Sajian Utama

Optimisme Memuncak di Tahun Kelinci Emas

Optimisme Memuncak di Tahun Kelinci Emas

Dari hasil survei Agenda CEO 2011 yang dilakukan Majalah SWA dan Deka Research terungkap, optimisme tengah menggelora di kalangan para pemimpin perusahaan. Inilah saatnya mereka memacu roda bisnis perusahaan lebih cepat lagi.

Apa kata dunia, kalau dalam menghadapi dunia bisnis di tahun 2011 masih ada pelaku bisnis di Indonesia yang tidak optimistis. Maklum, melanjutkan kegairahan ekonomi dan bisnis di 2010, tahun ini diperkirakan kondisinya bakal terus membaik. “Saya sangat yakin dengan pertumbuhan tahun 2011. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menguat, pertumbuhan kami juga menguat di Indonesia,” ungkap Tom Aaker, CEO Standard Chartered Bank Indonesia. Dibandingkan dengan 2009, ia menambahkan, yang mana pertumbuhan ekonomi sebesar 4,9%, dan tahun 2010 yang mencapai 6%, tahun depan pertumbuhan lebih tinggi, bisa mencapai 6,5%.

Hasil survei Agenda CEO 2011 yang dilakukan Majalah SWA dan Deka Research pun menegaskan fakta yang sama. Survei yang melibatkan 60 pemimpin perusahaan dari level manajer senior hingga CEO dari berbagai sektor industri ini menunjukkan, 78,33% responden melihat kondisi bisnis tahun 2011 akan lebih baik. Bahkan, 10% di antaranya menilai sangat baik. Fakta ini menunjukkan, tak ada keraguan bagi pelaku bisnis untuk mencapai keberhasilan yang lebih baik di tahun 2011. Survei ini dilakukan dari awal November hingga pertengahan Desember 2010 melalui wawancara mendalam dengan para responden.

Alasan yang dikemukakan para pemimpin perusahaan itu, sehingga mereka lebih optimistis menghadapi Tahun Kelinci ini, antara lain, pemerintah dianggap mampu menjaga stabilitas sosial-politik, kondisi keuangan dan investasi sudah mulai kondusif, kredit bank semakin mudah sehingga pengusaha berani meningkatkan usaha dengan menggunakan dana pinjaman bank yang bunganya kecil, dan potensi pasar yang besar karena Produk Domestik Bruto per kapita penduduk Indonesia yang menembus angka US$ 3.000.

Royanto Handaya, CEO Panorama Tours, mengungkapkan, momentum pertumbuhan ekonomi 2010 ternyata terus membawa prospek bisnis yang memang menjanjikan. ”Apalagi, komposisi demografinya mendukung, yakni dengan banyaknya angkatan muda masuk kerja, disertai pesatnya pertambahan jumlah masyarakat kelas menengah, yang memang merupakan target pasar kami,” ujar Royanto.

Memang, harus diakui, masih ada sejumlah persoalan yang dihadapi para pengusaha Indonesia. Sebagaimana diungkapkan Tom Aaker, tantangan terbesar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan bisnis adalah infrastruktur. “Negara ini membutuhkan lebih banyak lapangan udara, jalan, pelabuhan dan pembangkit listrik,” ia menandaskan. Sebetulnya, dikatakan Tom, perbankan dan lembaga keuangan sudah sangat terbuka dalam pendanaan untuk membiayai pembangunan infrastruktur di Indonesia. Namun, menurutnya, persoalan terbesar bukanlah pada pendanaan, melainkan pada aturan pertanahan. “Jika pemerintah ingin membangun jalan dan itu melewati properti seseorang, diperlukan aturan yang jelas,” Tom menandaskan.

Selain itu, tambah Tom, kenaikan inflasi menjadi salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Untuk tahun 2011, Stanchart memprediksi inflasi berkisar 6,5%. “Itu kami anggap wajar. Cukup moderat,” ujarnya. Namun, risiko lainnya bisa lebih dari itu, misalnya dengan cuaca yang tidak menentu yang mengakibatkan kegagalan panen. Akhirnya, sembako akan menjadi lebih mahal. Tantangan lainnya dalam pertumbuhan ekonomi adalah pencabutan subsidi bahan bakar. Hasil survei Agenda CEO 2011 ini juga menunjukkan, rencana pemerintah menaikkan harga BBM menjadi salah satu hal yang dikhawatirkan bisa berpengaruh kurang positif terhadap kondisi perekonomian Indonesia tahun 2011.

Namun, itu tak menyurutkan para pemimpin bisnis untuk bersikap optimistis karena ada sejumlah faktor positif lain yang berpengaruh lebih kuat terhadap jalannya roda bisnis. Terlebih, persoalan tersebut adalah masalah klasik, dan dengan kondisi seperti ini bisnis mereka tetap bisa tumbuh. Tentu saja, akan jauh lebih bagus jika persoalan tersebut segera diatasi, sehingga pertumbuhan ekonomi dan bisnis bisa dipacu lebih cepat lagi.

Fakta lainnya, mayoritas responden (92%) dalam survei ini juga meyakini, lanskap ekonomi dan bisnis di tahun 2011 tidak banyak mengalami perubahan. Mereka adalah para pelaku bisnis di sektor toiletries, biro perjalanan, hotel, otomotif, telekomunikasi, rokok, perbankan dan asuransi. Kalaupun terjadi perubahan, hanya sampai tingkat tertentu. Artinya, itu hanya terjadi pada sektor-sektor tertentu dan tidak mengganggu jalannya roda bisnis perusahaan. Karena itu, kompleksitas dalam menjalankan bisnis juga tak banyak mengalami perubahan.

Akan tetapi, ketika ditanya tingkat kompleksitas dalam menjalankan bisnis dalam lima tahun mendatang, sebanyak 47% responden menjawab akan lebih tinggi dan akan jauh lebih tinggi 40%. Ini tidak mengherankan. Bahkan para CEO dunia, berdasarkan survei yang dilakukam IMB yang bertajuk “Global CEO Study series 2010” yang melibatkan 1.513 responden — terdiri dari CEO, general manager, dan pemimpin sektor publik senior di 60 negara dan 33 sektor industri pun – terungkap, tantangan yang dihadapi para pemimpin bisnis adalah kompleksitas dalam menjalankan bisnis. Mereka kini beroperasi dalam dunia yang secara substansial lebih volatile, lebih tidak pasti dan lebih kompleks. Karena itu, mereka memandang bahwa perubahan incremental saja tidak cukup, perlu cara-cara yang berbeda secara fundamental dalam menjalankan bisnis.

Yang menarik, sebagian besar pemimpin perusahaan di Indonesia mengungkapkan kesiapannya menghadapi lanskap bisnis yang makin kompleks tersebut. Dan, bagi Royanto, yang memimpin perusahaan madya, guna menyesuaikan dengan dinamika perubahan yang terjadi dengan amat sangat cepat, perusahaan menata organisasi secara berkala. Terlebih lagi di Panorama, penataan organisasi sudah diselenggarakan secara berkesinambungan, yang membuktikan nilai dinamisme organisasi telah menjadi ciri dan kultur perusahaan. ”Perusahaan memang menerapkan organization development guna menunjang personnel development dari sumber daya manusia yang mendukungnya,” ujar Royanto.

Terkait dengan tantangan yang dihadapi dalam menjalankan bisnis lima tahun mendatang, mereka juga akan melakukan sejumlah perubahan dalam perusahaan untuk merespons keinginan/kebutuhan pelanggan. Sebanyak 100% sepakat bahwa dalam lima tahun ke depan mereka akan lebih fokus pada keseimbangan antara nilai dan harga barang/jasa yang ditawarkan, serta memperbanyak distribusi. Sementara para pemimpin perusahaan yang akan melakukan perubahan dalam hal menciptakan dan memasarkan lebih banyak produk baru atau berbeda, serta lebih banyak memahami kebutuhan juga lebih dari 90%.

Kondisi yang positif itulah yang membuat Royanto berani menargetkan pertumbuhan sebesar minimal 30% di 2011. Padahal, tahun lalu pendapatan perusahaan ini hanya tumbuh sekitar 13%, bahkan tahun 2009 minus 13%. Adapun Tom mamatok target, Stanchart Indonesia bisa tumbuh sampai 25%, lebih tinggi dari 2010 yang besarnya 20%.

Lalu, strategi bisnis seperti apa yang akan dijalankan para pemimpin di perusahaan di 2011. Dalam survei ini, strategi bisnis yang ditanyakan kepada mereka terbagi dalam bidang pemasaran dan penjualan, keuangan, sumber daya manusia dan teknologi informasi.

Di bidang pemasaran dan penjualan, mereka, antara lain, akan mengoptimalisasi media pemasaran — termasuk pemanfaatan jaringan sosial di media massa, mengembangkan hubungan kemitraan dengan konsumen, dan berafiliasi dengan perusahaan multinasional. Kemudian, di bidang keuangan, strategi yang dijakankan, di antaranya, melakukan efisiensi bujet dan biaya, mengontrol arus kas secara lebih baik dengan cara melakukan pembelanjaan berdasarkan prioritas, menjadwalkan pembayaran, dan melakukan penawaran saham perdana (IPO) untuk memperkuat permodalan.

Di bidang SDM, mereka akan memperbaiki rekrutmen dengan cara bekerja sama dengan intitusi pendidikan dan menetapkan standar minimal S-1 dalam perekrutan karyawan baru, menawarkan paket remunerasi yang kompetitif untuk mempertahankan SDM berkualitas, serta mengembangkan etos kerja dan budaya perusahaan yang kondusif untuk meningkatkan produktivitas karyawan.

Perusahaan memang harus punya perhatian yang lebih besar di bidang SDM, yang akan menentukan berhasil-tidaknya mereka memanfaatkan momentum pertumbuhan bisnis yang menggiurkan. Tom pun mengakui, tantangan terbesar di dunia perbankan adalah SDM. Karena itu, “Kami harus merekrut orang-orang yang berkualitas dan tetap menjaganya. Kami melakukan itu dengan berbagai pelatihan, dan kami sudah berpengalaman di sana,” ia mengungkapkan. Dengan penambahan 500 orang baru di Stanchart Indonesia, berarti terdapat penambahan SDM sebanyak 30%. Namun, lanjutnya, penambahan itu diikuti dengan keluarnya 100 karyawan, termasuk yang pensiun atau pindah ke perusahaan lain.

Kemudian, di bidang TI, strategi yang dijalankan adalah meng-upgrade teknologi, menerapkan aplikasi software untuk mendukung kelancaran usaha, dan mengimplementasikan customer relationship management (CRM) untuk meningkatkan layanan kepada pelanggan.

Dunia bisnis di Tanah Air kini tengah sangat bergaiarah. Karena itu, akan banyak peluang baru yang bisa dimanfaatkan para pelaku untuk meningkatkan pasar mereka. Namun, tetap saja perlu kehati-hatian dan kecerdikan dalam berekspansi untuk memanfaatkan peluang yang ada. Panorama, misalnya, menurut Royanto, akan menerapkan strategi aggressive consolidation. Agresif, karena prospek pasar yang memang sangat menjanjikan. Namun, ia menambahkan, konsolidasi tetap perlu guna memberikan keseimbangan agar tidak agresif secara membabi buta, tetapi sesuai dengan koridor yang ditentukan. Karena itu, Panorama tetap akan fokus dalam mengembangkan keenam jalur bisnis yang sudah digeluti, yaitu corporate, corporate incentive, retail, retail leisure, franchise dan online. Setiap jalur bisnis memiliki segmen pasar yang memiliki potensi kuat untuk terus berkembang.

Selamat mengarungi Tahun Kelinci Emas — karena mengandung unsur emas, kata ahli feng shui — yang sangat menjanjikan ini.

Reportase: Rias Andriati dan Wini Angraeni/Riset: Rachmanto Aris Daryoko dan Sarah Ratna Herni.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved