Temuan CIPS: Sektor Manufaktur Penyumbang Besar Pekerja Formal
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Raindy Laksono mengungkapkan sejak China bergabung World Trade Organization (WTO) pada 2001, terjadi guncangan ekspor yang tinggi terhadap Indonesia. Bahkan ikut mengguncang permintaan impor yang besar pula. Kedua faktor tersebut membuat adanya peningkatan kesempatan pekerja formal dan adanya pertumbuhan pendapatan meski fokusnya hanya ekspor komoditas saja.
Dampak positif itu berpengaruh terhadap sektor manufaktur yang terkonsentrasi di sejumlah daerah di Indonesia. Selain itu sektor pertambangan dan minyak sawit menjadi primadona ekspor terbesar. Sayangnya, hal ini tidak diikuti sektor pertanian yang tak berdampak signifikan. ”Sebagian besar pekerjaan di sektor manufaktur adalah resmi. Pekerja di sektor pertanian dan sumber daya alam lainnya sebagian besar bertahan pada pekerjaan informal. Pekerjaan formal cenderung memiliki dinamika pendapatan yang tidak terlalu fluktuatif dan lebih baik,” tutur Raindy pada diskusi bertajuk 'Masa Depan Perdagangan Indonesia' di Jakarta, Rabu (13/11/2024). Diskusi tersebut membeberkan hasill penelitian tentang Ekspansi Ekspor dan Dinamika Pasar Tenaga Kerja di Indonesia. .
Raindy menjabarkan sektor manufaktur menyerap lebih banyak tenaga kerja formal. “Kemungkinan terjadinya perbaikan pada pasar tenaga kerja akan lebih besar terjadi karena perluasan ekspor manufaktur dibandingkan ekspor komoditas. Sehingga sangat penting menjaga daya saing sektor manufaktur lantaran Indonesia masih bergantung ekspor komoditas,” pungkasnya. (*)