Indonesia Best CFO zkumparan

Stephen Then, Berupaya Jadi Wingman bagi CEO

Stephen Then, Berupaya Jadi Wingman bagi CEO
Stephen Then, CFO Grup Sintesa

Bagi Stephen Then, peran seorang CFO ibarat sayap pada pesawat. Sebagai CFO Grup Sintesa, ia harus mampu memberikan arahan atau pandangan lain kepada CEO mengenai target perusahaan.

Perjalanan karier Stephen, sebelum berlabuh di Sintesa pada 2016, diawali di Kantor Akuntan Publik Tanubrata. Selama 13 tahun berikutnya, ia sempat bekerja di beberapa perusahaan multinasional, di antaranya BAT Indonesia dan Merck Indonesia.

Menurut Stephen, sebagai wingman, CFO harus memberikan pandangan yang clear kepada CEO. “CFO harus bisa memberikan nilai tambah, bagaimana perusahaan bisa mencapai target dan objektifnya sesuai dengan yang direncanakan, dan menyampaikan hambatannya,” katanya. Kendati begitu, katanya lagi, wingman tidak berupaya menyetir perusahaan, tetapi memberikan arahan dan pandangan terhadap apa yang harus dilakukan.

Dalam menjalankan perannya sebagai CFO, Stephen mengaku selalu menerapkan tiga prinsip. Pertama, value added dari seorang CFO berubah dari hanya memberikan data faktual dan historis, menjadi memberi arah ke depan alias bertindak sebagai advisor keuangan untuk CEO. Kedua, mengambil peran dalam risk management dengan memberikan tanda-tanda kepada CEO jika ada kondisi yang merugikan perusahaan. Ketiga, peran CFO harus futuristik dari sisi teknologi; harus tahu dan paham perkembangan teknologi dan perkembangan pasar.

Menurut pria berusia 49 tahun ini, divisi keuangan harus membantu perusahaan mencarikan cost of fund yang efisien alias mencarikan pendanaan yang murah. Juga, bagaimana mencari sumber pendanaan baru, lewat penerbitan saham ataupun obligasi. “Divisi keuangan juga harus menjadi penggerak perusahaan dalam mencari peluang bisnis baru,” kata peraih gelar MBA Bisnis Internasional dari Monash University, Australia ini.

Stephen juga berpendapat, CFO harus memainkan peran penting dalam transformasi digital perusahaannya agar proses bisnis makin efisien. Dalam hal ini, ia melihat tantangan terbesarnya adalah mengubah pola pikir. “Investasi teknologi memang sangat besar, tapi harus dilihat manfaatnya. Kalau benefit yang diperoleh lebih besar, harusnya itu bukan dilihat sebagai biaya tetapi investasi. Tantangan yang saya rasa paling besar hanya di mindset, bahwa kita harus berubah,” ia menuturkan.

Di Grup Sintesa, Stephen sudah menjalankan perubahan model bisnis menjadi digital. Ia mencontohkan, ada satu anak perusahaan di Sintesa yang bekerjasama dengan pemain e-commerce (Bukapalak), sehingga proses bisnisnya pun didigitalisasi. Misalnya, ada POS (point of sales) digital, di mana POS untuk retailer dan POS untuk consumer harus mudah terkoneksi. Kendati begitu, Sintesa hingga kini juga masih menggunakan jalur penjualan konvensional, sehingga masih ada tenaga penjualan. “Hanya saja, kami sudah mulai bertahap beralih ke POS digital, di mana toko-toko kami tersambung secara digital,” katanya lagi. (*)

Herning Banirestu dan Jeihan K. Barlian

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved