Editor's Choice Next Gen

Ade Sulistioputra: Siap Besarkan Merek Legenda

Ade Sulistioputra: Siap Besarkan Merek Legenda

I can do whatever I want. Prinsip inilah yang mengantarkan Ade Sulistioputra berlabuh di PT Aneka Food Tatarasa Industri (AFTI). “Saya di sini profesional,” ungkap kelahiran 4 Desember 1984 ini. Di perusahaan yang memayungi merek Cap Orang Jual Sate dan keripik buah Niki ini, ia mengemban tugas sebagai direktur komersial. Sementara posisi direktur utama dipegang oleh Tito Sulistio. Mengapa Ade – begitu sapaan akrabnya – perlu menegaskan keberadaannya di perusahaan yang terafiliasi dengan Grup Mitra Rajasa (GMR) ini? “AFTI bukan perusahaan milik ayah saya seorang, tapi juga dimiliki para mitra ayah saya di GMR.”

Ade Sulistioputra

Ade Sulistioputra

Ade memang anak sulung Tito Sulistio, salah satu pemilik AFTI dan GMR. Ia menambahkan, secara organik AFTI bukan merupakan anak perusahaan GMR. Hanya saja, memang AFTI dimiliki oleh para pemegang saham GMR. Namun, jika berbicara struktur perusahaan, tidak langsung berada di bawah GMR.

Diakuinya, pasca pembelian AFTI oleh Tito dan para mitranya pada November 2011, ia ditawari bergabung oleh sang ayah. Ade langsung menggamit tawaran tersebut karena ia merasa cocok dengan bidang usaha AFTI. “Saya memang menyukai industri makanan,” ujarnya. Ade tertarik bergabung dengan AFTI karena tengah mencari pengalaman yang berbeda dan, menurutnya, industri makanan memang menarik. Terlebih, secara pribadi ia juga mendapat tawaran yang menarik. “Jujur saja, tidak peduli saya mendapat pekerjaan dari Ayah atau bukan, jika benefit buat saya pribadi tidak cocok dari sisi gaji atau pengalaman, mungkin saya tidak akan ambil kesempatan itu. Karena ujung-ujungnya, saya akan menjalaninya sendiri,” paparnya.

Sebelumnya, Ade sempat ditawari ayahnya bergabung di GMR. “Saya tidak terlalu minat dengan sektor usaha GMR yang banyak bermain di sektor minyak dan gas,” ungkapnya. Bachelor of Commerce, Finance and Accounting dari University of Melbourne dan Master of Media Practice dari University of Sydney ini pun kemudian mengambil jalur lain. Ia menjadi konsultan di perusahaan konsultan keuangan PriceWaterhouse Cooper (PwC) dan Deloitte Consulting. Di PwC, Ade biasa mengerjakan valuasi dan konsultasi keuangan. Kemudian di Deloitte, ia menangani konsultasi manajemen yang banyak mengerjakan operasional bisnis.

Ade Sulistioputra

~~

Setelah menimba pengalaman 3,5 tahun di perusahaan konsultan, ia mencari tantangan baru di AFTI. Ia menilai, bisnis makanan khususnya dan bisnis produk FMCG umumnya sangat potensial di tengah jumlah penduduk Indonesia yang sekitar 250 juta dan sebagian besarnya, terutama di Pulau Jawa, membeli kecap. Dalam pengamatannya, pasar kecap saat ini, sekitar 60% atau 70% masih dikuasai oleh Bango dan ABC. “Masa sih kami tidak bisa dapat 5%-nya saja dalam dua tahun ke depan?” Menurutnya, kecap Cap Orang Jual Sate sudah cukup terkenal, terutama di Jawa Timur. Bahkan, ia mengklaim kecap ini merupakan kompetitor yang ditakutkan Bango sebelum Bango diambil oleh Unilever.

Sebagai direktur komersial, Ade bertanggung jawab atas keuangan, akuntansi, pengembangan bisnis dan procurement. Namun, secara tidak langsung ia juga memegang semua fungsi, mulai dari struktur organisasi, gaji, bahkan hingga pabrik. “Saya ingin mempelajari semuanya,” katanya. Hal ini ia lakukan karena kultur perusahaan lama sulit bergerak dan tak ada inisiatif dari bawah, serta masalah di pabrik yang banyak bolong dan kebocorannya. “Akhirnya kami rombak sistemnya, dari yang sebelumnya mereka bisa membeli barang sendiri-sendiri menjadi tersentralisasi. Jadi semuanya sudah terkontrol,” ungkapnya.

Kerja keras Ade berbuah manis. Produksi kecap dan keripik buah meningkat 30% yang hampir mencapai total kapasitas produksi saat ini, yaitu 3 juta liter per tahun untuk kecap. Pertumbuhan produksi ini bukan disebabkan ekspansi atau penambahan kapasitas produksi. “Karena pengoptimalan utilitas sarana produksi,” sulung tiga bersaudara ini menandaskan. Ke depan, ia akan menggenjot kinerja produk andalan AFTI: kecap, keripik buah dan saus sambal. Tahun ini ia merencanakan renovasi pabrik dan meningkatkan kapasitas produksi menjadi 10-15 juta liter per tahun. Saat ini, kapasitas produksi kecap 3 juta liter per tahun.

Juni 2013, Ade menargetkan merangsek pasar Jawa Tengah dan Jawa Barat melalui distributor. Selama ini, kecap Cap Orang Jual Sate hanya fokus di Jawa Timur. Selain itu, ia akan melakukan rebranding kecap ini. Termasuk, perubahan kemasan yang akan kembali ke bentuk botol yang lama. “Kami akan melakukan lumayan banyak kegiatan aktivasi,” katanya. Untuk kegiatan rebranding dan kampanye ini, ia sudah mengajak agensi papan atas. “Kami lumayan agresif. Penjualan dan pemasaran berjalan, pabrik kami besarkan juga. Semua dilakukan tahun ini,” ia menjelaskan.

Untuk produk keripik buah Niki, Ade tengah mempersiapkan kemasan modern agar bisa masuk supermarket. “Targetnya, Mei ini sudah masuk ke semua supermarket,” ujarnya. Ia optimistis, Niki bisa diterima pasar karena produk keripik yang kemasannya bagus dan modern, masih minim. Pasar ekspor juga potensial bagi keripik buah. Ia sudah menyepakati kerja sama dengan pihak Jepang untuk memasok keripik buatannya, meski tidak dengan label Niki. Selain itu, Ade tengah bernegosiasi dengan pengusaha Australia dan Amerika Serikat yang ingin memasarkan produk keripik di negara tersebut. “Sebenarnya, yang sudah pasti besar permintaannya adalah pasar ekspor. Tapi kami juga melihat bahwa permintaan di Indonesia akan meledak,” tambahnya.

Dituturkan Niki, ia sempat berjaya dengan produksi mencapai 350 ton per tahun. Bahkan, sudah ekspor ke beberapa benua. Saat AFTI membeli Niki, produksinya tinggal 6 ton. “Kami tidak paham mengapa produksi Niki menjadi menciut drastis,” katanya. Saat ini, produksi Niki sudah mulai naik ke angka 50 ton per tahun. Tahun ini, ia menargetkan dapat memproduksi 200 ton keripik dengan komposisi 50% untuk pasar dalam negeri dan sisanya diekspor. Sementara untuk produk saus sambal dan tomat, ia menargetkan akhir tahun ini bisa kembali produksi.

Ekspansi lainnya adalah kemungkinan mengakuisisi beberapa produk konsumer lainnya. “Tanggung jika portofolio produknya sedikit. Saya harap dapat mengakuisisi satu atau dua produk akhir tahun ini kalau dapat yang cocok. Tidak harus makanan, yang penting produk FMCG seperti sabun dan lainnya,” ungkap Ade. Rencana AFTI lainnya adalah dapat melantai di bursa saham (IPO) pada akhir 2014 sebagai salah satu pilihan untuk membesarkan perusahaan dan membuatnya atraktif. “Tapi ini baru rencana, masih salah satu opsi,” imbuhnya. Ia menjelaskan, luas pabrik di Probolinggo yang 10 ha baru terpakai 2 ha, sehingga masih ada lahan yang sangat luas untuk pengembangan AFTI ke depan.

Di luar AFTI, Ade juga memiliki bisnis resto Mama Goose dan home spa Jari-Jari yang baru dibuka April ini. Ia mengaku, sejak kecil ia selalu dibebaskan menentukan pilihan oleh ayahnya. “Dia selalu membebaskan saya. Kalau pun saya ingin menjadi pemain bola sejak kecil, ia juga akan mendukung penuh cita-cita saya itu,” ungkapnya.

Henni T. Soelaeman dan Denoan Rinaldi


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved