Best CEO zkumparan

Rino Santodiono Donosepoetro, Memuluskan Transformasi Bisnis Standard Chartered Bank Indonesia

Rino Santodiono Donosepoetro, Vice Chairman untuk ASEAN dan Presiden Komisaris Standard Chartered Bank Indonesia
Rino Santodiono Donosepoetro, Vice Chairman untuk ASEAN dan Presiden Komisaris Standard Chartered Bank Indonesia

Kini, Rino Santodiono Donosepoetro mengemban jabatan ganda di Standard Chartered Bank, yakni sebagai Vice Chairman untuk ASEAN dan Presiden Komisaris Standard Chartered Bank Indonesia. Eksekutif yang akrab disapa Donny ini berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan bisnis dan transformasi bisnis ketika menjabat sebagai CEO Standard Chartered Bank Indonesia pada 20 September 2016-Oktober 2019.

Sebagai contoh, laba bersih perusahaan pada 2018 menjadi Rp 536 miliar, naik 371% dari tahun 2017. Laba bersih di tahun 2018 itu juga lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 yang senilai Rp 172 miliar. Pencapaian laba bersih di tahun 2018 itu merupakan yang tertinggi sejak 2014 dan tercatat sebagai milestone perusahaan.

Pertumbuhan profit berlanjut di semester I/2019 yang membukukan laba bersih Rp 459 miliar, naik 82% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. “Tentu ada beberapa faktor yang men-drive peningkatan yang sangat eksponensial dari tahun 2017 hingga 2019,” kata Donny. Pencapaian ini merupakan hasil karya Donny yang sejak 2017 menggelar program transformasi bisnis, kemudian berinvestasi di tekonologi serta meningkatkan sistem kontrol dan tata kelola bank.

Pencapaian Donny menggapai kinerja bisnis seperti itu tidaklah mudah. Sebab, Standard Chartered Bank Indonesia menghadapi kompetisi industri perbankan yang ketat seiring dengan kehadiran bank lokal dan global dari China, Korea Selatan, Taiwan, dan Malaysia yang beroperasi di Indonesia serta laju bisnis industri perbankan yang cenderung melambat. “Hal ini membuat peta persaingan perbankan di Indonesia unik dan menjadi tantangan sejak saya menjabat CEO,” ungkap Donny.

Program prioritasnya sejak 2017 itu antara lain transformasi budaya. “Itu sangat penting dan, bagi saya, leadership is all about culture, sesuatu yang fundamental dalam menghadapi perubahan. Ketika itu, kami membuat Indonesia Cultural Transformation yang khusus untuk Standard Chartered Bank Indonesia,” tutur lulusan S-1 Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan (1998) ini. Program transformasi yang bertajuk Higher, Faster & Stronger” ini menanamkan nilai-nilai perusahaan untuk menjaga integritas, berperforma apik, produktif, dan mengegolkan visi-misi Standard Chartered Bank Indonesia sebagai bank terbaik di Indonesia.

Kesuksesan mengimplementasikan strategi transformasi bisnis ditunjang oleh kompetensi SDM, budaya organisasi yang terselaraskan, infrastruktur teknologi yang kuat, dan pengelolaan modal yang efektif untuk memenangi persaingan bisnis di industri perbankan. Sebagai pemimpin perusahaan, Donny merespons gejala dengan memberikan pelatihan dan mengembangkan karier pegawai. “Salah satu fokus utama saya adalah pembinaan talent dengan memanfaatkan network kami di luar negeri. Kami mengirim karyawan Indonesia ke network Standar Chartered Bank di luar negeri,” katanya.

Pegawai yang mengasah keterampilan di kantor cabang luar negeri itu akan dipanggil kembali ke Indonesia. “Saat ini, ada sekitar 120 orang Indonesia yang ada di jejaring Standard Chartered Bank di Singapura, Jepang, Dubai, Hong Kong, London, dan negara lainnya,” kata Donny. Standard Chartered Bank Indonesia dalam 2-3 tahun terakhir ini mengirim 5-6 pegawainya ke luar negeri dan mereka telah kembali ke Indonesia. Ini merupakan rencana perusahaan yang merancang agar kolam talenta (talent pool) di luar negeri tetap terjaga dan pegawai dari Indonesia mendapat pengalaman internasional.

Konsep ini, menurut Donny, identik dengan pengalamannya ketika pertama kali berkarier di Standard Chartered Bank Indonesia sebagai management trainee di tahun 1997. “Selama 22 tahun bekerja di Standard Chartered Bank, saya berkarier selama 14 tahun di luar negeri, seperti di London, Brunei Darussalam, Singapura, dan Falkland Island,” katanya.

Sebelum menjabat sebagai CEO Standard Chartered Bank Indonesia, Donny pernah didapuk sebagai CEO Standard Chartered Bank Brunei Darussalam (2014-2016), Regional Head of Audit Standard Chartered Bank Wilayah ASEAN, Asia Selatan, China, dan Asia Timur (2010-2014), serta CEO and Head of Consumer Standard Chartered Bank Kepulauan Falkland, Inggris (2007-2010).

Pengalaman Donny sebagai pemimpin kantor cabang di luar negeri itu ditularkan kepada pegawai, yakni mengenai empat pilar kepemimpinan yang berperan sebagai perintis, penyelaras, pemberdaya, dan panutan. “Saya warga Indonesia yang pertama kali menjabat CEO Standard Chartered Bank setelah perusahaan ini beroperasi selama 153 tahun. Jelas, itu (CEO) merupakan perintis karena belum pernah ada orang Indonesia sebagai CEO Standard Chartered Bank Indonesia. Saya berharap, peran saya sebagai perintis ini dapat membuka jalan bagi talenta-talenta Indonesia berikutnya untuk kemudian bisa mencapai posisi itu,” tuturnya.

Kemudian, sebagai penyelaras, Donny menyelaraskan operasional bisnis perusahaan di Indonesia dengan kebijakan yang ditetapkan prinsipal di London, Inggris. Menurutnya, penyelarasan merupakan elemen yang penting lantaran menyangkut seluruh aspek di dunia perbankan: staf, model organisasi, dll.

Berikutnya, ia mengimplementasikan pilar kepemimpinan sebagai pemberdaya. Ia fokus memberdayakan SDM dan menciptakan jenjang karier lintas divisi. Artinya, Donny mengedepankan potensi pegawai untuk mengisi jabatan di divisi tertentu meski si pegawai itu berasal dari divisi yang tidak terkait. Misalnya, pegawai dari divisi HRD, legal, atau treasury berpeluang besar mengisi jabatan di bidang corporate banking. “Yang penting, dia memiliki potensi dan cepat belajar. Bagi saya, rotasi itu very big thing karena memberdayakan pegawai dan menciptakan talenta berkualitas,” ia menjelaskan.

Kebetulan, pola pemberdayaan seperti demikian pernah dialami Donny yang berkarier di berbagai posisi. ”Saya pernah di corporate banking, merger acquisition, operasional, dan audit. Jadi, cross functional move pegawai itu merupakan salah satu elemen yang penting,” ucapnya. Ia memiliki rekam jejak yang solid di bidang audit dan bisnis. Hal tersebut merupakan hasil penempatannya di enam lokasi Standard Chartered di luar negeri.

Kini jumlah pegawai Standard Chartered Bank Indonesia 1.600-an orang. Sebanyak 53% dari jumlah total pegawai itu adalah perempuan, dan yang menduduki jabatan di level manajemen sebanyak 33%. Ini menegaskan prinsip kesetaraan gender diimplementasikan di perusahaan.

Selain itu, Donny mendorong seluruh karyawan Standard Chartered Bank Indonesia untuk beradaptasi di era disrupsi digital. Ia pun mengadakan program accelerator untuk mengakselerasi keterampilan pegawai milenial yang berpotensi menjadi manajer senior. “Mereka dalam setahun mengikuti pelatihan yang ada classroom-nya, actual projects, engagement dengan direksi, pengembangan soft skills, leadership, dan dibimbing mentor,” Donny menjelaskan. Pegawai yang mengikuti program ini ditargetkan mampu menapak level berikutnya.

Untuk peran panutan, Donny mengatakan, panutan adalah memberikan contoh dan memberikan jalan untuk menuju target. Untuk hal ini, ia telah memainkan perannya lantaran mengoptimalkan konektivitas antarjejaring Standard Chartered Bank di Indonesia dengan luar negeri untuk menyolidkan kinerja bisnis. “Karena kami punya network di 10 negara ASEAN dan lebih dari 60 negara, kami akan menargetkan investor dari luar negeri masuk ke Indonesia,” katanya. Sebagai contoh, pihaknya pada Desember 2018 berhasil menarik Pegatron, perusahaan elektronik dari Taiwan, untuk merelokasi pabrik ke Indonesia, tepatnya di Batam. “Ketika itu, kami pitching untuk bersaing dengan India, Filipina, Vietnam, dan Malaysia. Untuk memindahkan itu, mereka tidak hanya membutuhkan insentif fiskal dari pemerintah, tetapi juga dukungan dari financial institution,” tuturnya. Pegatron adalah salah satu nasabah terbesar di Taiwan.

Dari segi produk jasa keuangan, Donny mendigitalisasi produk perbankan dan jasa keuangan. Beberapa produk Standard Chartered Bank Indonesia diklaim sebagai pionir di pasar. Sebagai contoh, mereka bekerjasama dengan PT Mandiri Manajemen Investasi yang meluncurkan reksa dana Mandiri Investasi Pasar Uang 2 pada Mei 2019. Ini merupakan reksa dana yang pertama di Indonesia yang menerapkan pencairan investasi nasabah dari hasil penjualan (redemption) reksa dana di hari yang sama (T+0). Syaratnya, transaksi jual tidak lebih dari pukul 10.00 WIB.

Menurut Donny, produk perbankan dan keuangan digital berdampak positif terhadap peningkatan kinerja bisnis perusahaan. “Walaupun, digitalisasi bukan satu-satunya yang mendorong pertumbuhan bisnis karena ada strategi dan eksekusi yang tepat di semua lini usaha, yakni di commercial banking, corporate banking, maupun retail banking,” ia menjelaskan.

Ke depan, sebagai Vice Chairman untuk ASEAN, Donny menargetkan Standard Chartered Bank menjadi top of mind brand private partner untuk seluruh pelaku usaha di ASEAN dan perusahaan dari luar Asia Tenggara yang akan berinvestasi di ASEAN. Juga, meningkatkan citra merek Standard Chartered Bank sebagai bank terbesar di Asia Tenggara.

Sebagai Preskom Standard Chartered Bank Indonesia, Donny percaya pada kemampuan Andrew Chia sebagai CEO baru di Indonesia untuk membawa bank ini ke level tertinggi. (*)

Vina Anggita & Vicky Rachman

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved