Management zkumparan

Go-jek Bagikan Tips Mengelola Karyawan di Event Talenta

Start-up unicorn Go-jek membagikan tips seputar pengelolaan karyawan di event yang diselenggarakan oleh Talenta, penyedia aplikasi yang akomodatif untuk meningkatan bisnis.

Dalam acara yang dihelat di Hotel Milenium Jakarta itu, Monica Oudang, Chief Human Resources Officer, berbagi pengalamannya bagaimana melakukan retensi para Go-Troops, julukan bagi karyawan Go-jek. Bergabung sejak tahun 2015, Monica telah terlibat aktif dalam pertumbuhan Go-jek yang fenomenal tersebut.

Tak seperti pada tahun-tahun awal pendirian Go-jek, saat ini, isu mengelola karyawan bukan hal yang mudah. Pada 2015 , ia mengatakan, jumlah karyawan Go-jek 240 orang. Namun, dengan pertumbuhan yang fenomenal dan beberapa akuisisi yang dilakuka, kini jumlah karyawan meningkat drastis menjadi 4.630 per Februari 2018. “Tantangan terbesar dalam scaling up adalah how do we make sure, what we believe, our passion, vision, mission and get transcended down, sampai level paling bawah,” ungkapnya.

Dengan semakin gemuknya jumlah karyawan, tentunya isu retensi menjadi sangat penting. Harga dari sebuah turn over karyawan menurut dia berdampak langsung kepada produktivitas dan biaya trainning yang selama ini telah dilakukan. “The top 5% of workfore itu berkonribusi 26% dari perfoma organisasi,” ungkapnya. Maka itu ia sangat serius dalam meretensi para ‘bintang-bintang di Go-jek. ”Menurut saya, tiga biggest driver to enggagement,” ujar dia.

Pertama. apresiasi, lalu kedua personal growth dan terakhir purpose. Untuk persoalan apresiasi sendiri, ia mengatakan apresiasi bukan hanya mengenai struktur kompensasi yang dapat mendukung performa. Di balik itu kepedulian pimpinan dan transparasi penilaian juga terkadang menjadi unsur yang penting. Jangan sampai memiliki standar ganda untuk akuntabilitas dan kinerja. “Pujian juga sebuah hal yang murah, tidak ada salahnya para leader menggunakannya untuk melakukan apresiasi,” dia mengingatkan.

Adapun mengenai persoalan personal growth, ia sangat mendukung untuk para karyawan bisa menginspirasi satu sama lain. Ia mendorong agar karyawan bisa belajar hal baru, di luar yang memang tugasnya dan menantang karyawan tersebut melakukan tugas-tugas yang baru. “Aspirasi karier juga sangat penting untuk melakukan retensi,” ungkapnya.

Sedangkan dari segi purpose, ia memberikan tips agar para pelaku HR menciptakan semacam ‘purpose’ bagi karyawan lebih ke purpose individu. Mengapa mereka harus melakukan hal tersebut, dan bagaimana pekerjaan yang mereka lakukan bisa bermafaat. “Misalnya perusahaan Anda produsen obat, maka buat mereka pekerjaan ini memang mulia. Bisa membantu menyelamatkan nyawa orang, bukan hanya persoalan memproduksi obat saja,” ia menambahkan.

Meskipun isu retensi menjadi sangat penting, Monica mengingatkan bahwa ada hal lain yang juga penting dan tidak dilupakan. Terkadang banyak orang, menurut dia, sibuk memformulasikan retensi agar para bintangnya tidak kabur, namun lupa untks menyiapkan leader baru. “Di Go-jek sendiri, kami menganggap orang yang keluar itu, adalah orang yang lulus.,” dia menegaskan. Go-jek tidak mau meratapi kepergian karyawannya yang keluar, tapi malah sudah menyiapkan calon-calon leader baru. “Kami move on,” ia meyakinkan.

Untuk diketahui, Talenta sendiri, merupakan perusahaan yang rajin mengadakan acara sharing-sharing session semacam ini. Berbagai pembiacara dihadirkan, untuk berbagi pengalamannya kepada para peserta yang mayoritas memang berasal dari industri HR juga.

Dari beberapa perusaaan penyedia SAAS di bidang HR, PT Talenta Digital Indonesia, termasuk salah satu perusahaan yang disegani. Meskipun baru dibesut tahun 2014, perusahaan yang didirikan oleh Kevin Joshua itu telah dipercaya oleh beberapa perusahaan sebut saja Go-Jek, Samsung SDS, Sinemaart, Jakpro, Smailing Tour, H&M, Changhong, hingga Tatalogam Lestari.

Pada sesi penutup acara, Kevin menjelaskan pentingnya sebuah sentuhan teknologi di bidang HR. Banyaknya saktivitas dan pencatatan serta transaksi berulang dalam kegiatan maupun operasional di divsi HR, kata dia, telah membuat kerja operasional menjadi tidak efektif dan efisien. “HR juga butuh transformasi di bidang teknologi,” ungkap dia.

Di Talenta sendiri, hanya dengan membayar biaya berlangganan beberapa ribu rupiah per karyawan, para klien sudah bisa mengakses berbagai layanannya yang mencakup sistem penggajian, absensi, cuti, tunjangan, bonus sampai perpajakan. Perusahaan tersebut dengan sukses membawa teknologi yang tadinya hanya bisa diakses perusahaan besar, kini juga bisa dinikmati startup maupun skala menengah dan kecil. “Kami merupakan software manajemen HR berbasis cloud dengan fitur yang lengkap,” dia mengklaim.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved