Covid 19

Berinovasi dalam Menghadapi Tantangan Pandemi

Dr Avanti Fontana, Dosen dan fasilitator strategi dan manajemen inovasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia

Dosen & Fasilitator Strategi dan Manajemen Inovasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Avanti Fontana menjelaskan hal-hal yang perlu direspons saat pandemi COVID-19 salah satunya adalah inovasi. Dalam acara Dialog Produktif, Jumat (6/11/2020), ia mengatakan produk-produk solutif yang dihasilkan wirausahawan adalah sesuatu yang dilakukan secara sistematis.

“Kalau bicara pandemi, tentu tujuannya bagaimana mengatasi pandemi dan tujuan yang lebih besar dalam jangka dekat maupun jangka panjang,” ujarnya.

Menurutnya, para inovator harus kritis dan peduli serta mau melakukan analisis kondisi. Selain itu, perlu juga menerapkan empati kepedulian sosial dari hulu sampai hilir. Lalu menurunkan dalam analisis kekuatan dan kelemahannya kemudian peluang dan tantangannya.

Chief (In Hospital) Business Officer & Co-founder HaloDoc, Doddy Lukito juga mengakui hal yang sama. “Saat kita menemukan solusi pertama kali, mungkin itu tidak langsung tepat guna. Kita pantau terus hasilnya seperti apa, sambil kita terus beradaptasi untuk mencapai hasil yang kita harapkan. Dari situ kita terus berevolusi,” terangnya.

Dari data internal HaloDoc, saat pandemi COVID-19 (Maret-Mei) transaksi tele konsultasi dengan dokter melalui platform HaloDoc meningkat 6x lipat. Lalu terjadi juga peningkatan sebesar 300\% terhadap transaksi pembelian obat melalui aplikasi. Kemudian jumlah pengguna aktif HaloDoc sempat mencapai 20 juta per bulan. Ini semua dikarenakan adanya layanan tes COVID-19, memfalisitasi tes COVID-19 secara drive thru.

Pemerintah turut berperan dalam menciptakan kondisi ekosistem yang kondusif agar inovasi tersebut berjalan dengan baik. Menurut Doddy, data dari Index Inovasi Global yang diterbitkan oleh INSEAD bekerjasama dengan WIPO. Pada tahun 2017-2020, tingkat inovasi Indonesia cukup stabil di angka 30/100. Di tahun 2020, skor Indonesia 26/100.

“Memang, kita harus tahu apa sasaran atau pasar yang akan menerima solusi kita. Teknologi hanyalah salah satu faktor. Solusi tidak harus bersifat teknologi. Intinya bagaimana solusi tersebut dapat menjawab kebutuhan pengguna,” tambah Doddy.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved