Indonesia Best CFO

Haru Koesmahargyo, CFO BRI: CFO Berperan Wujudkan Visi Perusahaan

Haru Koesmahargyo, Chief Financial Officer (CFO) BRI
Haru Koesmahargyo, Chief Financial Officer (CFO) BRI.

Sebagai bank rakyat papan atas di Tanah Air, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI memiliki visi menjadi “The Most Valuable Bank in Southeast Asia and Home to The Best Talent”. Sebuah cita-cita sekaligus value yang diidamkan perusahaan yang menurut Haru Koesmahargyo, Chief Financial Officer (CFO) BRI, harus didukung CFO untuk mewujudkannya.

“Selain itu, sebagai CFO, kami juga berfungsi untuk memberikan guidelines kepada perusahaan untuk tetap bisa survive, termasuk di tengah pandemi Covid-19,” ungkap pria lulusan Fakultas Teknik Industri Pertanian Universitas Brawijaya, Malang itu. Tentu saja, hal tersebut dilakukan dengan tetap berpijak pada kebijakan yang sudah dicanangkan perusahaan.

Untuk mewujudkan visi tersebut, dikatakan Haru, ada tiga tahap transformasi yang telah dan akan dijalankan BRI. Pertama, Strenghthen foundation & defend core business yang telah dilakukan BRI pada 2017-2018. Kedua, Achieve top tier status in Indonesia across segments (2019-2021). Ketiga, Sustain top tier position and make BRI the most valuable bank in Southeast Asia (2022).

Saat ini, ada empat segmen yang menjadi garapan BRI, yakni mikro, consumer, kecil, dan korporat. Pihaknya mencari cara untuk tetap menumbuhkan sektor mikro karena bank pelat merah ini sudah berkomitmen menjadi bank usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). “Growth mikro sangat tinggi, Namun, penetrasi di sektor mikro masih rendah. Masyarakat Indonesia yang ke bank masih 40 juta,” kata Haru.

Untuk mempermudah penetrasi, bank menggenjot digital dengan membuka agen Brilink dengan memanfaatkan 60 juta nasabah untuk bisa menjadi agen Brilink. Dengan demikian, bank ini tidak perlu membuka cabang dan mencari orang. “Caranya, sharing dengan nasabah melalui Brilink,” ujarnya.

Di sektor mikro, bank ini menargetkan bisa mencapai 36% dari portofolio dan pelan-pelan bisa menjadi 40%. “In the long run mungkin bisa mencapai 60% dari portofolio,” ujar Haru. Di sektor korporat, bank ini tetap memelihara untuk meningkatkan profitability dengan produk lain, antara lain pembayaran.

Pada 2020, BRI akan mulai mengakuisisi perusahaan yang related financial, tetapi nonbank, seperti asuransi, investment, dan venture capital. “Di masa mendatang, mereka akan pelan-pelan menggantikan pendapatan dari kredit,” ungkapnya memberikan alasan.

Saat ini, BRI pun mengubah prioritas. Dengan menurunnya laba karena tekanan bunga akibat dari banyaknya nasabah yang bermasalah dalam pembayaran kreditnya, bank ini melakukan prioritisasi. “Kami akan mem-balance profitability dengan sustainability. Kami memastikan di 2020 tetap bisa memberikan profit dan loan reserve yang cukup. Ini adalah tantangan untuk semua bank,” kata Haru.

Di tengah pertumbuhan ekonomi nasional yang sudah minus di kuartal III dan diperkirakan akan berlanjut minus di kuartal IV, dalam menghadapi 2021 pihaknya masih berjaga-jaga. Jika vaksin Covid-19 ditemukan, kemungkinan ekonomi di Juni 2021 akan recovery. Namun jika belum, akan berlanjut. Haru menjelaskan, “Mode di tahun depan tetap konservatif menjaga sustainability di 2021 dan ke depan. Dalam kondisi penerimaan negara yang terbatas, mungkin kami akan diminta dividen yang tinggi. Namun, kami telah menyiapkan sampai 100%.”

Terkait program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), banyak bantuan kepada masyarakat yang mau tidak mau melalui bank. Hal ini karena bank memiliki akses ke masyarakat. Walaupun, masih banyak warga yang belum memiliki rekening. Namun, BRI sudah mengembangkan lebih awal sharing network dengan 400 ribu agen Brilink dengan jumlah dan nilai transaksi yang dibukukan mencapai Rp 500 triliun. “Fee yang kami terima Rp 500 miliar. Ini adalah revenue yang bisa kami terima,” ujarnya.

Seperti kita ketahui, mayoritas saham BRI dimiliki pemerintah sehingga pihaknya harus men-deliver economic value dan social value sama banyaknya. BRI pun sudah mengimplementasikan semua kebijakan pemerintah karena saat ini penyaluran subsidi ada benefit economic-nya untuk BRI, yakni adanya penambahan jumlah nasabah baru. “Nah, dari sana cara kami memasukkan perbankan ke masyarakat. Kami memiliki database yang lebih banyak,” katanya.

Strategi yang dilakukannya sebagai CFO adalah mengawal strategic initiative. Artinya, pihaknya tidak hanya mengeksplor yang dimiliki untuk membukukan profit, tetapi juga melakukan apa yang bisa dibangun di masa sekarang dan bisa dinikmati hasilnya di masa depan. Salah satu caranya, mengubah key performance indicators (KPI) agar perilaku staf berubah sehingga bisa memenuhi visi perusahaan. “Jika terpenuhi, visi perusahaan juga terpenuhi,” Haru mengungkapkan.

Lalu, skenario apa yang dirancang untuk mengembangkan kinerja keuangan perusahaan agar tetap bagus? Haru menjelaskan, pertama, fokus pada sumber pertumbuhan, yaitu ke segmen mikro dan ultramikro serta membatasi kredit ke korporasi. Kedua, mengembangkan digitalisasi untuk new business model dan efisiensi. Ketiga, membentuk dan ikut dalam ekosistem, mengembangkan analisis database, mengembangkan artificial intelligent, bekerjasama dengan fintech untuk layanan keuangan yang lebih luas dan beragam.

Keempat, melakukan program transformasi digital dan budaya serta menyusun corporate transformation BRI 2022, dan diperpanjang menjadi 2025. Kelima, mengakuisisi dan mengembangkan anak perusahaan (syariah, finance, securities, investment, asuransi, dll.) yang dapat memperkaya produk dan cross selling kepada nasabah.

Keenam, mengubah organisasi untuk lebih agile dan customer centric. Ketujuh, menerapkan sustainable finance yang memperhatikan tiga hal, yaitu environment, social, dan governance. Kedelapan, menyusun strtegic plan jangka panjang dan menerapkan KPI untuk mengawal pencapaian strategic plan.

Langkah yang dilakukan Haru di tengah pandemi Covid-19 ini yaitu mengutamakan keselamatan karyawan (people first), seperti memberikan face shield dan masker, melakukan rapidtest dan swabtest secara berkala, memasang kaca pembatas, membagi vitamin, dan menerapkan work from home. Lalu, merestrukturisasi debitur (peminjam kredit) agar mereka bisa melangsungkan usaha, tetap berproduksi, dan tidak mem-PHK-kan karyawan, serta memberikan keringanan bunga. Kemudian, menyediakan aplikasi mobile banking yang memudahkan nasabah melakukan transaksi perbankan tanpa harus datang ke bank.

Langkah lainnya, membuka 400 ribu agen BRI (Brilink) yang dapat tarik tunai, setor tunai, transfer, beli pulsa, serta bayar PLN, BPJS, dll. yang tersebar di seluruh Indonesia dengan jam operasi yang fleksibel; Sabtu dan Minggu sampai malam tetap beroperasi. Lalu, selektif dalam ekspansi kredit, menyiapkan cadangan kerugian yang cukup, dan menjaga likuiditas. Juga, aktif berprtisipasi pada program PEN dari pemerintah. (*)

Dede Suryadi dan Anastasia A.S.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved