Ini Alasan Metode Paylater Makin Diminati
Pertumbuhan transaksi di e-commerce tak luput dari integrasi metode pembayaran digital seperti Ppaylater dengan e-commerce. Sejalan dengan kebutuhan masyarakat akan opsi pembayaran yang terjangkau dan fleksibel, tren penggunaan paylater di e-commerce terus meningkat. Persentase pengguna layanan ini dalam e-commerce mengalami peningkatan signifikan, dari 28,2% pada 2022 menjadi 45,9% pada 2023.
Hingga kini, transaksi dengan paylater mampu mengungguli metode transfer bank, sebanyak 16,2% konsumen memilih Paylater sebagai metode pembayaran yang paling sering digunakan di e-commerce, sedangkan 10,2% konsumen yang memilih metode pembayaran transfer bank/virtual account. Sementara itu, sebanyak 60,9% responden yang telah menggunakan paylater menyebutkan bahwa Ppaylater merupakan kredit pertama yang mereka dapatkan, terutama bagi Socio-Economic Status (SES) C. Lebih lanjut, seiring dengan semakin konsistennya edukasi terkait Ppaylater di masyarakat, penggunaan
Paylater pun mulai beralih menjadi metode pembayaran kebutuhan harian diantaranya untuk belanja barang (87,1%), tagihan bulanan (51,8%), serta pulsa & paket internet (48,9%). Selain itu, pola penggunaan Ppaylater telah berubah menjadi lebih banyak digunakan untuk berbelanja kebutuhan bulanan dengan cicilan tenor pendek (56,8%) alih-alih untuk kebutuhan mendadak (52,1%). Perubahan ini terjadi seiring semakin tingginya tingkat pengetahuan pengguna mengenai paylater yang kini berada di angka 32,0 (level tinggi) dibanding tahun sebelumnya di angka 26,0 (level sedang).
Menanggapi hal tersebut, Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies) sekaligus ekonom Bhima Yudhistira yang bhadir dalam peluncuran laporan Perilaku Konsumen e-commerce Indonesia mengatakan, paylater perlu diakui cukup memberikan manfaat ketersediaan akses kredit yang aman, terjangkau, dan mudah bagi hampir seluruh lapisan masyarakat. “Saya melihat instrumen Paylater di ekosistem e-commerce berdampak pada confidence level konsumen, terutama di kelas menengah ke atas yang sebelumnya cukup menahan pengeluaran akibat dampak pandemi,” tuturnya.
Menurut Bhima, paylater tidak hanya digunakan untuk kebutuhan mendesak, tapi sebagai metode pembayaran yang efisien untuk bertransaksi sehari-hari. “Peningkatan terhadap penggunaan paylater, maka akan semakin meningkatkan dampak turunan panjang bagi industri ekonomi digital ini. Mulai dari percepatan pembangunan infrastruktur hingga penyerapan tenaga kerja yang akan berdampak pada perputaran roda perekonomian di daerah perkotaan maupun perdesaan,” ujarnya pada acara Peluncuran Laporan Perilaku Konsumen e-Commerce Indonesia 2023, di Jakarta, Rabu (14/06/2023).
Metode pembayaran paylater yang digunakan pada e-commerce dalam setahun terakhir digunakan untuk melakukan transaksi pembelian barang penunjang produktivitas yang terbanyak ada di produk fesyen sebanyak 66,4%, kedua untuk pembelian produk alat rumah tangga sebanyak 52,2% dan ketiga untuk pembelian produk elektronik sebanyak 41,0%.
Rata-rata pengguna paylater lebih dari 1 kali sebulan meningkat dari 27% (2022) menjadi 39,9% (2023). Selain itu, semakin banyak konsumen yang memilih tenor lebih panjang (12 bulan), yaitu dari 19,2% menjadi 28,1%
Bima mengungkapkan, pembelian produk fesyen paling banyak karena sekarang banyak orang telah beraktivas di luar rumah, mereka membutuhkan pelengkap sebagai penunjang penampilan. Mereka juga sudah menyiapkan dana untuk membeli produk fesyen yang diinginkan, membeli saat ada harbolnas, flash sale dan lainnya.
Editor : Eva Martha Rahayu
Swa.co.id