Update Diaspora Trends

CID-4 Global Summit Dorong Diaspora Tunjukkan Darma Bakti ke Indonesia

CID-4 Global Summit Dorong Diaspora Tunjukkan Darma Bakti ke Indonesia

Ada sekitar 8 juta diaspora Indonesia, data yang tercatat itu sekitar 2 juta TKI (Tenaga Kerja Indonesia).

Angka itu belum termasuk keturunan Indonesia yang sudah lama tinggal di luar, profesional, pengajar atau pebisnis yang membangun usaha di luar negeri belum mau aktif terlibat dalam diaspora Indonesia. Artinya potensi diaspora Indonesia sangatnya besar.

Menurut Herry Utomo, Ketua Penyelenggara CID-4 Global Summit, penghasilan para diaspora Indonesia sekitar US$ 40-50 ribu per tahun. “Apabila mereka mau mengalokasikan US$ 1.000 saja untuk darma baktinya pada Tanah Air ini, betapa besarnya potensi ini,” katanya profesor di Amerika ini. Itulah mengapa Indonesia Diaspora Network Global menyelenggarakan kongres ke-4 atau Congress of Indonesia Diaspora (CID-4) Global Summit pada 21-22 Agustus 2017 di Hotel J.S Luwansa, Jakarta akan mempersiapkan wujud nyata diaspora Indonesia untuk negeri ini.

“Kami ingin conneting the dots diaspora Indonesia ini bisa diwujudkan, bukan sekadar wacana, bicara-bicara. Kalau sekadar menghadirkan pembicara keren saja, sudah hanya itu saja. Maka itu di CID-4 ini kami serius mempersiapkan terobosan itu,” jelas Edward Wanandi, Steering Commitee CID-4 Global Summit yang ditemui selepas konferensi pers di J.S Luwansa (15/08/2017).

Dengan tema Dari Diaspora untuk Indonesia, kongres ini akan membawakan empat inisiatif terobosan yaitu terobosan pendidikan dan telemedicine untuk Papua dan Papua Barat, terobosan energi yang disesuaikan dengan kebutuhan listrik nasional, advokasi terutama bagi TKI yang kerap mengalami masalah dan kartu diaspora yang sekaligus sebagai payment system.

Dipilihnya Papua dan Papua Barat sebagai wujud konkret dari diaspora Indonesia untuk Indonesia menurut Ebed Litaay, Presiden IDN Global jika ingin melihat Indonesia lebih baik, harus dimulai dari daerah yang paling kurang dari sisi pembangunan. Ditambahkan Herry ada sekitar 70 profesor Indonesia yang ada di Amerika yang telah bersedia untuk mewujudkan terobosan pertama yaitu pendidikan dan telemedicine untuk Papua dan Papua Barat ini. “Terobosan ini bisa melalui online maupun mereka datang secara bergantian ke sana,” imbuhnya.

Pada CID mendatang dijadwalkan hadir sebagai pembicara utama di hari pertama yaitu Menko Kemaritiman Luhut Pandjaitan, Menlu Retno Marsudi, Menkum dan HAM Yasonna Laoly, Menteri PPN/BAPPENAS Bambang Brodjonegoro, Kepala BKPM Thomas Lembong, Gubernur BI Agus Martowardojo, Edward Wanandi, Herry Utomo, Nicke Widyawati, Marten Foester dan Harry Nugraha.

Sedang di hari kedua, digelar 32 sesi break-out yang terdiri dari 120 topik bahasan yang dipresentasikan oleh 110 pembicara diaspora yang ahli di bidang masing-masing bersama partner. Topik bahasannya yaitu tech transfer, health & telemedicine, adnvanced technology, eduApps, kiat sukses studi, bekerja dan berinvestasi di luar negeri. Termasuk juga akan dibicarakan dual citizenship, sister city, desa emas, hubungan investasi langsung dengan luar negeri, global migrant workers protections, keharmonisan antar keyakinan di negara lain, pariwisata dan sebagainya.

“Kami berharap 42 ribu desa emas juga bisa kami wujudkan sebagai bagian dari langkah konkret diaspora Indonesia,” kata Edward.

Globbal Summit ini akan menyelenggarakan program out-reach sekitar 30 program di berbagai wilayah Nusantara, yang bentuknya site visit, field tours, dan pendapingan berbagai desa, mulai dari Papupa, Ambon, Sulawesi, Jawa, Sumatera hingga Pulau Seribu. “Dengan out-reach ini diharapkan kami bisa melihat dan menemukan apa kebutuhan di masing-masing daerah, lalu kami akan sampaikan pada diaspora Indonesia, ini lho yang mereka butuhkan, jadi akan terkoneksi,” imbuh Ebed.

Editor : Eva Martha Rahayu


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved