Indonesia Best CFO

Arief Adhi Sanjaya, Membantu Optimalisasi dan Redefinisi Bisnis JIEP

Arief Adhi Sanjaya, Membantu Optimalisasi dan Redefinisi Bisnis JIEP
Arief Adhi Sanjaya, CFO PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP).

Sebagai CFO PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP), Arief melihat setidaknya ada tiga tantangan yang memengaruhi performa keuangan perusahaan. Pertama, terkait bisnis: belum semua lahan tersertifikasi hak pengelolaan lahan (HPL) sehingga membatasi pelaksanaan remasterplan.

Kedua, terkait pendanaan: kapasitas pendanaan terbatas dibandingkan kebutuhan capex. Ketiga, terkait kapabilitas pengembangan segmen bisnis residensial, komersial, dan kawasan industri baru.

Untuk menjawab tantangan tersebut, JIEP merancang tiga inisiatif strategis. Pertama, remasterplan Kawasan Industri Pulogadung (KIP), dengan mendiversifikasi produk properti mencakup industrial, komersial, dan residensial.

Kedua, entering new industrial area, dengan melakukan ekspansi kelola atau operasi kawasan industri di luar KIP. Dan ketiga, business optimization (berupa kapling industri dan maintenance fee), dan redefine business (berupa bangunan pabrik siap pakai/BPSP, utilitas, dan pergudangan).

Dalam hal business optimization, Arief menjelaskan, ada tiga strategi untuk lini bisnis sewa kapling industri. Yaitu, (1) implementasi dan sosialisasi estate regulation JIEP; (2) penyelesaian permasalahan HPL dan HGB; serta (3) optimalisasi penagihan, perpanjangan, dan pencarian Perpanjangan Perjanjian Penggunaan Tanah Industri.

Lalu, pada redefine business, JIEP mengembangkan bisnis modern warehouse yang fokus pada target pasar tertentu dan spesifikasi produk yang menyesuaikan. “Kami juga berencana melakukan partnership dengan mitra strategis pada lini bisnis tertentu dalam mendukung aspek finansial dan operasional,” ungkapnya.

Arief mengatakan, berbagai strategi tersebut disokong tiga fondasi bisnis yang merupakan enabler strategy. Pertama, organisasi dan SDM. Dalam hal ini, JIEP mentransformasi organisasi dan meningkatkan pengelolaan sumber daya. Mereka melakukan pengembangan, antara lain peningkatan porsi pegawai kontrak dengan dasar upaya efisiensi dalam jangka panjang, dan utilisasi rekrutmen karyawan baru yang bersifat operasi dan teknis, difokuskan kepada lulusan diploma serta SMA.

Kedua, investasi dan pendanaan. JIEP melakukan fund raising untuk memenuhi kebutuhan ekuitas guna pengembangan proyek dan bisnis. Alternatif pendanaan yang dapat diupayakannya untuk memenuhi kebutuhan rencana investasi adalah dengan jenis pendanaan secara equity atau debt. Arief mengungkapkan, bentuk pendanaan yang menjadi prioritas utama perusahaan adalah non-cash financing dan project financing.

“Saat ini JIEP sedang dalam proses pengajuan dan pembahasan terkait non-cash financing yang akan dikonversi dengan BPHTB kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui skema debt to equity swap,” Arief menerangkan.

Ketiga, sistem TI. JIEP mengembangkan sistem ERP sejak 2019 untuk menggantikan sistem konvensional yang bergantung pada ketelitian manusia. Sistem ERP Oracle, kata Arief, telah memberikan pengembangan, berupa proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat, serta meminimalkan dampak kebocoran data.

“Sebelumnya, dokumen persetujuaan harus melewati proses delivery, reading, dan signing. Namun, dengan implementasi sistem ERP Oracle ini, proses delivery dapat dihilangkan sehingga mempercepat proses persetujuan dokumen, dari lima hari kerja menjadi dua hari kerja,” tuturnya.

Dari keseluruhan upaya dan strategi di atas, tujuan akhir yang ingin diraih JIEP adalah menjadi integrated industrial township developer di area Pulogadung dan beberapa area lain di Indonesia. JIEP juga diarahkan untuk siap go public.

Arief menyampaikan, saat ini posisi JIEP berada pada kuadran II atau fase stabilisasi. Meski demikian, perusahaan menargetkan bergeser ke kuadran I (fase growth) dengan menangkap berbagai peluang yang muncul karena positifnya lanskap bisnis kawasan industri lima tahun ke depan.

Hingga akhir 2020, JIEP telah mencapai pertumbuhan compound annual growth ratio (CAGR 5 tahun) pendapatan sebesar 16%. Adapun skor tingkat penerapan GCG 80,87 (baik) dan tingkat kesehatan perusahaan A (sehat).

“Meskipun pertumbuhan perusahaan telah meningkat positif hingga tahun 2020, JIEP akan tetap berusaha memiliki pertumbuhan yang eksponensial. Peningkatan target ini menjadi salah satu tanda quantum leap JIEP dalam pengelolaan portofolio bisnis,” kata pria yang diangkat menjadi CFO JIEP pada 2018 ini. (*)

Yosa Maulana & Anastasia AS

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved