Update Diaspora

Diaspora Indonesia Butuh Instansi Khusus

idn-global-arief

Jakarta menjadi tuan rumah untuk Kongres Diaspora Indonesia ke-3. Kongres Diaspora Indonesia ke-3 dilaksanakan pada tanggal 12-14 Agustus 2015 bertempat di Bidakara Convention Center. Kongres untuk pertama kali dilaksanakan di Los Angeles pada tahun 2010, Kongres kedua diadakan di Jakarta pada tahun 2013.

Beberapa diaspora yang turut menjadi pembicara di kongres ini antara lain; B.J Habibie, Dino Patti Djalal, Livi Zheng, Ridwan Kamil, dan masih banyak lagi. Dalam kesempatan ini, Indonesia Diaspora Network memberikan penghargaan untuk para diaspora yang berprestasi. Majalah SWA turut mendapatkan kehormatan untuk mendapatkan penghargaan dari Indonesia Diapora Network.

Dalam pembicaraan singkat dengan reporter SWA Online, Mohamad Al-Arief, Ketua Indonesia Diaspora Network, mengatakan bahwa diaspora Indonesia membutuhkan instansi khusus dari pemerintah untuk menangani mereka.

Ada berapa peserta diaspora yang datang ke kongres ini?

Tahun lalu ada sekitar 2.500 orang yang mendaftar. Tahun ini yang mendaftar hampir 2.000 orang. Namun, menurut saya hal ini sudah luar biasa karena jadwalnya kurang pas. Di beberapa negara sudah tidak libur sekolah lagi. Kami sengaja memilih tanggal ini agar kami bisa upacara 17 Agustus di sini. Apakah ada yang memiliki profesi unik yang datang ke kongres ini?

Mereka yang menjadi pembicara di depan memiliki profesi yang unik. Selain itu, ada pengusaha akademisi dan professional. Jika dilihat dari jadwal acara ini, banyak pembicara yang menjadi pembicara di acara-acara spesifik.

Apa tujuan dari kongres ini?

Kami berusaha agar kontribusi-kontribusi yang kami berikan konkrit misalnya kami bekerja sama dengan pemerintah kota Bandung untuk melakukan inisiatif disana. Ada 4 proyek yang akan kami kerjakan dan akan kami resmikan di hari Minggu.

Apa saja proyeknya?

Pembuatan micro libraries atau perpustakaan-perpustakaan komunitas agar masyarakat tingkat grassroots dapat menikmati pendidikan ,lalu kami akan membuat monument khusus diaspora di Bandung.

Apa saja inisiatif yang sudah dilakukan?

Kami sudah banyak melakukan inisiatif contohnya inisiatif di bidang kesehatan dan filantropis. Di bidang sosial kami bekerja sama dengan Yayasan Sinar Dunia. Dan masih banyak lagi inisiatif yang sudah kami lakukan

Selain dengan Bandung, apakah ada kerja sama dengan kota lain?

Tentunya kami mulai dari satu kota, dan kami berharap menyebar ke kota-kota lain. Contohnya dengan pemerintah provinsi Jakarta kami membantu untuk revitalisasi Kota Tua Jakarta. Lalu kami bekerja sama dengan beberapa lembaga kesehatan untuk memperbaiki kualitas dokter di Indonesia, kami memfasilitasi kerja sama antar perguruan tinggi, mempromosikan kerja sama antar kota (sister cities), dan masih banyak lagi. Kedepannya kami akan membuat proyek seperti ini lagi

Apa dukungan dari pemerintah yang diharapkan oleh kalangan diaspora?

Kami berharap ada instansi khusus yang menangani diaspora, yang menjadikan penghubung dengan diaspora. Semoga pemerintah juga dapat membuat kebijakan-kebijakan yang diaspora friendly, kebijakan yang mendukung diaspora agar bisa lebih berbakti kepada bangsa Indonesia.

Berapa anggota diaspora Indonesia?

Ada 7 juta orang di seluruh dunia. Di Malaysia jumlah paling banyak, ada sekitar 2 juta. Bagaimana prosedur pemilihan diaspora yang mendapat penghargaan?

Kami memilih yang kisahnya inspiratif dan bagus. Diaspora banyak sekali profesinya, ada yang pengusaha, pemimpin, tokoh, atau profesional. Apa alasan memilih majalah SWA sebagai penerima penghargaan?

Kami memilih 4 media yang selalu tertarik mengangkat tema-tema diaspora. Dan majalah SWA cukup sering membahas mengenai diaspora.

Apakah ada sponsor dari pemerintah dalam menyelenggarakan acara ini?

Tidak ada. kebanyakan sektor swasta yang mensponsori acara kami. Alasannya kami tidak ingin membebankan dana APBN. Selama kami masih mampu untuk membiayai acara ini , seharusnya kami tidak memberatkan uang APBN atau uang pajak. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved