Marketing Strategy

Cotton Ink Perkuat Pasar Melalui Toko Off Line

Cotton Ink Perkuat Pasar Melalui Toko Off Line

Brand fashion bisa melambung namanya melalui online store dan media sosial. Untuk itu, Cotton Ink makin memperkuat pasarnya dengan membuka butik kedua di lantai 3, Plaza Senayan Jakarta. Tahun lalu,Cotton Ink telah membuka butik pertama di daerah Kemang. Melihat respon pasar bagus, dua pendirinya, Ria Sarwono dan Carline Darjanto, membuka toko offline Cotton Ink lagi.

“Kami sebenarnya sudah mengincar membuka toko offline Cotton Ink di Plaza Senayan sejak 5 tahun lalu, selama itu kami waiting list. Manajemen mal sangat hati-hati, mengikuti setiap detail kesiapan kami,” ujar Ria Sarwono, Managing Director Cotton Ink. Cotton Ink memulai debutnya pada tahun 2008 melalui Facebook dan Blogspot, baru kemudian melalui Instagram dan Twitter. Koleksi pertama mereka adalah printed tees dan aksesoris shawl multifungsi. Baru tahun 2011, Ria dan Carline membuka webstore pertama, dan melirik koleksi pakaian siap pakai dan menyasar perempuan muda usia 20-25 tahun.

Ria Sarwono, Carline Darjanto, Triawan Munaf dan Dian Pelangi di Butik Offline Cotton Ink, Plaza Senayan

Ria Sarwono, Carline Darjanto, Triawan Munaf dan Dian Pelangi di Butik Offline Cotton Ink, Plaza Senayan

Dia menuturkan, dibukanya gerai offline merupakan cara Cotton Ink lebih dekat dengan pelanggannya. Mereka bisa mencoba koleksi yang ditaksir di online store di kedua butik tersebut. Sebagai butik kedua yang berada di Plaza Senayan, yang menurut Carline berada di pusat kota Jakarta, diharapkan bisa bisa meningkatkan awareness brand ini bagi mereka yang belum pernah mengenal Cotton Ink.

“Ke depannya, Cotton Ink ingin dikenal sebagai brand fashion yang multichannel. Bukan saja di online, tapi juga off line. Meski begitu hingga saat ini penjualan online masih dominan, lebih dari 50 persen,” katanya. Untuk pembukaan butik keduanya ini, Cotton Ink menggandeng perancang busana muslim yang sedang naik daun, Dian Pelangi. Pilihan Dian Pelangi menurut Carline, bukan karena pihaknya ingin menyasar para hijabers, tapi karena mereka mengagumi teknik Dian dalam membuat tekstur kain yang digunakan untuk rancangannya.

“Rancangan Dian itu bisa digunakan oleh hijabers ataupun yang tidak menggunakan hijab, jadi kami yakin kolaborasi ini sangat tepat buat Cotton Ink yang memang selalu menghadirkan kejutan-kejutan dalam setiap koleksinya,” tambah Ria. Pada peresmian butik kedua tersebut hadir Ketua Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf, yang saat itu menyampaikan bahwa bisnis kreatif merupakan bisnis masa depan di Indonesia. “Dibukanya toko off line saya pikir membuat konsumen makin yakin dengan produk yang ditawarkan melalui online, konsumen jadi bisa mememgang langsung produk yang diincarnya di online,” ujarnya.

Carline berharap di bulan Ramadan ini pembukaan butik ini bisa mendorong penjualan menjadi dua kali lipat. Terlebih harga-harga baju rancangan di Cotton Ink lebih murah dari yang ditawarkan gerai-gerai yang ada di Plaza Senayan, namun dengan kualitas dan rancangan yang eksklusif. Carline menegaskan dibukannya toko off line merupakan cara Cotton Ink memperkuat pasar mereka ditengah ekonomi yang melambat. “Kami tidak boleh keduluan pesaing, toko off line ini cara kami lebih kuat di pasar,” ujarnya. Sayang Carline dan Ria menolak menyampaikan angka penjualan Cotton Ink saat ini. Targetnya tahun ini bisa membuka satu lagi butik offline Cotton Ink di Jakarta. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved