Property zkumparan

Prospek Industri Hunian Vertikal Tahun 2018

Jeffry Yamin, Marketing Direktur Green Pramuka City (ke-2 dari kiri)

Sepanjang tahun 2017 industri properti di Indonesia mengalami dinamika yang begitu bewarna. Meski demikian, peluang pasar masih cukup terbuka, sehingga para pelaku bisnis properti tetap optimistis menyambut tahun 2018.

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia, nilai kredit pembiayaan kembali mengalami kenaikan hingga mencapai Rp26.877 triliun.Peningkatan ini lebih tinggi dari nilai kredit pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya optimisime di kalangan pelaku bisnis di industri properti, khususnya apartemen.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Jeffry Yamin, Marketing Direktur Green Pramuka City di acara media gathering ‘Kaleidoskop 2017 dan Overview 2018’ di Galeri Kantor Marketing Green Pramuka City. Menurutnya, dengan angka pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% yang ditargetkan oleh pemerintah di tahun 2017, pihaknya melihat kemampuan pemerintah dalam mendorong laju ekonomi nasional ke arah yang lebih baik.

Apalagi, ditambah dengan diterapkannya berbagai kebijakan yang bertujuan untuk memberikan stimulus pada sektor properti seperti BI 7-Day Repo Rate, tax amnesty, Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), Paket Kebijakan Ekonomi (PKE) dan pembangunan infrastruktur akan berdampak positif bagi pertumbuhan industri properti, termasuk hunian vertikal seperti apartemen.

Adapun berdasarkan data Bank Indonesia, indikasi peningkatan pertumbuhan kredit baru pada Q2 2017, di antaranya: Kredit Pemilikan Rumah (KPR)/Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) mencatatkan kenaikan tertinggi, yakni sebesar 70,7% pada Q2 2017 dan untuk segmen apartemen, rasio NPL tertinggi berasal dari apartemen dengan luas kurang dari 21 meter persegi, yaitu 5,52%. Sementara rasio NPL terendah apartemen berasal dari tipe besar (di atas 70 meter persegi) yaitu sebesar 1,77%.

Sementara untuk tahun 2018, konsultan properti Colliers Internasional memproyeksikan pasar apartemen di Jabodetabek supplainya akan mencapai angka 34 ribu. Hal ini mengindikasikan optimisme pengembang terhadap pasar properti tanah air yang masih terus bertumbuh.

Green Pramuka City sebagai salah satu pengembang yang turut meramaikan pasar hunian vertical, tahun 2018 masih akan mengedepankan keunggulannya sebagai satu kawasan strategis di tengah kota Jakarta yang menawarkan konsep one stop living dan memberikan kemudahan hidup bagi konsumennya.

“Berbagai promo seperti program cicilan 120 kali tanpa slip gaji dan dokumen yang rumit, biaya angsuran ringan, DP mulai 10%, gratis biaya pemeliharaan selama 1 tahun dan kemudahan proses administrasi pun turut menjadi strategi Green Pramuka City dalam meraih pangsa pasar hunian vertikal tahun depan,” jelas Jeffry.

Sikap optimistis dalam melihat peluang pasar hunian vertikal tahun 2018 mendatang pun turut disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Bidang Pengelolaan Apartemen dan Rumah Susun Real Estat Indonesia (REI), Mualim Wijoyo.

“Dengan akan dilaksanakannya Pilkada 2017 disusul pemilu legislatif dan pemilihan presiden 2019, dapat dikatakan bahwa dua tahun ke`depan merupakan tahun politik di Indonesia, ini merupakan momentum terbaik bagi konsumen untuk membeli properti. Sebab, jika kita menilik pada momentum serupa di tahun-tahun sebelumnya, nilai properti memiliki kecenderungan untuk naik secara signifikan setelah perhelatan politik selesai, sehingga hal ini akan sangat menguntungkan bagi konsumen,” ujar Mualim.

Adapun hal yang perlu diperhatikan oleh para pengembang dalam hal ini hunian vertikal, dirasa perlu untuk memberikan pemahaman yang tepat kepada calon konsumen perihal isu-isu yang beredar tekait dengan hunian vertikal maupun kondisi umum yang terjadi di Indonesia, sehingga dengan pemahaman yang tepat akan memudahkan pengembang dalam memasarkan produknya.

www.Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved