Next Gen Profile Next Gen

Perempuan di Balik Bisnis Penyewaan Properti Travelio

Perempuan di Balik Bisnis Penyewaan Properti Travelio

Bersama dua orang temannya, tahun 2015, Christina Suriadjaya meluncurkan Travelio.com di usianya yang ke-23 tahun. Jerih payah berupa tenaga, pikiran, dan tabungan yang ia miliki dicurahkan untuk membesarkan “anak” kebanggaannya ini.

Menjadi platform sewa online dengan lebih dari 3.000 properti di 25 kota, perkembangan bisnis Travelio cukup cepat. Prestasi ini membawa Christina Suriadjaya, Co-founder sekaligus Chief Strategy Officer Travelio terpilih sebagai “EY Next Gen Award Winner 2017” di antara 500 anggota NextGen di seluruh dunia.

World Entrepreneur of the Year 2017 yang diselenggarakan oleh Ernst & Young Global Ltd. di Monaco, Perancis ini menjadi bukti kerja keras Christina membangun usaha start-up dgitalnya. Penghargaan prestisius yang ia terima ini berhasil mengharumkan Indonesia di dunia internasional.

Dibesarkan di Singapura, karier profesional pertama yang ia jalani adalah sebagai atlet netball di tim nasional Singapura. Ia pernah mengenyam pendidikan di University of Soutern California Marshall School of Business dan mendapat gelar Bachelor of Business.

Awalnya ia bekerja untuk InterContinental Hotels Group di Singapura sebagai management trainee sebelum kembali ke Jakarta dan meluncurkan Travelio. Di Travelio , dia kebanyakan terlibat dalam strategi, pengelolaan properti dan aspek penggalangan dana dari bisnis ini.

“Kami telah mengumpulkan lebih dari US$2 juta dalam dua putaran pembiayaan melalui Venture Capitalists, Corporates and Angels di Asia Pasifik.,” ungkap Christina. Visinya, ingin membuat Travelio menjadi perusahaan jaringan distribusi dan pengelolaan properti non-hotel terbesar di Indonesia untuk kelas bisnis inventaris.

Terlahir dari keluarga dengan bisnis di bidang konstruksi dan properti, ia memiliki hasrat yang besar di sektor perjalanan dan perhotelan sejak muda. Christina memutuskan untuk meninggalkan kehidupan profesional dan mendirikan perusahaannya sendiri bersama rekan-rekannya mendirikan Travelio.

“Ini adalah kesempatan yang tidak dapat saya tolak karena sejalan dengan semangat dan memiliki aspek pelengkap terhadap sektor perhotelan keluarga saya,” ujarnya. Perkembangan bisnis Travelio begitu menjanjikan seiring dengan banyaknya investor yang berdatangan, tak hanya dari Indonesia saja namun juga berasal dari China dan Singapura. Sumber daya dan jaringan diperoleh Travelio untuk pertumbuhan bisnisnya.

Target pasar Travelio adalah 80% domestik dan 20% internasional. Berbeda dengan agen perjalanan konvensional, sebagian besar pelanggan Travelio menginap selama 5 malam atau sebulan, sehingga pihaknya memberikan waktu dalam melayani yang lebih panjang. “Saat ini kami telah memiliki 3.000 properti di 25 kota di seluruh Indonesia. Kami menargetkan melipat gandakan inventaris di tahun 2018. Sebagian besar propertinya terpusat di Jakarta, namun kami berencana untuk menambahkan lebih banyak inventaris di kota-kota seperti Surabaya dan Bandung,” tambahnya. Penginapan paling populer yang ditawarkan Travelio adalah yang dapat menampung lebih dari 3 orang dalam satu unit, seperti villa, apartemen atau rumah. Ruang yang lebih luas, pribadi, dan akses transportasi yang strategis menjadi keunggulan yang diberikan kepada pelanggan untuk tinggal lebih lama.

Bisnis Travelio diakuinya lepas dari modal keluarga. Orang tuanya tidak memiliki ekuitas dalam bisnis yang ia jalankan ini. Ia mencurahkan kerja kerasnya sendiri di Travelio dan mengumpulkan dana eksternal dari pemodal ventura, korporat plus investor. “Investor utama Travelio adalah Gobi Partners, dana pengelolaan modal usaha yang berbasis di Shanghai yang diinvestasikan oleh perusahaan seperti Alibaba Group, Kazanah Fund dan Unilever,” jelasnya.

Perpaduan pemasaran tradisional dan digital dijalankan di perusahaan ini. Metode tradisional yang digunakan berguna untuk menjaring pemasaran offline yang besar bagi konsumen perumahan real estate. Sedangkan pemasaran digital untuk meluaskan dan menjaring pelanggan yang lebih besar ke depannya.

“Pemasaran dengan cara tradisional dilakukan melalui iklan, komunitas, atau pameran untuk menjaring konsumen sewa bulanan. Saluran pemasaran digital yang kami lakukan untuk menarik konsumen penyewa jangka pendek yang memiliki nilai kuantitasnya lebih besar. Kami juga memiliki kemitraan strategis dengan TripAdvisor dan Tuniu.com,” tambahnya.

Keinginan Travelio menjadi platform sewa terbesar di Indonesia untuk kelas bisnis inventaris ingin diwujudkan ke depannya. Travelio juga bercita-cita untuk meningkatkan pembiayaan pada tahun 2018 guna mendorong pertumbuhan bisnis lebih jauh lagi.

“Dengan 200.000 perumahan residensial kosong di Jabodetabek, saya berharap dapat mengubah bentuk pasar properti residensial melalui sebuah gagasan, yaitu dengan mengurangi ide untuk memiliki rumah sendiri. Saya ingin membentuk stigma masyarakat menengah agar tidak perlu lagi membeli rumah, karena akan banyak properti yang tersedia untuk disewa dari Travelio di seluruh Indonesia sebagai rumah mereka,” ungkapnya.

Keberhasilan Christina tak pelak dari prinsip menjalankan bisnis, nilai-nilai integritas dan transparasi yang ia dapat dari generasi pertama. Menurutnya, dalam semua aspek kehidupan, nilai integritas dan transparansi harus disertai. Baginya interaksi manusia tidak dapat dihindari dan tingkat kepercayaan sangatlah penting.

“Tujuan hidup saya adalah mencapai kepuasan di tingkat tertentu melalui bagaimana saya dapat mengarahkan dan membangun sebuah warisan di dunia ini. Sulit bagi saya untuk merasa puas dengan tujuan hidup saya dan terlebih mencapainya, ketika hal tersebut tidak sejalan dengan nilai-nilai saya,” tutur putri Johannes Suriadjaya.

Kakek dan sang ayah, keduanya mendorong dirinya untuk membangun usaha yang memiliki dampak sosial. Berbagai pertanyaan seperti apa dampak yang diberikan kepada masyarakat dan apakah dapat meningkatkan kesejahteraan atau pendidikan orang-orang, menjadi perhatian dalam membangun bisnisnya.

Prinsip-prinsip inilah yang ditanamkan kepada saya dan membuat saya membumi secara personal sebagai pemilik bisnis atau pengusaha dalam hal bagaimana saya mengarahkan diri untuk mencapai tujuan saya,” ucap Christina. Dia berusaha menciptakan usaha dengan memegang nilai-nilai kemanusiaan, passion pribadi, dan membawa dampak sosial bagi masyarakat.

Editor: Eva Martha Rahayu

Reportase: Sri Niken Handayani


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved