasional 2017. Semua karena perusahaan ini diminati investor dan memiliki sisi fundamental yang kuat.

Tahun 2017, pendapatan usaha mencapai Rp 7,1 triliun dan laba Rp 1 triliun, dengan nilai kontrak baru (NKB) yang berhasil dibukukan sebesar Rp 11,03 triliun. Pendapatan usaha per September 2018 sebesar Rp 5,4 triliun dan laba Rp 884 miliar. Hingga Oktober 2018 mereka berhasil membukukan NKB Rp 4,56 triliun yang berasal dari beberapa proyek besar, seperti pekerjaan tambahan proyek jalan tol Cibitung-Cilincing, pekerjaan tambahan proyek Kulonprogo I, dan pekerjaan tambahan Refinery Development Master Plan RU V Balikpapan.

Jarot memang terus tancap gas menggenjot kinerja perusahaan. Lulusan S1 Teknik Sipil Universitas Yos Sudarso ini merasa bersyukur bahwa bisnis yang dipimpinnya tak terpengaruh fluktuasi kurs. “Kami tetap berjalan seperti biasa karena sudah membuat kontrak payung material yang berpotensi mengalami fluktuasi harga tinggi. Kondisi rupiah saat ini tidak berpengaruh terhadap operasional perusahaan, sudah di-lock,” katanya. Sebagai perusahaan manufaktur yang memproduksi beton precast dan readymix, WBP membutuhkan bahan baku utama yang digunakan untuk memproduksi beton. Mereka memilih menggandeng pemasok dalam negeri, seperti untuk semen, split, dan pasir.

“Besi kami beli dari supplier di Indonesia, namun pihak ketiga tersebut melakukan impor bahan baku besi dari China, India, Thailand, dan Vietnam,” ujar Jarot. Dengan pihak ketiga tersebut, pihaknya memiliki kontrak payung dengan pemasok lokal untuk kebutuhan bahan baku kontrak-kontrak proyek yang sudah didapatkan. Begitu pula dengan pembelian alat berat untuk investasi di setiap unit produksi, mereka membuat kontrak pasok dengan perusahaan lokal menggunakan mata uang rupiah. Karena itu, operasional perusahaan tidak terdampak oleh fluktuasi kurs.

Selain urusan bahan baku, sebagai CEO, Jarot juga menaruh perhatian pada urusan membangun kompetensi SDM. “Dengan semakin bertambahnya jumlah karyawan, menjadi tantangan tersendiri bagaimana meningkatkan kemampuan dan kompetensi karyawan,” katanya. Untuk itu, dia memberikan berbagai pelatihan hard skill dan softs kill yang mendukung kinerja personal karyawan, yang diharapkan akan meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Jarot dan timnya kini juga tengah serius melakukan internalisasi budaya perusahaan, yaitu IPTEx (Integrity, Professionalism, Teamwork, Excellence); menerapkan gap analysis; melakukan pelatihan soft skill dan hard skill; serta mengembangkan Management Trainee. WBP juga memiliki dan mengembangkan learning center yang berada di pabrik terbesar di Karawang. Learning center ini untuk pelatihan teknisi/bagian kontrol kualitas (QC) mengenai material, penggunaan alat, kontrol kualitas, dll, dengan sasaran peserta pihak internal dan eksternal. Learning center ini juga sebagai wadah knowledge sharing.

Kurikulum yang diberikan antara lain pengajaran tentang bahan dasar beton, bahan additive, perbaikan struktur & finishing, standar mutu, pengecekan mutu bahan, dan pengetesan mutu. Selain itu, juga ada program Training of Trainer (ToT), meliputi seluruh kegiatan pembelajaran. Untuk itu, telah disiapkan instruktur/pengajar yang berasal dari tim internal (ToT) dan eksternal/ahli, serta bekerjasama dengan akademisi, lembaga pelatihan, dan praktisi dari learning center BUMN lainnya. “Learning center ini menjadi awal mula menuju WSBP Corporate University. Tentunya, dengan pembelajaran yang lebih proaktif, bersifat jangka panjang, selaras dengan strategi bisnis perusahaan,” Jarot menandaskan.

Dari sisi inovasi produk dan teknologi, WBP terus berusaha menghasilkan produk baru yang lebih unggul daripada kompetitor, dengan membangun fasilitas produksi yang mampu mendukung inovasi produk, dan menciptakan sistem kerja terbaik. Saat ini perusahaan mengembangkan produk baru, seperti bantalan rel kereta api tipe 1067 dan 1435, tiang listrik, dan SprigWP, untuk mendukung Proyek Strategis Nasional. Selain itu, produk baru perusahaan seperti façade precast kini dalam proses persiapan untuk diproduksi secara massal guna mendukung proyek-proyek di bidang properti.

Sebagai pemberdaya, Jarot merasa CEO seperti dirinya harus berusaha memberikan kesempatan kepada karyawan untuk berkembang di bidang masing-masing dengan meningkatkan kompetensi. Karena itu, pihaknya juga terus mengembangkan program Management Trainee agar memiliki tenaga muda yang berdaya saing tinggi dan bisa berkontribusi positif bagi perusahaan. Lalu, sebagai panutan, dia berkomitmen memberikan contoh dalam menjalankan visi, misi, dan target perusahaan yang dibuat bersama. “Saya mengutamakan memberikan contoh, tidak hanya memberikan perintah, dan berkomitmen terhadap waktu. Saya lebih suka langsung turun ke lapangan dan memantau bagaimana proses produksi secara langsung untuk dapat melihat jika ada kendala di lapangan,” tuturnya.

Sebagai penyelaras, Jarot berusaha jeli dalam melihat situasi yang terjadi di industrinya agar bisa mengambil keputusan secara tepat. Hal ini misalnya dilakukan dengan memelopori transformasi organisasi. Lalu, sebagai perintis, dia terus berusaha memberikan gambaran ke karyawan bagaimana membawa perusahaan ini ke depan dan memberikan pedoman agar dapat mencapai visi-misi perusahaan. Dia memberikan banyak arahan kepada organisasi agar semua tim bisa bersama-sama mencapai visi-misi perusahaan.

WBP memiliki tiga strategi di bidang usaha, yaitu optimalisasi bisnis yang sudah ada, diversifikasi usaha, dan peningkatan competitive advantages. Jarot ingin ke depan perusahaannya lebih maju lagi dan menjadi world class company. “Karena, target kami di Indonesia sudah terlampaui, yakni sebagai perusahaan beton precast dan ready mix terbesar di Indonesia,” kata pehobi golf ini.

Ya, setelah melewati perjuangan panjang, sebagai CEO, Jarot terbukti berhasil mengembangkan WBP menjadi perusahaan precast yang terpandang dan mampu merebut kepercayaan publik. WBP pun mandiri, tidak tergantung pada Waskita Karya dan tak hanya mengandalkan uluran proyek dari induk usahanya itu.(*)

Sudarmadi dan Sri Niken Handayani


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved