Property

BTN Incar Izin Pengajuan KPR Capai Rp3 Triliun di IPEX 2020

Gad Permata, Vice President PT Adhouse Clarion Events sebagai penyelenggara pameran Indonesia Properti Expo 2020

PT Bank Tabungan Negara (BTN) Persero Tbk menargetkan Izin Prinsip Pengajuan KPR menembus angka Rp3 triliun dan target booked sebesar Rp 1 triliun selama pameran Indonesia Properti Expo (IPEX) 2020 yang diselenggarakan PT Adhouse Clarion Events pada 15-23 Februari 2020 di Hall A & B Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta.

Pameran properti ini merupakan gelaran ke 38 kalinya dan didukung oleh Kementerian BUMN, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, DPD REI DKI Jakarta dan BTN sebagai official bank partner. Pada tahun ini IPEX percaya mampu untuk mengembalikan pasar properti yang sempat lesu beberapa tahun lalu.

“Tahun ini merupakan awal yang tepat jika ingin membeli sebuah properti karena banyak faktor yang membuat investasi ini lebih menarik, yaitu suku bunga murah dan uang muka KPR yang terjangkau setelah Loan To Value berlaku sejak Desember 2019 lalu. Akan banyak hunian strategis yang berlokasi strategis di wilayah Jabodetabek yang dilengkapi dengan transportasi seperti LRT dan MRT,” ujar Direktur Utama Bank BTN, Pahala N. Mansury usai acara Pembukaan IPEX di Jakarta Convention Center.

Pada pembukaan IPEX 2020 yang dihadiri oleh Wakil Presiden RI, Prof Dr. KH. Ma’ruf Amin tersebut, Pahala juga menyampaikan tantangan yang dihadapi dan peluang properti di 2020. pada 2019 diakui Pahala sebagai tahun yang tidak mudah bagi sektor properti, karena penjualan properti mengalami penurunan. Berdasarkan survei Bank Indonesia, penjualan properti residensial pada Kuartal IV/2019 turun 16,33% dibandingkan Kuartal III/209 yang masih tumbuh sekitar 16,18%.

Penurunan ini terjadi pada sektor penjualan perumahan yang terjadi secara merata untuk rumah tipe kecil, menengah dan besar. Pahala juga menyampaikan bahwa tantangan pada sektor properti tahun ini karena ancaman resesi akibat kondisi geopolitik yang memanas serta yang terbaru adalah mewabahnya virus korona di Tiongkok yang diperkirakan melumpuhkan kekuatan ekonomi China akan ikut berdampak ke Indonesia.

Namun, Pahala optimistis jika sektor properti yang dikenal memiliki multiplier effect ke 170 industri turunan adalah sektor yang bertahan dan mampu bangkit di tengah ancaman dari faktor eksternal saat ini. Terlebih lagi Pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia memberikan dukungan yang cukup ke sektor properti antara lain peningkatan batasan tidak kena Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk rumah sederhana dan rumah sangat sederhana.

Juga, ada pembebasan PPN atas rumah/ bangunan korban bencana alam, penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh) pasal 22 atas hunian mewah dari 5% menjadi 1%, dan peningkatan batas nilai hunian mewah yang dikenakan PPh dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPNBM). Bank Indonesia juga mendukung sektor properti lewat kebijakan moneternya, antara lain relaksasi Loan To Value dan pelonggaran Giro Wajib Minimum dan penurunan suku bunga acuan atau BI Rate.

“Kami mengapresiasi kebijakan pemerintah untuk mendukung pasar properti tetap tumbuh, karena itu Bank BTN tetap mendukung Program Sejuta Rumah yang telah dicanangkan Pemerintah dengan mengandalkan KPR Non Subsidi dan tetap berkomitmen menjadi Bank penyalur FLPP,” kata Pahala.

Pada tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan sekitar 17% untuk kredit yang dimana 8-10% merupakan dari KPR. Sementara untuk segmen KPR Subsidi, Bank berkode saham BBTN ini hanya menargetkan pertumbuhan sekitar 3%. Angka pertumbuhan KPR Subsidi yang melandai disebabkan karena kuota FLPP yang diberikan BTN sebesar 220.000 unit, jumlah tersebut terdiri dari Fasilitas Likuidtas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebanyak 110.000 unit dan Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) sebanyak 40.000 unit-45.000 unit.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved