Business Champions zkumparan

Sekar Bumi, Terus Berinovasi untuk Perkuat Pasar

Sekar Bumi, Terus Berinovasi untuk Perkuat Pasar
Harry Lukminto, Presdir Sekar Bumi
Harry Lukminto, Presdir Sekar Bumi

Sepak terjang PT Sekar Bumi Tbk. dalam menembus pasar eskpor makin mantap. Kalau dirata-rata, sebagaimana pernah dituturkan Harry Lukminto, Presdir Sekar Bumi, pendapatan ekspornya mencapai 83% dari total pendapatan. Bahkan, di tahun 2018, dari total pendatapan senilai Rp 1,95 triliun (naik 6% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1,84 triliun), 91,66%-nya (Rp 1,79 triliun) disumbang pendapatan ekspor, sedangkan sisanya sebesar 8,34% (Rp 162,96 miliar) dari penjualan domestik. Untuk penjualan ekspor, komoditas yang jadi andalannya adalah udang beku.

Sebenarnya, selain udang, Sekar Bumi telah mengembangkan dan mengekspor produk makanan olahan beku (frozen) lainnya, seperti tempe, pecel, dan pete. Hanya saja, angkanya memang belum terlalu besar. Produknya antara lain diekspor ke Amerika Serikat, negara-negara Eropa, Jepang, dan Korea Selatan. Pasar utama produknya memang pasar ekspor.

Produk Sekar Bumi cukup beragam. Perusahaan ini mengategorikan produknya, yang terdiri dari frozen value added seafood (udang, ikan, cumi, octopus); frozen processed food (breaded shrimp, bakso, dim sum seperti mini wonton, spring roll, samosa, sosis, dan sebagainya); dan ready to eat snacks (kacang mete dan kacang-kacangan). Selain itu, ada sosis siap makan, bumbu masak, pakan ikan dan pakan udang, serta daging. Merek yang diusungnya: Finna, Bumifood, Mitraku, SKB, dan Sosikan.

Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, Sekar Bumi menjalin kemitraan dengan pembudidaya dan petani. Selain itu, juga bekerjasama dengan pengepul. Para mitra tersebut memasok 90% kebutuhan bahan baku, sedangkan yang 10% disediakan sendiri oleh perusahaan ini.

Dalam hal produksi, Sekar Bumi sudah menerapkan otomasi dalam pengolahan produk seperti bakso dan siomai. Dari awal (forming) hingga akhir (freezing) sudah berbasis mesin dengan rantai dingin yang dijaga. Menurut Harry, ruangan yang menggunakan panel dan peralatan yang dipakai sangat menunjang persyaratan GMP dan HACCP, sehingga higienis dan food safety lebih dijamin, termasuk dengan penerapan sistem traceability (untuk memudahkan pelacakan produk). Selain itu, Sekar Bumi juga telah memiliki dan menerapkan teknologi packaging Retort, yakni teknologi kemasan yang membuat produk dapat disimpan cukup lama dan langsung dimakan. “Dengan teknologi ini, produk diproses dan disimpan tanpa menggunakan bahan pengawet. Retort menggunakan bahan packaging khusus untuk produk makanan matang, sehingga bisa langsung dikonsumsi,” Harry menambahkan.

Untuk makanan beku, kata Harry, Sekar Bumi menggunakan teknologi pendinginan Block Frozen, semi-IQF ((Individually-Quick Frozen), dan IQF, sehingga dapat disimpan cukup lama dalam suhu beku tanpa menggunakan bahan pengawet. Suhu setiap ruangan pemrosesan diatur untuk memastikan rantai dingin tetap terjaga dan pembekuan dapat menggunakan spiral freezer agar produk tetap terjaga mutunya. Produk tersebut dikemas dengan zip lock untuk mendukung portion control.

Bagi Harry, untuk bisa menjadi pemain industri yang kuat, salah satu yang harus disiapkan adalah riset dan pengembangan (R&D) agar mampu mengembangkan produk-produk yang punya nilai tambah dan bisa diterima oleh pasar global. Tim R&D Sekar Bumi, lanjutnya, menghasilkan berbagai inovasi, baik untuk produk maupun yang lain. Perusahaan ini juga bekerjasama dengan R&D dari luar (perusahaan luar dan lembaga riset). “Tim kami dikirim ke luar negeri untuk belajar juga,” ujarnya.

Untuk menjadi pemain industri yang kuat, Sekar Bumi pun telah melakukan terobosan dengan mengintegrasikan bisnis udangnya, dari hulu ke hilir, sejak dua tahun lalu. Integrasi yang dimaksud adalah masuk ke dalam bisnis benur (bibit udang) atau pengembangbiakan udang (hatchery), budidaya tambak udang (akuakultur), pakan udang, nutrisi untuk udang (probiotik), pabrik pengolahan udang (processing), hingga distribusi produknya.

Bagi Sekar Bumi, kata Harry, aspek rantai pasok sangat penting dalam menunjang ekspor, yang akan membuat pembeli semakin yakin untuk memilih produknya. Maklum, perusahaan-perusahaan besar di luar negeri, khususnya di AS, menginginkan traceability atau kemudahan dalam melacak produk. “Karena itu, kami berusaha menyediakannya,” tutur Harry.

Selain itu, pada April 2017, Sekar Bumi juga mendirikan perusahaan patungan bersama perusahaan agrikultur dari Tiongkok, Liaoning Wellhope Agri Tech Join Stock Co. Ltd., untuk memperkuat bisnis di sektor hulu. Perusahaan ini masuk ke PT Karka Nutri Indonesia, anak usaha Sekar Laut yang bergerak dalam bisnis pakan udang. Setelah masuknya Liaoning Wellhope, Karka Nutri Indonesia berganti nama menjadi PT Sekar Golden Harvesta Indonesia. Dan, kapasitas produksi pun ditingkatkan menjadi dua kali lipat.

Pada September 2018 Sekar Bumi juga membentuk perusahaan baru bersama Fuji Foods Corporation Japan, bernama PT Sekar Fuji Food. Perusahaan patungan yang berada di Cikupa, Tangerang, ini memproduksi bumbu masakan. Fuji Food adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur; penjualan bumbu padat, cair, dan bubuk, serta produk makanan lainnya. Harry mengatakan, dalam pembuatan perusahaan baru ini, Sekar Bumi berinvestasi sebesar Rp 10 miliar.

Langkah tersebut dilakukan agar Sekar Bumi mampu menghasilkan produk yang beragam, baik untuk memenuhi pasar ekspor maupun pasar dalam negeri. Menurut Harry, meski kontribusi pasar dalam negeri masih kecil, ia melihat potensinya masih sangat terbuka. Karena itu, pihaknya berencana mengeluarkan produk baru yang siap makan. Dengan adanya produk baru ini, ia optimistis penjualan Sekar Bumi di pasar dalam negeri bisa naik hingga 30% dari total penjualan. (*)

Kusnan M. Djawahir dan Arie Liliyah

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved