Marketing zkumparan

Chatime, Terapkan Strategi Agresif dan Inovatif

Feronia Wibowo, Direktur Chatime Indonesia,
Feronia Wibowo, Direktur Chatime Indonesia

Chatime adalah salah satu waralaba minuman brewed tea asal Taiwan yang berkembang pesat di Indonesia. Hadir pertama kali pada Februari 2011 di Living World Alam Sutera, saat ini kedai minuman boba atau bubble tea Chatime telah memiliki total 371 gerai yang tersebar di 48 kota di Indonesia.

Feronia Wibowo, Direktur Chatime Indonesia, mengatakan bahwa pertumbuhan dahsyat Chatime tidak lepas dari upaya-upaya yang dilakukan, yaitu menjaga kualitas produk, mengembangkan produk dan layanan, serta menjalankan strategi harga yang terjangkau –berkisar Rp 25 ribu-29 ribu per cup. Menurutnya, sejak awal, pihaknya terus berinovasi mengembangkan gerai baru dan menu baru.

Chatime secara periodik meluncurkan menu baru untuk memanjakan lidah anak muda. Menu yang tersedia saat ini, antara laina, Signature Milk Tea yang menyajikan minuman milk tea favori, Tea Presso (teh klasik), Smoothies (menu spesial ice blended), dan beberapa menu lainnya. Tersedia pula aneka topping seperti grass jelly, puding, coconut jelly, red bean, aloe vera, dll.

Walaupun saat ini Chatime fokus pada segmen remaja usia 15-25 tahun, pelanggannya ternyata mencakup usia yang lebih luas, seperti usia dewasa (di atas 25 tahun) dan keluarga. Maka, Chatime sekarang juga mulai menggarap segmen dewasa dengan menghadirkan minuman berbahan dasar kopi. Chatime menambah format gerai berkonsep kafe, dilengkapi pastry, juga tempat duduk yang nyaman selayaknya di kafe.

Seperti pada akhir 2019, Chatime meluncurkan Chatime Atealier, konsep gerai yang lebih premium dengan menghidangkan minuman yang dibuat menggunakan mesin nitro sehingga menghasilkan sensasi dingin dan rasa yang lebih segar. Kafe yang memiliki tampilan lebih modern ini buka serentak di empat lokasi di Jakarta: Cilandak Town Square, Mal Kelapa Gading, Grand Indonesia, dan Kota Kasablanka.

Konsep gerai baru ini diambil dari arti kata “atelier” dari bahasa Prancis, yang artinya workshop untuk para artist. Atealier di sini berarti tempat mengkreasikan minuman eksklusif. Selain nuansa tempatnya lebih modern-elegan dan seragam stafnya lebih bergaya, properti yang digunakan pun berbeda. Menggunakan gelas yang recyclable, terdapat lubang kecil lengkap dengan penutup merahnya, sehingga pelanggan bisa langsung menyeruput minuman tanpa menggunakan sedotan. Pelanggan yang hendak membeli pun diperbolehkan membawa tumbler-nya sendiri,” kata Feronia yang akrab disapa “Nia”.

Bagi Chatime, tidak ada pilihan lain untuk bisa bertahan di tengah persaingan ketat di industri food and beverage (B&F), selain dengan menyelenggarakan event khusus sebagai agenda pemasaran. Maka, dikatakan Nia, pihaknya sering menyelenggarakan event besar. Di antaranya, kompetisi desain cup bekerjasama dengan pihak ketiga. Peserta kompetisi ditantang untuk berkreasi membuat desain bertema tertentu, dan hasil karya pemenang akan digunakan sebagai desain gelas untuk menu seasonal Chatime.

Ajang kompetisi desain cup ini telah berlangsung beberapa kali. Ini merupakan salah satu dari rangkaian acara dan program yang terus dilakukan Chatime untuk mendekatkan diri kepada pelanggan sepanjang tahun, sekaligus sebagai wadah bagi pelanggan untuk menunjukkan kreasi dan ekspresi. Namun, sejak adanya pandemi Covid-19, event tersebut belum bisa dilaksanakan lagi.

Selayaknya menggarap anak muda, Chatime aktif di digital. Chatime meluncurkan mobile application yang menjangkau wilayah Jabodetabek dan dibuat untuk menyesuaikan diri dengan gaya hidup generasi milenial yang mengutamakan sesuatu yang praktis. Aplikasi ini membantu pelanggan untuk bisa minum Chatime tanpa antre.

Chatime juga terus memperluas dan memperkuat customer base melalui program membership. Ada pula loyalty program bernama Specialtea Card dengan lebih dari 1,6 juta anggota. “Program membership ini juga kami manfaatkan untuk mengetahui karakter pelanggan kami secara lebih baik,” ungkap Nia.

Tak kalah kencang, Chatime juga agresif menjangkau lebih banyak pelanggan di kota-kota baru, dan senantiasa memberikan pelatihan untuk karyawan, baik untuk staf di gerai maupun di kantor pusat, serta man power planning untuk mendukung ekspansi yang dilakukan Chatime. “Strategi tersebut sebagai upaya menjaga market leader position Chatime di industri minunan kekinian,” Nia nenandaskan.

“Kami juga selalu menjaga kualitas brand, yaitu dengan menjaga kualitas produk yang dilakukan dengan quality control, didukung dengan SOP dan sistem khusus untuk menjaga pelayanan tetap prima. Sehingga, Chatime tidak hanya sebagai brand yang menjadi top of mind, namun juga trusted brand,” kata Nia yakin.

Menurutnya, dengan memperhatikan kualitas serta selalu melakukan perbaikan dari berbagai sisi –produk dan layanan, pemanfaatan teknologi, konsep gerai yang baru, kerjasama dengan pihak ketiga untuk menghadirkan layanan yang excellent— Chatime akan tetap dapat terus relevan dengan perkembangan bisnis yang dinamis. (*)

Dyah Hasto Palupi dan Anastasia A.S.

Catatan: Artikel ini telah mengalami perubahan karena adanya update data terbaru (18 Juni 2020)

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved