Best CEO

Rudolf Tjandra: Fortifikasi Produk, Inovasi Terbaru Hadapi Pandemi

Rudolf Tjandra, CEO & Presdir PT Sasa Inti.
Rudolf Tjandra, CEO & Presdir PT Sasa Inti.

Setiap ada kesulitan pasti terbuka kesempatan. Di tengah impitan persoalan, pasti muncul kreativitas cemerlang. Barangkali itulah konsep yin-yang yang diyakini Rudolf Tjandra, CEO & Presiden Direktur PT Sasa Inti, perusahaan fast moving consumer goods –bumbu penyedap rasa, tepung bumbu, santan, saus sambal, saus terasi, bumbu instan, dan kaldu– yang sedang moncer saat ini. Rudolf percaya, krisis pandemi Covid-19 bukan akhir segalanya. Di balik krisis ada peluang inovasi.

Keyakinan tersebut terlihat dari langkah Rudolf sebagai CEO perusahaan yang menaungi 3.000 karyawan itu. Di berbagai kesempatan, pria yang bergabung dengan Grup Rodamas pada 2018 ini mengatakan, siapa pun harus tetap optimistis kendati situasi pandemi Covid-19 masih belum konduksif.

Saat ini, menurutnya, dibutuhkan pikiran positif, hati yang gembira, serta semangat tinggi guna mengimbangi penyebaran wabah Covid-19 yang kian masif. Dengan fokus hanya pada hal-hal yang positif dan terus memompa semangat tingg i, energi positif akan menyebar dan daya imun pun akan meningkat. “Spirit optimisme itulah yang ingin saya tularkan kepada karyawan,” ujarnya percaya diri.

Menurut Rudolf, bagaimanapun pandemi Covid-19 memberikan pembelajaran berharga. Pandemi mengajarkan rasa syukur karena kita melihat betapa banyak orang yang tidak beruntung akibat tertular penyakit, bahkan sampai meninggal. Kita bersyukur, masih diberi kesehatan dan kekuatan.

“Rasa syukur ini membawa kita jadi lebih bisa menghargai kebersamaan dengan keluarga, lebih bisa menahan diri untuk berdiam di rumah, lebih mengenal diri sendiri, dan lebih banyak melakukan kegiatan positif saat melakukan social distancing,” kata Rudolf yang selama tiga tahun terakhir diganjar banyak penghargaan atas prestasi dan kinerja Sasa Inti.

Meskipun memilih berdamai dengan pandemi Covid-19, bukan berarti Sasa melenggang aman. “Sesungguhnya kami juga menghadapi tantangan besar,” ungkap Rudolf. Hanya saja, ia berusaha tenang agar tidak membiarkan keterpurukan, keterbatasan, dan kegamangan menutupi kegairahan yang seharusnya terjadi. “Apa pun yang terjadi, kami perlu tetap kuat, positif, rasional, dan sehat untuk mencapai tujuan dan pengembangan diri,” katanya menegaskan.

Langkah-langkah taktis pun diimplementasikannya. Antara lain, untuk melindungi seluruh karyawan beserta keluarganya, Sasa Inti memberlakukan bekerja dari rumah (work from home) untuk karyawan yang berbasis di kantor pusat, membagikan masker kepada karyawan, serta memberikan izin kepada karyawan yang sakit untuk segera beristirahat di rumah.

Manajemen Sasa Inti juga menyokong karyawan dengan memberlakukan protokol kesehatan, rutin memberikan vitamin dan air jahe untuk karyawan, membersihkan ruangan kerja dan mushala, menyemprotkan disinfektan di area sekitar pabrik, serta menyediakan tenaga ahli medis yang berbagi informasi mengenai Covid-19 melalui live streaming di media sosialnya.

Secara khusus, Rudolf memikirkan bagaimana perusahaan yang berdiri sejak 1968 ini bisa keluar dari krisis dengan menjadi perusahaan yang lebih kuat. Juga, dapat membantu meringankan beban negara dan bangsa dengan menyerap mereka yang mumpuni tetapi kehilangan pekerjaan di perusahaan mereka.

Menurut Rudolf, Human Resources berperan penting memastikan CARE, mentalitas dasar perusahaan, terus dijalankan dengan baik. Melalui Sasa Happy Family, yang punya cirikhas CARE-Sasa Basic Mentality, ia mendorong perusahaan mengamalkan empat sikap. Pertama, Courage, yaitu peduli kepada sesama dan lingkungan, juga melakukan social distancing tetapi tetap produktif bekerja di rumah. Kedua, Action, yaitu melakukan berbagai aksi nyata untuk menanggulangi Covid-19 sebagaimana sudah disebutkan sebelumnya.

Ketiga, Respectful, yaitu dengan menghargai kesehatan diri sendiri dan orang lain yang dilakukan dengan menggunakan masker dan membagikan masker, serta saling mendukung di media sosial. Dan keempat, Enthusiastic, melalui semangat kerja yang ditunjukkan dengan selalu optimistis.

”Intinya, kami tidak boleh larut dalam kecemasan, tapi harus tetap berkarya. Untuk itu, kami sudah banyak menghasilkan produk lezat kami, hasil kerja keras dan dedikasi tim Sasa, yang tentunya masih tersedia di toko-toko modern di sekitar kita,” kata Rudolf.

Ia menandaskan, “Kami tidak boleh membiarkan apa yang tidak bisa kami kerjakan menghalangi apa yang kami bisa kerjakan karena kami bekerja untuk diri kami sendiri, keluarga, lingkungan, bangsa dan negara.”

Upaya-upaya positive thinking itu mulai membuahkan hasil. Seperti ketika di awal pandemi, Rudolf mencoba melakukan brainstorming dengan anak buah terkait kebiasaan konsumsi vitamin. Ternyata, kebanyakan orang Indonesia tidak mengonsumsi vitamin, walaupun sebenarnya gajinya mencukupi. Setelah ditanyakan kepada dokter, terjawab juga bahwa minum vitamin memang belum menjadi kebiasaan di Indonesia. “Berangkat dari sana akhirnya kami kumpulkan tim, ahli gizi, dan expert-nya untuk membuat tepung bumbu terfortifikasi,” cerita Rudolf tentang keseriusannya menambahkan vitamin pada produk pangan Sasa.

“Akhirnya, kami berhasil meluncurkan tepung bumbu terfortifikasi pertama di Indonesia, di mana jika dimasak, vitaminnya itu tetap ada,” kata Rudolf. Ia juga melakukan tes rasa ke 30 ribu orang dan sudah mendapatkan izin Badan Pengawasan Obat & Makanan. ”Dengan adanya produk ini, saya berharap makan gorengan tidak hanya sehat tetapi juga bervitamin,” tambahnya. Ia juga mengembangkan Santan Sasa yang mengandung omega 3 dan omega 6, serta Bon Tabur, sejenis bumbu penyedap makanan.

Bagi Rudolf, kunci sukses seorang CEO adalah bagaimana bekerja dengan dukungan penuh karyawan yang menjadikannya sebagai leader. Maka, ia selalu berusaha menjaga dan menciptakan kebersamaan dengan seluruh karyawan secara intens dibantu tim-tim inti. Ia mengatakan, sukses Sasa adalah sukses bersama karena Sasa satu tim yang kebetulan sedang dipimpinnya.

“Saya berkomunikasi sangat intens; membuat video yang diputar di pabrik-pabrik, banyak menulis artikel dan banyak menulis statement, membuat pertemuan dengan Zoom dari hari ke hari,” Rudolf menunjukkan contoh kebersamaan di perusahaannya untuk membangun keterikatan satu dengan yang lain.

Dalam hal ini, Rudolf yakin dengan pentingnya komunikasi. “Saya memiliki grup WA yang terdiri dari semua karyawan. Ada 19 grade karyawan, di mana karyawan mulai grade 10 semuanya ada di dalamnya. Setiap hari kami saling mengingatkan secara konsisten,” katanya. Upaya ini, tambahnya, sangat membantu untuk bersama-sama menghadapi pandemi Covid-19.

Jika berhasil menghadapi berbagai tantangan di masa survival ini, Rudolf yakin, Sasa akan berkembang dengan baik. Pasalnya, Sasa adalah perusahaan bagus. Potensinya masih sangat besar. Sebagai gambaran, pada 2019 secara keseluruhan Sasa tumbuh 19%. Di tahun 2020, saat pandemi Covid-19 sudah menghadang, Sasa masih tumbuh 12% (all) dan produk di luar MSG tumbuh 47%.

“Tahun ini hingga 2025 kami targetkan tumbuh 50% secara keseluruhan karena untuk non-MSG akan terus kami kembangkan dengan pesat. Untuk MSG, ditargetkan sudah akan kembali ke double digit growth seperti yang sudah dicapai pada 2019 dengan kampanye MSG Generation,” Rudolf meyakini.

Menurutnya, jika Indonesia semakin maju dan PDB-nya mulai berkembang, tentunya konsumsi akan bertambah. Apalagi, masyarakat akan semakin sadar kesehatan. Sasa pun telah mengantisipasinya dengan sejumlah inovasi, antara lain upaya fortifikasi ini, yaitu memberikan nilai tambah pada produk, berupa vitamin, omega 3, dan omega 6, yang benar-benar baru di industri ini.

“Tentunya, selain produk baru ini, kami terbuka, karena brand Sasa ini besar sekali. Jadi, masih sangat bisa dikembangkan ke produk-produk lain yang sesuai dengan visi-misi kami,” kata Rudolf optimistis. (*)

Dyah Hasto Palupi/Sri Niken Handayani

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved