Indonesia Best CFO

Marius Praktiknjo, Inisiator Tumbuh Anorganik Bati Group

Marius Praktiknjo, Inisiator Tumbuh Anorganik Bati Group

Untuk cepat tumbuh besar, strategi akuisisi bisa dipilih, daripada hanya mengandalkan pertumbuhan organik. Ini juga yang pernah dilakukan Marius Praktiknjo, Direktur Keuangan Dwitama Bati Sentosa Group (Bati Group).

Perusahaan yang fokus perdagangan produk migas sejak 2001 ini nyaris gulung tikar saat Marius direkrut sekitar 5 tahun yang lalu. Tugasnya satu melakukan segala hal yang dibutuhkan untuk membangkitkan korportasi. Tentunya, langkah yang diambil harus tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. “Meski terlihat mudah, saya bertanggung jawab untuk membuat blue print rencana perusahaan dan rencana keuangan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang,” katanya mengenang.

Saat ekonomi masih lesu seperti sekarang, ia fokus mengelola kegiatan harian seperti pendanaan, akuntansi, memastikan arus kas tetap positif, memperbaiki sistem penagihan, manajemen perpajakan, dan lainnya.

Marius Pratikjo, Direktur Keuangan Group Bati

Marius Pratikjo, Direktur Keuangan Group Bati

Salah satu titik balik kebangkitan Group Bati adalah akuisisi perusahaan rekayasa (engineering), yakni PT Erraenersi Konstruksindo (Enerkon) pada 2012 lalu. Perusahaan yang berdiri tahun 1995 ini fokus di engineering penuh mulai dari perancangan, pengelolaan proyek, dan lainnya di bidang minyak dan gas, petrokimia, pembangkit listrik, pengelolaan air, dan sebagainya.

“Kami mengambil mayoritas 51% serta manajemen keuangan. Selain menjadi salah satu cikal bakal Group Bati, keterlibatan kami berhasil membangkitkan perusahaan ini dari titik hampir runtuh menjadi ke batas aman hanya dalam satu tahun,” katanya.

Marius mengenang dirinya sendiri yang fokus merestrukturisasi utang bank, melobi para pemasok untuk meringankan pembayaran, serta menurunkan tempo penagihan dengan lebih mendisiplinkan proyek operasional dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi syarat penagihan. Ini dilakukan sembari fokus menunaikan tugas menurunkan biaya dalam bentuk efisiensi operasional dan produktivitas aset, serta meningkatkan pendapatan.

“Tahun 2014, perusahaan EPC asal Jepang membeli 55% saham kepemilikan lokal dengan harga sekitar 3 kali lipat dari nilai akuisisi kami 20 bulan sebelumnya. Saat ini, kami masih pegang 22,5% di perusahaan tersebut, dengan seorang komisaris utama dan seorang direktur,” kata dia.

Di tengah lesunya sektor migas, lanjut dia, manajemen perlu meningkatkan komunikasi dengan pemegang saham untuk meminta arahan dan dukungan. Upaya mencari sumber pendanaan baru seperti offshore financing juga dilakukan meski harus juga memperhatikan kompleksitas di hedging dan spekulasi yang selama ini belum disentuh. Ini juga untuk mendukung peluang melakukan pertumbuhan anorganik.

“Di keuangan, aspek hukum dan analisa PEST perlu lebih diperkuat. Integrasi dengan aspek teknologi, efisiensi dan kontrak masih harus dibenahi untuk memudahkan dan mempercepat proses pengambilan keputusan. Penggunaan teknologi seperti data analysis dan reporting, business intelligence, serta ERP mulai diterapkan,” katanya. (Reportase: Tiffany Diahnisa)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved