Indonesia Best CFO

Arief Budiman, Catat Rekor Margin EBITDA di Pertamina

Arief Budiman, Catat Rekor Margin EBITDA di Pertamina

Tahun 2014 bisa dibilang menjadi tahun yang berkesan bagi Arief Budiman. Ia dipercaya sebagai Direktur Keuangan Pertamina, setelah sebelumnya menjabat sebagai Presiden Direktur di PT McKinsey Indonesia. Meski masuk saat kondisi Pertamina tak begitu bagus, tapi dengan kemampuannya, ia berhasil mencatatkan kinerja yang positif. Pada 2015, Pertamina membukukan margin EBITDA (earning before interest, tax, depreciation and amortization) sebesar 12,28%. Angka itu menjadi margin tertinggi dalam sepanjang sejarah laporan keuangan Pertamina. Pada 2013-2014, margin EBITDA Pertamina tercatat sebesar 9,36 persen dan 8,26 persen.

”Saya bergabung di November 2014 ketika harga minyak turun 60% dan pemerintah mencabut subsidi BBM premium. Di tahun-tahun sebelumnya kami berinvestasi besar-besaran sehingga di bulan Februari 2015 kas kami negatif,” ujarnya bercerita tantangan awal ketika masuk di perusahaan minyak denagara tersebut.

Ia mengungkapkan beberapa hal dilakukan manajemen Pertamina agar bisa mencatatkan tren positif. Salah satunya melakukan efisiensi yang ketat yang berujung pada penghematan sebesar US$ 608 juta. Secara rinci ia menjabarkan beberapa pos yang berhasil di hemat seperti pemangkasan biaya operasional 30% dan belanja modal 15% tanpa mengurangi tingkat kesejahteraan pegawai.

IMG_0101

Pertamina juga berhasil membubarkan Petral yang pada ujungnya mampu menghemat kas sebanyak US$ 208 juta dan melakukan sentralisasi pembelian material yang bisa menghemat US$2,24 juta. “Kami juga merestrukturisasi PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) dan kilangnya guna mengurangi impor BBM premium sebanyak 20% yang nilainya setara US$ 1,3 miliar/tahun,” ungkapnya.

Di tengah anjloknya harga minyak dunia sepanjang tahun lalu, Pertamina ia sebutkan masih mampu mencetak laba bersih senilai US$ 1,42 miliar atau hanya turun 2%. Angka ini diklaim lebih baik dibandingkan dengan perusahaan migas lain seperti Shell yang turun 80%, Exxon minus 50%, dan Petronas menyusut hingga 64%. “Walau industri migas sedang turun, kami tidak melakukan PHK,” ungkapnya.

Atas kiprahnya tersebut, ia berhasil menjadi Indonesia Best CFO di tahun 2016 yang dihelat oleh Majalah SWA. Dengan beberapa tokoh kunci sebagai juri, seperti Djoko Wintoro (Wakil Rektor Universitas Prasetiya Mulya), Roy Sembel (Dekan IPMI International Bussines School), Philip S. Purnama (Presdir Integra Mining Group), Emisyah Satar (Chairman Mataharimall.com) dan Sugiharto (mantan Menteri Negara BUMN). (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved