Property

Pengembang Yi-Ho Hong Kong Gairahkan Industri Properti di Indonesia

PT Yiho Jakarta Real Estate Development, developer asal Hong Kong, mengepakkan sayap bisnisnya ke Indonesia sejak Juni 2020. Pengamat properti yang juga CEO Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda menilai, kehadiran investor asing itu bisa menggairahkan industri properti di Tanah Air.

Richard Oh, CEO PT Yiho Jakarta Real Estate Development mengatakan, dengan pengalaman perusahaan di global yang sudah mencapai lebih dari 20 tahun, dia optimistis dapat berkontribusi aktif pada industri properti di Indonesia.

“Saat ini lima negara dengan kekuatan GDP terbesar dunia antara lain adalah Amerika Serikat, Tiongkok, dan Jepang. Besarnya jumlah penduduk usia produktif di Indonesia – usia 15 sampai 65 tahun, yang kini jumlahnya berkisar 185,2 juta jiwa meyakinkan kami Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar dunia,” jelas Richard dalam siaran pers di Jakarta (22/8/2020).

Pasar produktif ini akan menjadi pembeli potensial sejumlah proyek properti. Apalagi saat ini rasio kepemilikan rumah di Indonesia dengan negara tetangga masih jauh, yaitu rasio Kredit Pemilik Rumah (KPR) mencapai 2,85% terhadap Produk Domestik Brutto (PDB). BPS melaporkan rasio KPR di Indonesia jauh di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand yang masing-masing mencapai 46,8%, 38,8%, dan 22,6%. Itu sebabnya papar Richard, perusahaan memperlebar sayapnya ke sejumlah negara di Asia termasuk Indonesia, juga Malaysia, Jepang, dan Laos.

“Sektor properti biasanya mengalami siklus setiap 10 tahun sekali, dan selama 5 tahun ke belakang, sektor ini mengalami kondisi yang kurang menguntungkan sehingga kami optimistis selama lima tahun ke depan kondisinya akan menjadi lebih baik,” ungkap Richard yang berpengalaman mengelola properti premium internasional seperti Verde, NavaPark BSD dan hotel bintang lima Banyantree Hotel and Resort Pte. Ltd. Selain properti di Indonesia, New Yi-Ho juga melirik sektor yang sejalan dengan bidang turisme, yaitu membangun hotel.

Ali melihat, sampai saat ini posisi Indonesia kerap menjadi magnet tujuan investasi masuknya properti asing ke Indonesia. Selain faktor pendukung seperti kondisi ekonomi makro yang cukup stabil, bonus demografi penduduk Indonesia, memperbesar porsi kue yang akan dinikmati para pebisnis di sektor properti.

Bicara minat beli dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi, Ali berpendapat sebagai fenomena cukup menarik. Saat ini pertumbuhan ekonomi terkontraksi di Q2-2020, pertumbuhan penjualan perumahan mengalami kenaikan hampir dua kali lipat dibandingkan Q1-2020. Hal ini memberikan gambaran, daya beli masyarakat Indonesia di sektor properti masih cukup tinggi.

“Jadi meskipun sempat anjlok di Q1-2020 50,1%, namun bertumbuh tinggi di Q2-2020 sejak pelonggaran PSBB akhir Mei 2020. Pertumbuhan terjadi di hampir semua segmen, baik yang harganya di bawah Rp300 jutaan/unit ataupun yang di atas Rp 1 miliar/unit,” jelas Ali.

Sedangkan di segmen kelas menengah pada kisaran harga antara Rp 300 juta – Rp 1 miliar, diperkirakan masih menjadi pasar yang potensial, tapi kini masih terjadi mis-match, di mana pasokan rumah di segmen ini relatif semakin terbatas. Hal ini yang kemudian mendorong para pengembang meluncurkan produk di segmen harga tersebut, kendati dilakukan di masa pandemi COVID-19.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved