Future Business Leaders

Triyono, Penyandang Disabilitas yang Mengangkat Derajat Kalangan Difabel

Triyono, Penyandang Disabilitas yang Mengangkat Derajat Kalangan Difabel
Triyono,pendiri dan CEO CV Difa Lintas Transindo (Difa Bike Indonesia).
Triyono,pendiri dan CEO CV Difa Lintas Transindo (Difa Bike Indonesia).

Penyandang disabilitas sering mengalami kerepotan mengakses transportasi. Sebab, moda transportasi untuk mereka masih jarang dijumpai. Hal ini pernah dialami Triyono. Delapan tahun lalu, ia sulit memperoleh transportasi untuk membawa kursi roda dan dirinya menuju suatu tempat di Yogyakarta. “Adanya hanya bus, itu pun dari satu titik ke titik yang sudah ditentukan, artinya tidak bisa sampai di depan rumah,” Triyono mengisahkan.

Berpijak dari pengalamannya itu, Triyono menggagas moda transportasi yang bisa memudahkan penyandang disabilitas. Lulusan S-1 Peternakan, Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta (2007), ini memulai operasional Difa Bike dan meresmikannya pada Desember 2015 menjadi CV Difa Lintas Transindo (Difa Bike Indonesia). Triyono merupakan pendiri sekaligus CEO-nya.

Perusahaannya ini memodifikasi sepeda motor dan menyediakan boks motor untuk ditumpangi penumpang dari kalangan difabel. Pengemudi ojek Difa Bike juga kaum difabel dan memiliki surat izin mengemudi.

Triyono mengatakan, Difa Bike merupakan penyedia transportasi online yang profesional. Pengemudinya ditempa agar berjiwa kompetisi, melayani penumpang, berintegritas, berpakaian rapi, dan bertutur kata yang baik. “Saya menanamkan nilai-nilai seperti ini, agar usaha ini tidak di-cap sebagai pemberdayaan yang berbelas kasihan,” tutur pria yang kehilangan kemampuan berjalan akibat polio saat masih berusia dua tahun.

Difa Bike ini berdampak positif, yaitu memacu mobilitas kalangan disabilitas, mempermudah akses transportasi, serta menciptakan ekosistem digital. Difa Bike, menurut Triyono, memiliki lebih dari 1.300 anggota. Ini indikasi Difa Bike diminati masyarakat sebagai pilihan moda transportasi.

“Sepeda motor Difa Bike didesain bisa membawa kursi roda, sehingga pengguna kursi roda bisa naik dengan nyaman. Selain itu, kendaraan ini juga didesain dengan colorful. Driver yang membawa Difa Bike ini juga teman difabel,” ungkap wirausaha kelahiran Sukoharjo pada 21 Juni 1981 ini. Awak kerja Difa Bike sebanyak 26 orang untuk mengembangkan jangkauan operasional di Yogyakarta.

Difa Bike memiliki empat layanan di aplikasi, yaitu city tour, transportasi, kargo dan kurir, serta layanan pijat. “Driver kami juga sudah terlatih dalam bahasa Inggris karena Yogyakarta merupakan kota wisata sehingga banyak pelancong yang datang ke sini,” ucapnya.

Kreasi Difa Bike ini menyedot minat 25 negara yang menyambangi kantornya di Yogyakarta untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pengalaman Triyono itu. Ojek difabel besutan Difa Bike ini disebut-sebut sebagai ojek difabel yang pertama di dunia.

Triyono pun menuai apresiasi dari berbagai pihak. Sejumlah penghargaan diberikan kepadanya. Antara lain, Best Sosial Impact Diplomat Success Challenge (2016) dari PT Wismilak Inti Makmur, Pencipta Lapangan Pekerjaan bagi Penyandang Difabel di Yogyakarta (2019) yang diberikan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta, Hyundai Startup Challenge kategori Top 10 Social Startup (2020) yang diadakan PT Hyundai Motor Indonesia, rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Pelopor Ojek untuk Penyandang Disabilitas (2020), dan Usahawan Terbaik Digital Techno (2021).

Triyono mendapatkan Indonesia Young Business Leaders Award (IYBLA) 2022 kategori Young Sociopreneur Leaders. IYBLA, ajang yang digelar SWA dan PT PLN (Persero), menobatkannya sebagai pemenang pertama di kategori tersebut. Beragam apresiasi itu memompa motivasinya untuk mengembangkan Difa Bike.

Rencananya, Triyono akan memperluas jangkauan operasional Difa Bike di beberapa kota di Pulau Jawa dan Bali. “Kami ingin ini menjadi suatu ekosistem. Perusahaan menargetkan 1 juta pengguna aplikasi ini. Ke depan, kami juga berharap ada perusahaan kendaraan bermotor yang bisa memproduksi motor yang seperti ini. Proses memodifikasi sepeda motor membutuhkan waktu yang kama,” paparnya. Lantaran demikian, ia menjajaki kemitraan serta berdiskusi lebih lanjut dengan agen tunggal pemegang merek untuk merealisasi impiannya untuk menyediakan sepeda motor khusus difabel.

Potensi pasar Difa Bike, jika merujuk data Survei Sosial-Ekonomi Nasional (Susenas) 2018, jumlah penyandang disabilitas di Indonesia yang mencapai 14,2% dari total jumlah penduduk, atau sekitar 30,38 juta jiwa. Bukan hanya itu, penduduk sebanyak 200 juta jiwa ini pun berpotensi menjadi pelanggannya. Sebab, Difa Bike bisa juga membantu mereka yang ingin pergi berobat dan lain sebagainya.

“Saya ingin terus berinovasi, yang diharapkan bukan hanya menjadi transportasi, tetapi akan mereduplikasi layanan perusahaan online yang sudah tersedia ini menjadi sebuah ekosistem. Ke depan, saya ingin teman-teman dari seluruh Indonesia bisa menjadi bagian dari ini, termasuk kami akan memasukkan informasi kesehatan,” Triyono menjelaskan. (*)

Sri Niken Handayani Vicky Rachman

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved