Young Women Leaders

Uma Hapsari, Jeli Menciptakan Sepatu Trendi, Berkualitas dan Murah

Uma Hapsari, Jeli Menciptakan Sepatu Trendi, Berkualitas dan Murah

Uma Hapsari

Uma Hapsari, saya menerima penghargaan sebagai salah satu pemenang Indonesia Young Women Business Leaders 2017

Uma Hapsari sangat jeli melihat peluang bisnis sepatu trendi yang harganya ramah di kantong. Dia membesarkan bisnis Amazara dari yang awalnya hanya menjual 10 pasang sepatu, kini telah mencapai 1.000 pasang sepatu per bulan. Uma bermitra dengan pengrajin sepatu di Jawa Barat yang mengutamakan prinsip saling menguntungkan. “Kami membuat nota kesepahaman dengan para pengrajin sepatu dan menyerahkan uang jasa di muka kepada mereka untuk memproduksi sepatu dalam jumlah besar. Seandainya target produksi kami tidak tercapai, uang itu boleh diambil pengrajin. Mereka pun lebih percaya bekerja sama dengan kami,” dia menerangkan.

Bahan bakunya dipasok langsung dari pabrik untuk menekan biaya produksi, sehingga harga jual sepatu Amazara tidak menguras kantong konsumen. “Sepatu yang harganya Rp 80 ribu sudah bisa profit karena cost of production-nya rendah,” ungkap Uma membeberkan rahasia suksesnya. “Kami order bahan baku langsung dari pabrik, tidak melalui distributor. Lalu, bahan baku itu disebar kepada enam pengrajin sepatu di Jawa Barat yang membuat sepatu dengan keahlian masing-masing, misalnya sneaker, loafer dan flat shoes,” katanya.

Pada 2012, Uma memulai bisnis sepatu dengan cara penjualan konvensional (offline). Tiga tahun kemudian, saluran penjualannya dialihkan ke internet, yaitu melalui media sosial seperti Instagram. Dia bersama suaminya, Rendi Andaru, pada November 2015 mendirikan PT Amazara Cipta Indonesia sebagai perusahaan yang menaungi amazara.co.id, produsen dan toko daring (dalam jaringan/online) khusus sepatu wanita. Di tahun itu, kantor Amazara terpusat di garasi rumah Uma dan Rendi.

Saat itu, mereka dibantu dua pegawai paruh waktu. Penjualannya pun masih bisa dihitung dengan jari. “Dan, saya mulai memberi merek Amazara. Harganya sekitar Rp 80 ribu per pasang,” tuturnya. Namun, konsumen mengeluhkan kualitas sepatu Amazara yang mudah rusak. Ketika di awal menekuni bisnis itu, 8 dari 10 pasang sepatu yang dibeli konsumen mengalami kerusakan. Uma pun segera memperbaiki kualitas produknya demi menumbuhkan kepercayaan pelanggan.

Setahun kemudian, kantor Amazara pindah ke Jalan Kaliurang, Yogyakarta. Jumlah pegawainya bertambah menjadi 12 orang seiring dengan meningkatnya bisnis Amazara. Sepatu bikinan Uma dan Rendi ini membidik kaum Hawa berusia 13-30 tahun. “Affordably Stylish”, demikian slogan Amazara yang dirancang Uma sebagai sepatu yang modelnya mengikuti tren fashion masa kini tetapi harganya tidak selangit.

Desain sepatu Amazara mengikuti model merek-merek ternama yang diberi sentuhan modifikasi tertentu. Uma menjualnya di amazara.co.id. Dia juga menggandeng sejumlah situs e-commerce dengan sistem konsinyasi, yaitu berrybenka.com, blibli.com dan shopee.co.id. Segmen pasarnya dipilah-pilah sesuai dengan karakter pembelinya. Harga jual yang dipajang di situs Shopee, misalnya, Rp 70 ribu-100 ribu, karena karakter konsumen Shopee menengah-bawah. “Kami membedakan penjualan sepatu di situs amazara.id dan shopee.co.id,” ucap lulusan Bachelor of Art dari Macquarie University, Australia ini.

Rata-rata konsumen Amazara membelanjakan uangnya sekitar Rp 170 ribu. Untuk meningkatkan nilai penjualan, Uma menjual aneka macam aksesori. “Kami mencoba berjualan kaus kaki dan tas sebagai strategi meningkatkan nilai penjualan, bulan lalu kami melihat belanja konsumen telah naik menjadi Rp 230 ribu,” ungkapnya. Promosi jorjoran pun dilakukannya. Contohnya, mengikuti pameran niaga dan memberikan promosi buy one get one untuk pembelian sepatu seharga Rp 150 ribu. Tahun ini, Uma membidik penjualan sepatu 1.000 pasang di amazara.id dan 500 pasang di toko daring. Selain meningkatkan penjualan sepatu, di masa mendatang dia akan mewadahi konsumen Amazara dalam satu komunitas perempuan yang mengampanyekan isu kesehatan atau pendidikan. “As a women, kita harus berbicara yang lebih meaningfull, seperti pemberdayaan perempuan,” katanya. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved