Leaders zkumparan

Kris Taenar Wiluan “Pengusaha Harus Kerjasama Bangun Indonesia Inc.”

Kris Taenar Wiluan “Pengusaha Harus Kerjasama Bangun Indonesia Inc.”
Kris Taenar Wiluan adalah pendiri dan pemilik mayoritas Citramas Group

Kris Taenar Wiluan adalah pendiri dan pemilik mayoritas Citramas Group. Bisnis inti grup usaha yang bermarkas di Batam, Kepulauan Riau, ini terkait dengan industri minyak dan gas (migas), terutama memproduksi aneka pipa dan peralatan penunjang pengeboran migas. Pasar utamanya adalah mancanegara; lebih dari 70 persen produknya diekspor. Selain itu, kelompok usaha ini juga mengelola aneka bisnis lainnya, seperti kawasan wisata dan industri perfilman.

Di luar Citramas, Kris juga merupakan pendiri dan pemegang saham penting KS Energy, yang berbasis di Singapura. Bisnis perusahaan ini adalah memasok anjungan pengeboran dan menyediakan layanan pendukung industri migas di berbagai kawasan, mulai dari Asia, Timur Tengah, Afrika, Eropa, hingga kawasan Laut Utara.

Pada 2009, pengusaha yang mengaku pernah nyaris bangkrut ini meraih penghargaan Entrepreneur of the Year dari Ernst & Young.

Berikut ini petikan wawancara dengan Kris menyangkut pandangan dan nasihatnya selaku pengusaha senior menghadapi situasi perekonomian saat ini.

Selama memimpin dan mengelola usaha, berapa kali Anda menghadapi situasi ekonomi yang sulit?

Sudah banyak sekali. Karena, saya memulai usaha dari tahun 1970-an, dan waktu itu ada krisis. Tahun 1990-an bersamaan dengan reformasi. Juga, di tahun 2008-2009. Biasalah buat kami menghadapi banyak badai.

Bagaimana Anda membawa perusahaan melewati dan keluar dari krisis

Saya rasa yang terpenting kita harus mempunyai kebersamaan dari tujuan bisnis. Teamwork yang saya bina di kalangan pimpinan pusat dan staf kami juga penting. Dalam semua bisnis itu, diperlukan kerjasama yang baik. Kedua, kita juga harus fokus pada apa yang kita miliki. Jangan masuk ke daerah-daerah yang kita tidak pahami.

Menurut Anda, apa pelajaran penting dari situasi yang terjadi beberapa waktu terakhir ini?

Kita harus lebih perhatian terhadap berbagai perubahan. Apalagi, sekarang perubahannya banyak sekali. Pertama, situasi perang dagang yang terjadi saat ini punya akibat banyak sekali. Kedua, adanya perubahan industri, terutama dengan kehadiran era digital, sehingga bisnis yang biasanya kita kerjakan bisa berubah.

Namun, yang terpenting, bisnis-bisnis inti tidak akan berubah. Umpamanya bisnis energi. Biarpun ada perubahan disebabkan teknologi digital, energi tetap harus ada. Sebab, mobil menggunakan bensin. Meskipun nanti berubah jadi mobil listrik, itu kan tetap butuh energi. Nah, sebagian besar bisnis di grup kami bergerak di bidang services of energy ini.

Namun, kami juga telah masuk ke bisnis masa depan. Kami sudah mulai berpartisipasi di industri digital. Di antaranya, dalam kaitan kerjasama antara Indonesia dan Singapura, untuk membuat infrastruktur digital.

Bagaimana Anda melihat respons pemerintah ataupun dunia bisnis dalam menyikapi kondisi perekonomian yang belum membaik ini?

Saya lihat respons pemerintah terhadap gejolak-gejolak ini –terutama baru-baru ini dengan adanya gejolak rupiah– cukup bagus. Yakni, bagaimana kita seharusnya meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri. Sekarang sudah ada beberapa peraturan yang dibuatkan dalam Keppres. Kedua, adanya imbauan dari Menteri Keuangan untuk bisa mengurangi impor.

Buat negara yang lebih banyak impor daripada ekspor, kondisinya memang lebih rawan. Sebagai contoh, China sudah mengurangi impor sejak tahun 1970-an. Namun, sekarang produksi dalam negerinya sudah mantap, karena sudah membangun industrinya. Harapannya, para pengusaha Indonesia juga bisa bekerjasama meningkatkan produksi dalam negeri, supaya kita tidak perlu terlalu banyak impor.

Apa nasihat dan saran Anda terhadap pelaku usaha menghadapi kondisi bisnis saat ini?

Saat ini sebenarnya masih tersedia banyak peluang. Yang penting diperhatikan adalah sumber daya manusia kita, dengan menciptakan lapangan kerja dalam negeri. Itu bisa membantu dan meningkatkan kondisi ekonomi kita secara keseluruhan. Untuk pengusaha, harus fokus pada apa yang dikerjakan. Adapun kalangan perbankan harus mau mendukung para pengusaha.

Antarpengusaha harus bisa bekerjasama membangun Indonesia Incorporated. Antarperusahaan harus saling menunjang. Kita lihat di negara lain, pengusahanya kuat karena mereka bisa mengisi satu sama lain.

Kompetisi memang penting. Namun, pemerintah sebagai regulator harus bisa berperan sebagai referee (wasit) yang baik. Kompetisi ini harus bisa meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat.

Lalu, apa pesan Anda untuk generasi penerus bisnis Anda?

Saya sampaikan bahwa mereka harus memutuskan: mau jadi pengusaha atau profesional. Yang terpenting, dia harus memberikan perubahan atau kontribusi. Bukan saja untuk perusahaan, tetapi juga untuk masyarakat sekitar. (*)

Joko Sugiarsono & Nisrina Salma


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved