Profile Next Gen

Jackson Suwargo, Pewaris Jim Joker yang Melejitkan Sepatu-Sendal Jackson

Jackson Suwargo, Direktur Operasional Jim Joker, produsen sepatu merek Jackson.
Jackson Suwargo, Direktur Operasional Jim Joker, produsen sepatu merek Jackson.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian yang dirilis pada Maret 2021, Indonesia merupakan negara konsumen sepatu terbesar keempat di dunia dengan konsumsi 886 juta pasang. Pengusaha sepatu nasional melirik hal ini sebagai peluang bisnis. Mereka pun berinovasi untuk memproduksi sepatu yang diminati konsumen.

Jackson Suwargo salah satunya. Ia membuat sepatu kulit, sandal, dan sneakers bermerek Jackson sejak 2019. Ini merupakan merek di bawah naungan Jim Joker, produsen sepatu yang beroperasi sejak 31 tahun lalu.

Jackson, yang berusia 25 tahun, adalah anak Sutrisno Suwargo. Ayah Jackson ini dikenal sebagai pengusaha sekaligus pendiri Jim Joker (Surabaya, Jawa Timur, 1980). Jim Joker adalah perusahaan dan produsen sepatu dan sandal kulit. Mayoritas produknya diekspor.

Untuk memperluas jaringan distribusi dan penjualan, Jim Joker bermitra dengan perusahaan ritel. Jaringan ini tersebar di toko modern berjejaring, antara lain Matahari, Centro, Parkson, Central, Transmart, Yogya, dan Ramayana, juga marketplace seperti Zalora, serta 200 gerai di 80 kota di Indonesia.

Jackson bergabung ke Jim Joker di tahun 2018. “Saya anak kedua dari tiga bersaudara, semuanya laki-laki. Adik saya masih SMA, dan kakak saya bergabung terlebih dahulu di Jim Joker. Setelah saya ikut bergabung di perusahaan keluarga, saya dan kakak saling berbagi tugas. Saya menangani operasional, mulai dari produksi hingga ritel. Sedangkan kakak menangani kebijakan strategis, misalnya keuangan, investasi, belanja modal, dan visi-misi perusahaan,” Jackson menuturkan perannya di Jim Joker.

Di fase awal bergabung dengan perusahaan keluarganya ini, Jackson memperbarui tata kelola manajemen, SDM, produksi, operasional, hingga pemasaran, setelah mempelajarinya selama enam bulan. Kala itu, sistem manajemen Jim Joker masih semitradisional.

Menurutnya, ruang pertumbuhan bisnis Jim Joker terbuka lebar lantaran potensi bisnis alas kaki cukup prospektif. “Di awal saya masuk ke perusahaan ini, saya memproyeksikan bisnis perusahaan bisa tumbuh,” ungkap lulusan Manajemen Universitas San Francisco, AS, dengan predikat summa cum laude ini.

Jackson yang menjabat sebagai Direktur Operasional Jim Joker meracik strategi bisnis untuk mewujudkan proyeksinya itu. Ia bersama kakak serta timnya meluncurkan merek kedua, yakni Jackson, di tahun 2019. Lini kedua Jim Joker ini mengusung alas kaki berkonsep gaya hidup urban dengan harga terjangkau.

Harga sepatu kulit, sandal, dan sneakers Jackson itu bervariasi, di kisaran Rp 90 ribu hingga Rp 400-an ribu per pasang. Alasan Jackson membuat lini terbaru ini adalah untuk memperluas target konsumen. Segmen konsumen untuk sepatu dan sandal kulit Jim Joker relatif terbatas jika dibandingkan segmen konsumen Jackson. Sebab, harga sepatu dan sandal Jim Joker lebih mahal dibandingkan Jackson.

Untuk menyokong distribusi dan pemasaran, Jackson menjalin kemitraan dengan e-commerce dan department store. “Jackson itu tergolong brand yang paling cepat pertumbuhannya. Biasanya, brand baru itu membutuhkan waktu 2-3 tahun untuk masuk peringkat 10 besar, namun Jackson dalam waktu dua tahun saja sudah masuk top 3,” ungkapnya.

Jackson menjabarkan, pengembangan bisnis sepatu dan sandal Jackson melalui saluran penjualan yang lebih massal dan meningkatkan stock keeping unit (SKU) hingga 500. “Selain itu, kami meningkatkan empat kali lipat stock produk per 2019 dan memperbanyak inventaris setiap tahun sebesar 20%,” imbuhnya.

Penjualan Jackson pada 2019 itu naik berlipat ganda karena, menurut Jackson, bertepatan dengan Idul Fitri dan kompetitor tidak terlalu agresif. ”Nah, itulah momentum bagi Jackson untuk agresif mengisi pasar. Biasanya, brand yang baru itu supply-nya separuh dulu jika ingin menjajal pasar, sedangkan kami supply-nya full capacity, makanya perkembangan Jackson cepat sekali,” ia menerangkan.

Di awal 2020, Jackson ketiban rezeki tatkala pasokan sepatu dari kompetitor terhambat karena banjir melanda Jakarta. Sepatu dan sandal Jackson mengisi kekosongan ini.

Jackson berencana mengembangkan penjualan di marketplace dan website. Tim khusus dibentuk untuk menanangani penjualan online. Ini ia klaim sebagai inovasi di divisi manajemen. “Sistem-sistem, terutama back–end, dirapikan; budaya kerja diubah; anggota tim diperbanyak agar kami berkembang. Kami berencana mengembangkan 5-10 brand,” katanya.

Di masa pandemi, roda bisnis sepatu-sendal Jackson masih terjaga apik karena konsisten memasok produk ke jaringan toko modern dan toko dalam jaringan (daring). Hasilnya, omzet pulih pada November 2020 setelah sempat terpuruk di awal pandemi, Maret-Mei 2020. (*)

Vicky Rachman & Arie Liliyah

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved