Profile Next Gen zkumparan

Arif Patrick Rachmat, Terapkan Teknologi Pendukung Produktivitas Pangan

Arif Patrick Rachmat, Terapkan Teknologi Pendukung Produktivitas Pangan
Arif Patrick Rachmat, Komisaris Utama PT Triputra Agro Persada (TAP)

Agar Indonesia semakin kuat di bidang ketahanan pangan, produktivitas petani harus ditingkatkan. Rantai pasok dari petani sampai meja konsumen harus ditekan seefisien mungkin. Dan, pertanian di Indonesia juga harus sudah memanfaatkan teknologi seperti drone, barcoding, dan sensor agar lebih maju dan berdaya guna. Pemikiran inilah yang mendorong

Arif Patrick Rachmat, putra kedua Theodore Permadi Rachmat (Teddy) bergelut di industri agrobisnis, sekaligus menjalankan tugas yang diberikan ayahandanya.

Di bawah bendera PT Triputra Agro Persada (TAP), Arif menjabat sebagai komisaris utama.

“TAP lahir tahun 2005, sekitar empat bulan setelah saya membantu Ario (Christian Ariano Rachmat) mewujudkan proses leverage buy out Triputra untuk join ke Adaro Energy,” kata Arif. Ia membantu usaha sang kakak, Ario, yang terlebih dahulu bergabung dengan Adaro Eenergy.

Perjalanan TAP dimulai dengan mendirikan PT Brahma Binabakti yang mengawali usahanya di Sumatera dengan kapasitas pengolahan pabrik kelapa sawit 30 ton per jam. Lalu, pada 2012, guna memantapkan bisnis TAP, pihaknya mengambil langkah strategis: mengundang dua perusahaan investasi dengan reputasi internasional sebagai mitra baru, yakni Government of Singapore Investment Corporation dan Northstar Pacific.

Pada Agustus 2012, ditandatangani kesepakatan bahwa yang menjadi pemegang saham TAP saat itu ada lima, yaitu Triputra Investindo Arya, Persada Capital Investama, Daya Adicipta Mustika, Government of Singapore Investment Corporation, dan Northstar. “Saat itu kami mendapat suntikan dana segar senilai US$ 200 juta. Sejak saat itu, kami lalu fokus menambah luas lahan. Sekitar 50% lahan kami dari akuisisi perusahaan lain yang melepas lahannya dan sisanya pengembangan organik,” ujar pria kelahiran 1 Juli 1975 ini.

TAP juga telah mengembangkan lebih dari 20 ribu hektare kebun plasma dengan lebih dari 10 ribu kepala keluarga di sekitar perkebunan Grup TAP. Perusahaan ini juga memberikan dukungan manajemen dan pembinaan kepada petani plasma agar produktivitas kebunnya tetap terjaga. Pembinaan untuk penerapan tata kelola kebun yang baik yang dikenal dengan Good Agriculture Practices (GAP) serta dukungan penyediaan bahan pembasmi hama penyakit tanaman serta pupuk adalah contoh bagaimana TAP mendukung masyarakat melalui program perkebunan plasma.

Apa saja terobosannya dalam menekuni bisnis ini? “Penerapan teknologi guna mendukung produktivitas dan kualitas produksi. Untuk mendukung produksi, TAP menerapkan penggunaan drone untuk melakukan pemetaan, menghitung stand per hectare (jumlah pokok per hektare), serta mengetahui kondisi tanaman secara umum,” kata lulusan Cornell University, Amerika Serikat, ini dengan semangat.

TAP juga menggunakan aplikasi Push EWS (early warning system) yang dalam sehari dua kali mengirim informasi kepada manajemen kebun mengenai deteksi titik panas, baik di dalam wilayah TAP maupun wilayah sekitar. Desa sekitar juga dilibatkan sebagai bagian dari sistem pencegahan kebakaran lahan. Aktivitas mereka diwadahi dalam organisasi Masyarakat Peduli Api. TAP juga menyiapkan sarana dan prasarana untuk penanganan kebakaran lahan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 5 tahun 2018. Semua aktivitas pengolahan kelapa sawit TAP sudah memenuhi standar keberlanjutan bisnis yang ditetapkan ISPO dan RSPO.

Arif juga menjelaskan empat pilar TAP, yaitu integritas (hidup dengan transparan dan jujur), excellent (selalu memberikan yang terbaik), compassion (memberikan yang lebih kepada sesama), dan umility (harus bisa menempatkan diri seperti botol kosong yang bisa terus diisi dengan pelajaran-pelajaran baru, terus belajar). Nilai-nilai (values) itu yang harus terus dipupuk, tidak ada cara lain agar bisnis bisa terus lanjut dan tumbuh.

Bagaimana menghidupkan nilai-nilai (values) tersebut? Menurutnya, pemimpinlah yang harus di depan memberi contoh. Karena baginya, pemimpin itu mengemban dua tugas penting, yakni amanah dan menjadi panutan. Pemimpin yang tidak amanah tidak akan dijadikan panutan. Sebaliknya, pemimpin yang tidak bisa jadi panutan akan membuat amanah atau kredibilitasnya hancur. ”Begitu prinsip yang diturunkan Pak Teddy kepada anak-anaknya, dan prinsip itu yang saya pegang,” ujar Arif yang aktif di Kadin dan Asosiasi Pengusaha Indonesia.

Nilai-nilai keluarga lainnya adalah ajaran sang ayah: business first, family second. Ini terasa aneh, karena umumnya orang menomorsatukan keluarga. Namun, bagi ayahnya, bisnis harus jadi nomor satu. Mengapa? Karena, di dalamnya ada puluhan ribu kepala yang menyandarkan hidupnya dan hidup anggota keluarganya. Itulah mengapa keluarga sendiri harus dinomorduakan, karena perusahaan punya tujuan yang lebih besar tanggung jawabnya dibandingkan keluarga sendiri.

“Yang beliau (Teddy Rachmat) lihat, banyak family business yang hancur karena terlalu mementingkan kepentingan keluarga. Sama-lah, kalau saya terlalu mementingkan kepentingan sendiri dibandingkan kepentingan sesama, akhirnya saya juga rusak. Itulah filosofi kami,” katanya. Hal ini tidak ada bedanya dengan seorang ibu yang rela melepas anaknya jadi tentara untuk membela negara. Sang ibu menomorsatukan kepentingan negara dibandingkan kepentingan pribadinya sebagai seorang ibu.

Pada November 2018, Arif resmi melepas jabatannya sebagai CEO TAP dan menjadi Komisaris Utama TAP. Sejak awal, ia dan ayahnya bercita-cita kelak TAP harus dijalankan secara profesional, jangan banyak intervensi pemilik di dalamnya. Itu sebabnya, pelan-pelan Arif menyiapkan next leader untuk memimpin TAP. “Karena bagi saya, penting separation antara shareholders dan management, terutama di mana banyak partner. Saya hanya menjembatani secara temporary dalam prosesnya,” ucapnya.

Selain ayahnya, Arif juga memiliki beberapa mentor yang merupakan para profesional hebat yang ditempatkan ayahnya di perusahaan, seperti Benny Subianto, Hadi Kasim, dan Erida G. Djuhandi. “Saya banyak belajar dari mereka meski di waktu yang sama, kami juga adalah tim kerja,” kata Arif.

Meski menjadi bagian dari kelahiran TAP, sang ayah tidak serta-merta memberi Arif posisi puncak. Arif memulai kariernya di TAP dengan menjadi salah satu direktur (2005-2009), dan akhirnya didaulat menjadi CEO TAP pada November 2009. Arif mengaku tak akan lama memangku jabatan tersebut, sebab ia bercita-cita kelak seluruh jajaran direksi TAP akan diisi profesional. “Itu juga salah satu amanah Pak Teddy, agar suatu saat nanti seluruh manajemen running by profesional,” ujarnya. Alasannya, tak lain, agar tercipta manajemen yang lebih objektif dan profesional. Hal ini pun sekarang terwujud: Arif tak lagi memangku jabatan CEO TAP.

Dalam hal urusan perusahaan, Arif harus mampu menghadapi sang ayah layaknya profesional berhadapan dengan atasan, tak ada lagi embel-embel ayah-anak, semua serba objektif dan terbuka, “One of the best boss lah,” begitu Arif menggambarkan sang ayah di ruang kerja. Namun, hubungan itu berubah ketika mereka berkumpul di rumah setiap akhir pekan. “Ia menjadi ayah dan mentor saya, tetapi tidak mendikte,” katanya.

Bicara kinerja TAP, setelah melakukan peremajaan (program peremajaan pemerintah), produktivitas sekitar 334 ha kebun sawit TAP meningkat, dari 3 ton CPO per ha per tahun menjadi rata-rata 8 ton per ha per tahun.

Ke depan, pihaknya akan mendukung kebijakan hilirisasi pemerintah yang sebenarnya sudah ada sejak 2011, tetapi belakangan baru mulai terlihat hasilnya. Hilirisasi harus terus didorong untuk menghasilkan nilai tambah yang tinggi terhadap perekonomian nasional, meningkatkan devisa negara, menjaga nilai tukar rupiah, serta memperkuat ketahanan pangan dan energi nasional.

Indonesia kini mampu memproduksi 145 jenis produk CPO hilir, naik tajam dari 2011 yang hanya sekitar 70 jenis. Komposisi ekspor juga bergeser antara hulu dan hilir, yaitu pada 2010 60:40, dan pada 2017 jadi 22:78. Maka, TAP juga akan mendukungnya dengan memperbesar suplai untuk indusri hilir CPO dalam negeri.

Dede Suryadi dan Arie Liliyah

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved