Indonesia Best CFO zkumparan

Iman Rachman, CFO Pelindo II: Memaksimalkan Valuasi Perusahaan

Iman Rachman, CFO Pelindo II: Memaksimalkan Valuasi Perusahaan
Iman Rachman, CFO Pelindo II

Akhir September 2018, Iman Rachman (46 tahun) pindah tugas menjadi Direktur Keuangan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III. Sebelumnya, saat proses penjurian Best Chief Financial Officer (CFO) 2018 yang dgelar SWA, ia dalam posisi sebagai Direktur Keuangan atau CFO PT Pelindo II/ Indonesia Port Corporation (IPC), dari 2016 hingga 23 September 2018.

Iman menjelaskan apa yang dilakukan saat menjadi CFO Pelindo II. Menurutnya, yang terutama adalah memaksimalkan valuasi perusahaan. Seperti dalam hal operational excellence, Pelabuhan Tanjung Priok mulai menjadi transhipment port di 2017 yang sebelumnya dikenal sebagai destination port. Tanjung Priok menjadi pelabuhan cargo consolidation (transhipment port) untuk kontainer sehingga beberapa kapal tidak perlu lagi transit di Singapura untuk tujuan Amerika, Eropa, dan Asia. Transhipment port artinya menjadi pelabuhan hub ekspor; di pelabuhan ini kargo dari kapal-kapal kecil dialihmuatkan ke kapal besar yang bersandar di sini untuk dikirim ke luar negeri.

“Dengan menjadi transhipment port, biaya yang dikeluarkan para eksportir/importir menjadi lebih murah dibandingkan destination port. Bahkan, kami lebih murah dibandingkan di Singapura. Sebelumnya, kapal besar yang masuk Jakarta International Container Terminal (JICT) sebanyak 5.000 TEUs di 2017, hingga saat ini sudah mencapai 11 ribu TEUs,” ujar lulusan Fakultas Ekonomi, Universitas Padjadjaran Bandung, dan MBA Finance dari Leeds University Business School, Inggris ini.

Pelindo II juga mengembangkan e-gate atau pintu masuk pelabuhan dengan skema pembayaran seperti gerbang tol. Ini dapat meningkatkan sterilisasi pelabuhan dengan sistem pelayanan yang lebih rapi karena pihak yang tidak berkepentingan tidak dapat masuk area pelabuhan. Hasilnya, pelayanan pelabuhan lebih berkualitas. Pelindo II juga meluncurkan IPC Smart Card, kartu elektronik yang digunakan sebagai kartu akses masuk ke gerbang Pelabuhan Tanjung Priok. Dengan kartu ini, antrean di gerbang masuk dapat dikurangi karena transaksinya dilakukan secara elektronik.

Pelindo II berkomitmen melakukan inovasi dalam pelayanan seperti Cash Management System (CMS) dengan cara meluncurkan e-invoice; pengguna jasa dapat menyimpan kuitansi pembayaran dalam bentuk digital sehingga lebih aman dan akurat.

Untuk meningkatkan cost effectiveness, diterapkan transaksi keuangan berbasis teknologi informasi (TI) dengan Oracle Budget Control. Dilakukan cost effectiveness, bukan cost reduction, dengan membedakan kegiatan yang “must have” dan “nice to have” melalui penerapan Oracle Budget Control. Pengendalian capital expenditure (capex) juga dilakukan dengan implementasi Oracle Project Costing.

Penerapan cost effectiveness dengan budget control disosialisasikan agar seluruh direktorat, selain direktorat keuangan, aware terhadap program cost effectiveness ini. “Kemudian, menerapkan sistem TI untuk mengimplementasikan inter company transactions, dengan merekonsiliasi kantor pusat, cabang, dan anak perusahaan,” papar Iman.

Lalu, bagaimana kinerja Pelindo II? “Kinerja keuangan Pelindo II di 2017 merupakan pencapaian tertinggi sepanjang sejarah perusahaan,” ungkap Iman. Betapa tidak. Tak ada cabang dan anak perusahaan yang membukukan kerugian. Bahkan, dua anak perusahaannya berhasil go public. Laba bersih Pelindo II di 2017 sebesar Rp 2,21 triliun, meningkat 43,4% dibandingkan tahun sebelumnya. Pendapatan usaha meningkat 22,27% menjadi Rp 10,91 triliun di 2017 dan EBITDA Rp 4,03 triliun, naik 27,7% dari tahun sebelumnya.

Perusahaan ini meningkatkan akuntabilitas anak perusahaan melalui proses penawaran saham perdana (IPO). Dua anak perusahaannya, PT Jasa Armada Indonesia Tbk. dan PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk., telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada 22 Desember 2017 dan 9 Juli 2018, dengan harga penawaran masing-masing Rp 380 dan Rp 1.640 per lembar serta nilai kapitalisasi pasar Rp 2,2 triliun dan Rp 3 triliun. Dengan IPO, good corporate governance (GCG) anak usaha Pelindo II tersebut akan lebih baik dan kinerja finansial perusahaan akan lebih transparan.

Kemudian, apa rencana Iman untuk menumbuhkan Pelindo III? “ Saya akan melanjutkan yang sudah baik di Pelindo III, yang masih tertunda akan kami jalankan, yang belum ada kami ciptakan, yang tidak baik kami tinggalkan. Kami sedang me-review semua kinerja saat ini,” kata Iman tandas. (*)

Dede Suryadi dan Jeihan Kahfi Barlian


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved