zkumparan Covid 19

BPS: 25% Masyarakat Lebih Sering Keluar Rumah Saat AKB

Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto saat memaparkan hasil survei Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19.

Pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak awal tahun 2020 telah berdampak pada tatanan kehidupan masyarakat, baik secara sosial maupun ekonomi. Pemerintah pun mengambil kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) untuk memutus persebaran virus corona.

Seiring dengan adanya kebijakan tersebut, berbagai aspek kehidupan masyarakat juga turut berubah secara cepat. Hasil survei Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19 dilaksanakan secara online (daring) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, bahwa 25% masyarakat lebih sering keluar rumah sesudah adanya AKB ini.

“Masih bisa dipahami karena mereka keluar rumah terutama untuk melakukan pekerjaan. Persentasenya hampir sama untuk laki-laki dan perempuan yakni 24,63% untuk laki-laki dan 22,01% untuk perempuan,” ujar Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, Senin (28/09/2020).

Ia pun bersyukur bahwa hampir seluruh tempat umum telah menerapkan protokol kesehatan. Hanya 2,08% responden mengaku bahwa tempat kerjanya tidak menerapkan protokol kesehatan sama sekali, 1,69% mengaku bahwa mall/plaza/tempat perbelanjaan yang dikunjunginya tidak menerapkan protokol kesehatan sama sekali, dan 1,40% mengaku bahwa pelayanan publik yang dikunjunginya tidak menerapkan protokol kesehatan sama sekali.

Catatan khususnya adalah untuk pasar tradisional dan pedagang kaki lima, 17,32% responden mengaku bahwa pasar tradisional/pedagang kaki lima yang dikunjunginya tidak menerapkan protokol kesehatan sama sekali. Hasil temuannya konsisten bahwa penerapan protokol kesehatan di pasar baik itu menjaga jarak, mencuci tangan, maupun penerapan thermogun masih sangat rendah.

Kemudian yang harus dijaga adalah tempat-tempat beribadah, karena 5,78% responden mengaku bahwa di tempat ibadahnya tidak ada protokol kesehatan sama sekali. “Dua tempat ini nampaknya ke depan memang perlu perhatian yang lebih ketika kita melakukan sosialisasi kesehatan. Selain sosialisasi juga perlu ada support atau bantuan langsung dari pemerintah supaya penerapan protokol kesehatannta bisa lebih tertib lagi,” tuturnya.

Berdasarkan usia, mereka yang sudah berusia lanjut cenderung jarang keluar rumah. Kecuk mengungkapkan, hal ini terjadi karena aktivitasnya berkurang atau mereka merasa bahwa usianya rentan terhadap pandemi Covid-19. Dengan banyaknya masyarakat yang lebih sering beraktivitas dalam masa adaptasi baru ini, Kecuk mengusulkan untuk memonitor bagaimana cara masyarakat pergi ke kantor, naik kendaraan umum atau kendaraan pribadi.

Adapun dalam hasil survei terungkap bahwa 13,49% responden mengaku bahwa dalam sebulan terakhir menggunakan angkutan umum, di mana 23,21% nya menggunakan angkot, ojol/opang 20,60%, taksi/taksi online 20,02%, bis/mikro bis/perahu 19,29%, dan 17,78% menggunakan kereta/commuter line/MRT.

Untuk jaga jarak, yang perlu menjadi perhatian adalah untuk angkot atau mikrolet, di mana hanya 43% yang menerapkan jaga jarak. Ini bisa disadari ketika ruang di angkot ini sangat terbatas sehingga mereka mengalami kesulitan jaga jarak. Selain itu, baru sekitar 59% nya pengemudi angkot dan bis yang tertib menggunakan masker.

“Jadi nampaknya perlu digalakkan lagi sosialisasi kepada pengemudi-pengemudi bahwa mereka harus menggunakan masker,” tambahnya.

Survei juga menemukan bahwa 17% responden baik itu laki-laki maupun perempuan menyatakan sangat tidak mungkin dan tidak mungkin terinfeksi/tertular Covid-19. Kecuk menilai persentasi ini masih terbilang tinggi. Menurutnya, persepsi ini erat kaitannya dengan tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin meyakini bahwa Covid-19 berbahaya dan mudah menular.

“Kita perlu lebih keras lagi untuk meningkatkan atau menggencarkan mengenai pemahaman masyarakat tentang Covid-19 secara terus-menerus, bahwa siapapun itu bisa terkena risiko Covid-19. Karena Covid-19 tidak mengenal umur, jenis kelamin, pendidikan, atau status sosial,” tegas dia.

Senada dengan Kecuk, Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Doni Monardo pun sangat menyayangkan masyarakat yang masih belum percaya akan adanya Covid-19.

“Jika 17% dari jumlah penduduk secara nasional yakni 270 juta orang, berarti ini hampir 45 juta orang. Angka ini sangat besar, padahal kita semua tahu status yang kita hadapi sekarang adalah pandemi. Artinya, boleh dikatakan tidak ada satu jengkal tanah pun yang akan betul-betul aman atau yang betul-betul bebas dari Covid-19. Dalam waktu yang sangat cepat wabah ini bisa menular,” ungkapnya.

Ia pun mengajak masyarakat untuk menggerakkan seluruh instrumen, baik yang ada di pusat maupun di daerah dengan kolaborasi pentahelix berbasis komunitas. “Seluruhnya harus ikut terlibat, karena kalau kita saja sendirian yang patuh kepada protokol kesehatan, lantas orang-orang disekitar kita tidak patuh ya cepat atau lambat kita pasti akan tertular,” kata Doni.

Doni melanjutkan, “Dan yang menulari itu bukanlah orang yang jauh, tapi orang yang sangat dekat dengan kita seperti keluarga dan komunitas. Jadi yang perlu kita pahami bahwa setiap orang berpotensi menulari satu sama lainnya. Ini harus sebenarnya harus segera kita tanamkan,” terangnya.

Kemudian, terungkap pula bahwa media sosial menjadi media yang paling digemari oleh masyarakat untuk mendapatkan informasi mengenai protokoll kesehatan yakni sebesar 34,05%. Lalu disusul oleh TV sebesar 23,72%, dan WhatsApp 12,03%. Ketiga media ini menurut para responden mempunyai posisi paling tinggi untuk mendapatkan informasi mengenai protokol kesehatan dan pentingnya mencegah penyebaran Covid-19.

Survei Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi COVID-19 menggunakan rancangan Non-Probability Sampling, yang merupakan kombinasi dari Convenience, Voluntary, dan Snowball Sampling, untuk mendapatkan respons partisipasi sebanyak-banyaknya dalam kurun 1 minggu pelaksanaan survei (7-14 September 2020). Jumlah responden survei sebanyak 90.967, di mana laki-laki 44,77% dan 55,23% perempuan.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved