Leaders zkumparan

Istini Tatiek Siddharta, CEO ANJ: Memberdayakan Pegawai dan Masyarakat

Istini Tatiek Siddharta, CEO PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ).
Istini Tatiek Siddharta, CEO PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ).

Naga Waskita betah berlama-lama mendiskusikan beragam topik bersama bosnya, Istini Tatiek Siddharta, CEO PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ). Topik pembicaraan antara lain seputar pekerjaan, kehidupan sehari-hari, dan isu-isu sosial. Naga mengatakan, bosnya ini adalah pendengar yang baik tatkala menyimak keluhan dan curahan hati karyawan.

Berbicara tentang pekerjaan, Istini setiap bulan meluangkan waktu menghadiri sesi diskusi one on one membahas perkembangan pekerjaan. “Selain berdiskusi dengan Bu Istini yang dapat dilakukan sewaktu-waktu, Bu Istini juga dapat memberikan arahan agar perkembangan pekerjaan dapat berjalan dengan baik melalui sesi ini. Bu Istini dapat bersikap keras di dalam menegur apabila terdapat kesalahan, terutama apabila kesalahan tersebut telah terjadi berkali-kali. Di lain pihak, Bu Istini juga memberikan apresiasi kepada karyawan yang berprestasi,” ungkap Naga yang menjabat sebagai Direktur Legal & Sekretaris Korporat ANJ.

Pandangan yang tak jauh berbeda dilontarkan Lucyana Marcelina, Sekretaris ANJ. Walau akrab dengan pegawai, juga lembut dan perhatian kepada seluruh pegawai, bosnya itu adalah pemimpin yang berkarakter tegas dan berani menegur karyawan jika ada kekeliruan. Karakter kepemimpinan Istini dianalogikan seperti seorang ibu yang menyayangi anak-anaknya. “Saya sebagai sekretaris yang berhubungan langsung dengan beliau merasakan caring leadership dari sosok Ibu Istini,” tutur Lucyana.

Teguran dan arahan yang disampaikan Istini disikapi pegawai sebagai panduan untuk membenahi kekeliruan agar tugas yang diemban bisa dikerjakan lebih baik ke depan. Hal kecil dan detail pun tak lepas dari pengamatan Istini. “Bukan hanya imbauan, tapi beliau memberikan contoh kepada karyawan sehingga karyawan punya role model dan itu sudah kami terapkan dan mulai menjadi sebuah kebiasaan di kantor kami,” Lucyana menambahkan.

Adapun menurut Nunik Maharani, Kepala Grup Komunikasi Korporat ANJ, kepemimpinan Istini adalah kepemimpinan yang melayani (serving leadership) untuk perusahaan dan masyarakat.

Perihal penuturan pegawainya tersebut, Istini mengatakan bahwa kepemimpinan caring leadership itu diwujudkan di perusahaan dengan memberdayakan pegawai dan masyarakat. Contoh nyata dilakukan di internal perusahaan, yakni membiasakan gaya hidup ramah lingkungan dengan mengajak semua karyawan mengurangi plastik dan mengubah sampah plastik menjadi barang berguna. Gaya hidup itu juga disosialisasikan di masyarakat di sekitar ANJ.

“Kami juga memiliki proyek pengembangan wisata perkebunan yang dipadukan dengan wisata lingkungan di Belitung dan Ketapang, Kalimantan Barat. Selain itu, ada proyek identifikasi dan pencatatan keanekaragaman hayati di seluruh wilayah perkebunan. Implementasi proyek-proyek ini, yang setiap tahun masuk dalam evaluasi kinerja, memberikan penilaian terhadap perilaku individu dalam melaksanakan proyek yang dipilih, apakah mencerminkan nilai-nilai yang menghargai masyarakat dan lingkungan,” Istini menjelaskan.

Pemberdayaan pegawai tidak hanya dipandang sebagai bentuk kepedulian, tetapi kebutuhan, demi keberlanjutan bisnis perseroan. Selain memberdayakan, Istini juga mendorong pegawai untuk menggelar aneka macam program pemberdayaan masyarakat. Contohnya, program Pendidikan Anak Usia Dini di kampung-kampung Sorong Selatan, Papua Barat.

“Di Papua, banyak sekali contoh pemberdayaan masyarakat yang melibatkan karyawan kami. Ternyata, bibit pemberdayaan dan inovasi tumbuh sangat subur pada insan ANJ. Jadi, saya cukup mudah menggulirkan ide-ide kreatif yang dikreasikan oleh karyawan. Contohnya, terciptanya barcoding untuk dokumentasi konservasi, program pengumpulan buku untuk sekolah-sekolah di pedalaman, serta tumbuhnya rumah kreatif di kebun untuk tempat berkomunikasi,” Istini menuturkan.

Pekerjaan dan program pemberdayaan masyarakat rutin dievaluasi. Pembicaraan mengenai hal ini pun tak terelakkan. Istini menghabiskan sekitar 70% dari jam kerjanya untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan karyawan. Tak jarang, ia menyambangi perkebunan kelapa sawit milik ANJ. Kunjungan kerjanya ke lapangan digelar tanpa seremoni formal. Sebaliknya, ia lebih menyenangi kondisi yang alami tatkala melakukan kunjungan ke lapangan.

Istini memprioritaskan aspek non-operasional di sekitar perkebunan kelapa sawit. ”Daerah konservasi, sekolah, dan masyarakat sekitar selalu menjadi pusat perhatian saya. Ide-ide baru mengenai pengembangan masyarakat, keadaan sesungguhnya di wilayah konservasi, banyak diperoleh dengan melakukan kunjungan seperti ini,” ungkap peraih gelar Sarjana Ekonomi Akuntansi dari Universitas Indonesia ini.

Mengenai kebutuhan primer karyawan, Istini mencontohkan ketika perusahaan membuat perumahan untuk mereka, ia terjun langsung memperhatikan rancangan rumah dengan detail. Dengan demikian, ia bisa memberikan koreksi dan usulan untuk memastikan rumah buat pegawai ANJ ini terpenuhi kebersihannya.

Menurut Istini, tim ANJ memahami karakternya sebagai pemimpin perusahaan yang tidak puas mendapat laporan, informasi, atau jawaban yang normatif. “Saya selalu minta fakta dan data serta tindakan terperinci, beserta kapan pekerjaan akan diselesaikan,” ujar wanita kelahiran Jakarta tahun 1962 ini.

Keberpihakan Istini kepada pegawai ditunjukkan pula tatkala kantor ANJ hendak pindah ke lokasi lain tahun lalu. “Sebelum memutuskan lokasi baru, saya memperhitungkan hal-hal yang kelihatannya remeh namun penting bagi karyawan, misalnya kemudahan mendapatkan makan siang, kenyamanan rancangan desain kantor, perlunya tanaman untuk meminimalkan stres, kebersihan toilet, kemudahan akses transportasi umum, dan sebagainya,” paparnya.

Istini juga melakukan hal-hal kecil sebagai bentuk perhatiannya kepada karyawan, misalnya membagikan angpao untuk karyawan yang merayakan Imlek, memastikan jasa penyediaan uang pecahan kecil baru menjelang Lebaran oleh tim keuangan (karena biasanya sulit didapat di bank), menanyakan keadaan keluarga, memberikan selamat kepada yang merayakan momen spesial, memberikan penghargaan kepada pegawai berprestasi, makan siang bersama di ruang makan atau restoran, mengadakan acara pot luck, serta berpartisipasi dalam kegiatan karyawan, seperti nonton film bareng dan bermain futsal.

“Tidak semua kegiatan tersebut saya ikuti, namun saya mempersilakan dan mengapresiasi inisiatif yang datang dengan sendirinya, yaitu kelompok yang memiliki ide untuk menjaga dan meningkatkan kebersamaan. Kalau ada karyawan saya yang sedang mengalami kesulitan, selama memungkinkan, akan saya bantu, juga secara pribadi. Ternyata, perilaku seperti ini juga diam-diam menjalar ke para leader yang lain. Semua itu dilakukan dengan suka rela dan tanpa publisitas,” Istini memerinci.

Hal ini merupakan bagian dari budaya caring leadership yang diimplementasikan oleh Istini di ANJ. Istini dilihat memberikan contoh nyata sehingga dijadikan role model oleh pegawai. Terkait wabah corona, praktik caring leadership mengoptimalkan teknologi untuk pegawai yang bekerja di rumah (work from home), juga menyediakan alat-alat kesehatan dan alat pelindung diri (APD) yang diperlukan oleh perkebunan di daerah terpencil.

Ketegangan sempat dialami sebagian besar pegawai lantaran alat-alat tersebut tak kunjung tiba di perkebunan. Untuk mengatasi ketegangan ini, tim di kebun perlu disemangati dan diajak melihat realitas. Semua orang dan semua perusahaan sama-sama mengalami fase sulit akibat pandemi virus corona.

“Saya kirimkan beberapa video, foto, maupun artikel, agar tim di kebun dapat membuat perlengkapan APD secara mandiri. Ternyata, malah banyak kreativitas yang muncul. Masker dibuat sendiri dengan memberdayakan ibu-ibu yang mampu menjahit, membuat masker sementara dari tisu, membuat desinfektan, APD dari jas hujan, dan sebagainya,” tutur Istini dengan nada bangga. Anggota tim saling menyemangati dan belajar dari pengalaman perkebunan yang lain.

Di tahun 2019, ANJ mencetak pendapatan bersih US$ 130,35 juta. Sepanjang 2019, produsen minyak sawit mentah (CPO) yang mempekerjakan lebih dari 8 ribu orang ini berhasil menurunkan beban pokok penjualan sebesar 3,78%. (*)

Sri Niken Handayani & Vicky Rachman

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved