Profile Next Gen

Kakak-Beradik yang Mengharumkan Bisnis Grup Citra

Kakak-Beradik yang Mengharumkan Bisnis Grup Citra

Diresmikan pada Desember 2012, Q Mall menjadi pusat perbelanjaan modern terbesar di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Mal berlantai tiga ini menempati lahan seluas 2,7 hektare. Sederet penyewa (tenant) nomor wahid telah menghuni pusat perbelanjaan yang tadinya sepi dari hiruk-pikuk pengunjung. Kini, pengunjung mal itu mencapai 6 ribu orang sehari. Kehadiran penyewa (tenant) nasional dan multinasional menjadi magnet yang menyedot perhatian masyarakat setempat. Q Mall mulai beroperasi pada 2014. Saat itu, tingkat okupansi penyewa 80%. Kini, angkanya hampir menyentuh 100%.

Ahmad Yafi, Dirut Q Mall

Ahmad Yafi, Dirut Q Mall

Ahmad Yafi (24 tahun), Dirut Q Mall, adalah sosok di balik keberhasilan Q Mall. Ia anak kedua H. Norhin, pemilik Q Mall dan pendiri Grup Citra. Pusat perbelanjaan tersebut didirikan PT Diyatama Metro Sejati, salah satu perusahaan yang berada di bawah Grup Citra. Pengusaha asal Banjarmasin ini memberikan tongkat estafet kepada anak-anaknya untuk meneruskan kerajaan bisnis yang didirikannya. Norhin, yang pernah berdagang kain di Pasar Tanah Abang, mendirikan PT Pribumi Citra Megah Utama (Grup Citra). Tentakel bisnisnya menjangkau bisnis pertambangan, lembaga pembiayaan syariah melalui PT Citra Tirta Mulia (Citifin Multifinance Syariah), properti, perbankan, rumah sakit, sekolah, hingga pusat olah raga.

Nah, Ahmad, salah satu dari enam anak Nohrin, adalah pewaris takhta Grup Citra yang sukses mengembangkan bisnis Q Mall. ”Tenant di Q Mall sudah dipenuhi berbagai gerai penjualan dan layanan untuk memenuhi kebutuhan keluarga di Banjarbaru dan sekitarnya,” ujarnya. Norhin melibatkan Ahmad sejak 2012 yang kala itu masih kuliah di Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Ahmad terlebih dulu harus mencicipi pengalaman bekerja di berbagai perusahaan Grup Citra sebelum dipercaya menangani Q Mall. “Ahmad mendapatkan pembinaan dan praktik melakukan pemasaran, bernegosiasi serta mengambil keputusan,” ungkap Norhin, pengusaha yang merintis bisnis konveksi di Pasar Kujajing di Banjarmasin pada era 1970-an.

Selama masa penggemblengan, Ahmad memperluas relasi bisnis dan menimba ilmu dari staf senior. Ilmu bisnis yang didapatkannya diimplementasikan dalam pengembangan Q Mall. Pusat belanja ini dibangun pada 2010. Berselang dua tahun kemudian, Q Mall rampung dibangun dan mulai beroperasi. Ahmad mendapat mandat dari sang ayah untuk menangani bisnis Q Mall setelah merampungkan kuliahnya pada 2014. Awalnya, ia kesulitan membujuk para penyewa ke Q Mall. Ia menyadari para penyewa berpikir dua kali jika ingin membuka gerai di Banjarbaru yang tergolong kota kecil.

Berbekal ilmu manajemen yang diperolehnya dari bangku kuliah, Ahmad menerapkan manajemen menjemput bola guna menarik tenant. Ia menginisiasi rangkaian kegiatan pemasaran above the line (ATL) dengan beriklan di radio, surat kabar lokal, dan papan iklan yang berada di titik strategis di Banjabaru.

Sementara, untuk bottom the line (BTL), ia rutin menjalankan berbagai kegiatan. Contohnya, menggelar Kejuaraan Nasional Lomba Tamiya pada Maret 2016. ”Alhamdulillah, peserta sangat antusias dan Q Mall jadi semakin dikenal masyarakat,” katanya. Tak hanya itu, ia mengampanyekan Q Mall di Twitter melalui akun @QmalBJB dan Instagram (@qmallbanjarbaru). Cara itu diklaimnya berhasil menjaring minat pengunjung dari luar kota. Guna memuluskan sederet kegiatan itu, perusahaannya mengalokasikan belanja promosi dan pemasaran sebesar 20% dari pendapatan Q Mall.

Tenant yang berhasil diajak ke Q Mall di antaranya Hypermart, Matahari, Sport Station, Time Zone, Adidas dan Hardware. Nama-nama tersebut tidak bisa disangsikan lagi reputasinya. Kehadiran merek-merek tersebut menambah daya pikat Q Mall di mata konsumen. Banjir pengunjung tidak bisa dihindari. “Setiap hari rata-rata jumlah pengunjung mencapai 6 ribu orang. Sedangkan jumlah pengunjung pada weekend sekitar 12 ribu,” ungkap pria kelahiran, Banjarmasin 25 April 1992 ini.

Perjuangan Ahmad mendatangkan tenant merupakan buah dari kerja kerasnya mempromosikan Q Mall. Tahun ini, tingkat okupansi penyewa ditargetkan mencapai 100%. ”Beberapa tenant masih dalam tahap proses kerja sama,” ujar Ahmad yang dipercaya sebagai komisaris Citifin Multifinance Syariah sejak Februari 2013.

Lain halnya dengan Rifqiannor (26 tahun) yang berkutat di bisnis kecantikan. Rifqi, sapaan akrabnya, mendirikan Rania Skincare, klinik kesehatan dan kecantikan di Q Mall. Unit bisnis ini milik Rifqi dan tidak terafiliasi dengan Grup Citra. Anak pertama dari enam bersaudara ini lebih tertarik membangun bisnis yang berhubungan dengan profesinya sebagai dokter. Rifqi mendapat bantuan dana dari orang tuanya untuk menambah modal awal Rania Skincare yang didirikan dua tahun silam. Pinjaman modal itu dilunasi dalam hitungan bulan yang terhitung sejak Rania Skincare beroperasi. Klinik Rifqi ini sudah membuka satu cabang di Banjarmasin.

Rifqiannor, pendiri dan pemilik Rania Skincare

Rifqiannor, pendiri dan pemilik Rania Skincare, klinik kesehatan dan kecantikan di Q Mall

Klinik kecantikan itu menawarkan jasa perawatan estetika yang berbasis syariah lantaran menyediakan produk kesehatan halal dan menjalankan sistem manajemen syariah yang membagi hasil keuntungan kepada karyawannya. Berbicara syariah, karyawati kliniknya mengenakan seragam kerja dan berhijab. Rania Skincare menerapkan sistem pusat kecantikan terpadu yang menawarkan aneka layanan perawatan wajah, tubuh dan rambut. “Bahan baku untuk produk perawatan kami buat sendiri dari bahan alami dan harga yang ditawarkan menjadi lebih murah dibanding kompetitor,” tutur Rifqi, yang sehari-hari bertugas sebagai dokter di Rumah Sakit Avicienna Medika, Banjarmasin.

Setiap konsumen diberi ruangan perawatan khusus demi menjaga privasi mereka. Rania Skincare juga melayani konsultasi tanpa memungut bayaran sepersen pun kepada pasien. “Kami memberikan layanan konsultasi gratis seumur hidup,” tutur alumni Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin ini. Tenaga medis di kliniknya bersikap profesional dalam menangani setiap keluhan pasien. “Kami memberikan pelayanan yang bersifat care to patient,” ujarnya. Rifqi merekrut tenaga medis, perawat hingga apoteker lokal. Untuk teknologi, pihaknya menggunakan teknologi terbaru yang sesuai dengan perkembangan ilmu serta teknologi kecantikan dan kesehatan. “Harga yang kami berikan juga sangat kompetitif dan terjangkau oleh semua kalangan,” katanya setengah berpromosi.

Rifqi mempromosikan Rania Skincare di media cetak, media elektronik dan media sosial, serta dengan mengikuti pameran. Strategi ini berhasil menjaring konsumen dari berbagai usia dan gender. Selain kaum perempuan, pasien laki-laki acapkali mendatangi kliniknya. Mayoritas konsumen Rania Skincare berasal dari kalangan menengah-bawah. Laju bisnis Rania Skincare menggelinding mulus. Ke depan, inovasi baru sesuai dengan syariah Islam akan terus dikembangkan untuk memenuhi keinginan konsumen. Sebagai klinik kecantikan asal Banjabaru, Rania Skincare akan diperluas basis pasarnya di Indonesia dalam 5-10 tahun mendatang. Setelah itu, Rifqi ingin menjangkau pasar internasional. Ia memperluas lahan bisnisnya karena memiliki restoran Red Hook Cafe di Banjarbaru.

Kesuksesan Rifqi dan Ahmad merupakan hasil jerih payah Norhin yang memainkan peran sebagai mentor bisnis. Norhin mewariskan etika dan budi pekerti yang apik kepada anak-anaknya dalam berbisnis dan bermasyarakat, demi menjaga kepercayaan mitra bisnis, perbankan, ataupun konsumen. “Proses kaderisasi berjalan baik dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut,” tutur lulusan Pendidikan Guru Agama itu. (*)

Vicky Rachman & Syukron Ali

Riset : Sarah Ratna Herni


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved