Future Business Leaders

Vonny Oktaviana Sari, Ciptakan Lingkungan Kerja yang Kondusif

Vonny Oktaviana Sari, Senior Manager Pengembangan Bisnis PT IPC Terminal Petikemas (IPC).
Vonny Oktaviana Sari, Senior Manager Pengembangan Bisnis PT IPC Terminal Petikemas (IPC).

Diusianya yang relatif muda, Vonny Oktaviana Sari telah menduduki posisi strategis sebagai Senior Manager Pengembangan Bisnis PT IPC Terminal Petikemas (IPC) sejak Agustus 2020. “Selama saya bekerja di IPC Group, saya mendapatkan recognizition dari BOD, ditandai dengan mendapatkan kepercayaan BOD-3 sejak usia 26 tahun. Kemudian, menjadi DVP termuda di kantor pusat IPC dan saat ini menjadi senior manager termuda di IPC TPK,” kata Vonny, yang lahir di Jakarta pada 26 Oktober 1988.

Untuk mendukung kinerjanya, Vonny bersama timselalu berusaha menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, kekeluargaan, serius tapi santai, dan terbuka terhadap pendapat. “Saya adalah pegawai IPC dengan pengalaman di berbagai bidang terkait kepelabuhanan selama lebih dari sembilan tahun. Dengan mengedepankan teamwork selama bekerja, saya selalu bersemangat dalam menjalankan pekerjaan dan mencapai target yang telah ditentukan. Di samping itu, saya berkeinginan untuk terus meningkatkan skills serta menambah relasi,” kata mantan Deputi VP Kerjasama Usaha PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Kantor Pusat Jakarta (Oktober 2016-Agustus 2020)ini bangga.

Terkait kompetensi, pada 2019 telah dilakukan assessment dari lembaga independen. “Yang terlihat dari diri saya adalah leadership, personal maturity, handling problem, commitment for company, dan service excellence,” ujar lulusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (2006-2010) ini. Dalam kesehariannya,ia juga selalu memiliki target untuk meningkatkan kompetensi, terutama di bidang strategic thinking dan champion of chance.

Terkait dengan inovasi, pada 2016 ada arahan khusus dari Kementerian BUMN untuk membuat standardisasi proses kerjasama dan sistem pengelolaan kerjasama usaha di Grup IPC. Pada tahun 2015,memang terdapat banyak kontrak kerjasama di IPC telah berakhir namun belum diperpanjang sehingga dapat menimbulkan potential loss bagi perusahaan. Ketika itu, pihaknya diberi target dari Kementerian BUMN sekitar empat minggu. Target itu berhasil dilampaui. IPC berhasil membangun sistem SISKAKU yang terdiri dari berbagai fitur untuk mengelola segala jenis usaha.

“Ketika itu saya terlibat sebagai Kepala Departemen Kerjasama Usaha. Hingga saat ini, SISKAKU masih digunakan sebagai tools monitoring kerjasama usaha dan untuk meminimalkanpotential loss perusahaan,” kata lulusan S-2 Maritime Economics & Logistics, Erasmus University Rotterdam Belanda(2012-2013) ini. Menurutnya, efek positif dari SISKAKU adalah adanya standardisasi alur proses kerjasama, SLA untuk tahapan proses, dan ada dashboard summary sehingga informasi kerjasama usaha dapat diterima secara real- time.

Vonny membandingkan, sebelum 2016, proses kerjasama di IPC belum sepenuhnya terstandardisasi, baik alur proses, tahapan, waktu, maupun proses dokumen. Maka, ia menargetkan, dengan penyusunan dan implementasi pedoman kerjasama usaha, diharapkan ada standardisasi mengenai proses kerjasama usaha.

“Action yang saya dan tim lakukan adalah research dan studi banding, menyusun pedoman dengan berkoordinasi bersama seluruh tim, serta melakukan sosialisasi.Hasilnya, pedoman kerjasama fully implemented di seluruh cabang pelabuhan,” ungkap Vonny yang memulai kariersebagai Staf Jaminan Mutu PT Pelabuhan Indonesia II (September 2011-Juli 2014).

Bicara soal leadership, menurutnya, setiap pemimpin dalam kepemimpinannya harus mencetak penerus. “Hal itu dapat dicapai dengan berbagai macam cara, sepertimorning briefing, weekly meeting, coaching, memberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapat, sharing pengalaman, delegasi, dan memberikan kepercayaan kepada tim,” katanya. (*)

Dede Suryadi dan Andi Hana Mufidah Elmirasari

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved