Sepak Terjang Sang Legenda Otomotif Dibingkai dalam Karya Buku
Apa resep manajerial di balik kesuksesan Toyota merajai pasar otomotif di Indonesa? Ternyata itu semua tak lepas dari sosok pemimpin yang inspiratif, cerdas, serta mampu memaksimalkan peluang sekecil apapun. Di masa kepemimpinan Johnny Darmawan, CEO PT Toyota Astra Motor/TAM (2002 – 2014), Toyota mampu mempertahankan ritme penjualan dengan selalu tampil minimal di tiga besar perusahaan otomotif Indonesia.
Hal tersebut tentu saja sangat jelas dibuktikan dengan populasi kendaraan keluaran Toyota, yang menurut Agung Adiprasetyo, CEO Kompas Gramedia, setelah melakukan pengamatan kecil – kecilan, 3 dari 7 mobil yang diparkir di mall atau berhenti di lampu merah adalah keluaran Toyota.
Dalam buku ‘Kiprah Toyota Melayani Indonesai 2002 – 2014” dikulik juga sisi yang sangat substantial, yakni optimalisasi manajerial itu harus melihat pada tiga aspek yaitu: team, product, dan service. Seperti yang dipaparkan oleh Johnny, soal product tidak ada keraguan, karena selalu distimulasi dengan berbagai macam inovasi seiring permintaan pasar. Hanya saja untuk team dan service ini yang sangat kritikal.
“Kita tahu bahwa Toyota Astra Motor memiliki lebih dari 10.000 karyawan. Untuk menyatukan visi dan misi dari atas sampai bawah itu tidak mudah. Butuh kominikator yang handal, sehingga ketika atasan bilang A, maka sampai bawah pun tetap A. Sementara itu untuk service, selalu kita perhatikan baik itu saat pembelian hingga purna jual,” tegas Johnny.
Ada pula prinsip tradisional Jepang yang selalu diterapkan Johnny untuk mendongkrak penjualan, yaitu Kaizen. Prinsip ini menekankan pada filosofi bahwa hidup kita hendaknya fokus pada upaya perbaikan terus menerus. Aplikasinya dengan sebanyak mungkin menuangkan ide, bukan menerima ide. Bahkan menurut Hendra Noor Saleh, Editor in Chief Fortune Indonesia, ia sampai terheran – heran dengan resep Johnny yang dapat menstimuli tim sales untuk menjual layaknya ‘anjing gila’.
Filosofi ini menurut Johnny juga ditampilkan layaknya bala tentara yang sedang mengepung para penjahat di suatu pulau, untuk tidak memberikan pergerakan sedikitpun, bahkan membunuh. “Kita tutup semua jalan keluar, lalu kita keroyok rame – rame,” kelakarnya. Filosofi inilah yang selalu dipertahankan dimasa kepemimpinan Johnny, hingga seolah terkesan dapat memonopoli pasar otomotif Indonesia dengan meminimalisir sedemikian mungkin para pesaingnya.
Buku “Kiprah Toyota melayani Indonesai 2002 – 2014,” yang didedikasikan untuk mengenang masa kepemimpinan Johnny ini mungkin tidak bisa merekam semua kirpahnya dalam mempertahankan Toyota tetap menjadi yang nomor satu selama 42 tahun di Indonesia, tetapi sudah dipastikan ada ladang inspirasi yang dapat dinikmati oleh semua pelaku bisnis.(EVA)