Marketing Strategy

Gaya Vivere Promosikan Desainer Lokal

Oleh Admin
Gaya Vivere Promosikan Desainer Lokal

Pada akhir pekan lalu, di Jakarta, perusahanan retail di bidang furnitur, Vivere Multi Kreasi, mengadakan acara diskusi yang bertemakan “Design Now.” Acara itu dihadiri oleh Didiet Maulana, perancang busana, dan Yuni Jie sebagai perancang interior.

Benang merah diskusi itu adalah perancang dan produk lokal Indonesia sebenarnya punya kemampuan untuk unjuk gigi secara nasional dan internasional, tetapi mereka perlu didukung oleh pemerintah dan masyarakat untuk bisa melakukan itu.

Sebagai perancang yang menggunakan kain tradisional Indonesia, Didiet mengatakan, “Bagaimana cara memunculkan kebutuhan memakai (produk khas Indonesia), itu mungkin bisa lewat medium bahwa kalau lo nggak pakai batik nggak keren.” Sementara Yuni berpendapat bahwa pemerintah harus turut andil dalam memajukan para perancang dan produk lokal, seperti yang terjadi di negara-negara lain.

Dan para pembicara di forum itu, termasuk Amy Wirabudi, Editor in Chief InStyle, setuju bahwa pengenalan produk khas Indonesia harus sejak dini. Misalnya, terang Amy, pemakaian produk batik sebagai seragam sekolah dibebaskan dalam hal corak kepada masing-masing siswa. Dengan demikian, para penjual batik pun terbantu. Cara seperti ini ditemukan dia di sekolah anaknya.

Ketika para pembicara tersebut sudah melakukan caranya masing-masing dalam membantu mengenalkan produk khas Indonesia agar lebih popular, Vivere pun punya caranya sendiri. Perusahaan ini berusaha membantu para perancang lokal dengan produknya melalui ajang Vivere Connext.

“Kami lihat bahwa sebenarnya Indonesia, kalau dari segi populasi, kita keempat terbesar. Kalau dari segi sumber daya, kita juga banyak sekali. Makanya saya pikir desainer lokal, produk lokal ini jarang sekali dipromosikan,” ujar William Simiadi, Direktur Vivere, kepada SWA Online.

Mengacu pada kegiatan talkshow, dia berujar bahwa masih banyak masyarakat yang meremehkan kemampuan perancang dan produk lokal. Alhasil, keduanya pun menjadi sulit untuk berkembang hingga skala internasional. “Jadi saya pikir nggak bisa dong, masa kita kalah sama negara-negara lainnya, seperti Thailand, Malaysia, dan lain-lain. Jadi, ya ide ini keluar saja. Saya sama tim sebagai swasta, perusahaan lokal juga, ya kami harus melakukan sesuatu untuk negara kita sendiri.”

Vivere Connext sendiri baru diluncurkan sekitar satu bulan yang lalu. Roadshow telah dilakukan di empat kota, yaitu Bali, Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Dari empat kota itu, Vivere menjaring para perancang lokal yang dianggap mumpuni.

“Nah, dari situ kami kumpulin desainer-desainer muda. Kami berikan penjelasakan ke mereka bahwa kami punya program Vivere Connext, di mana kami akan dukung para desainer muda dengan produk-produk mereka. Kami akan seleksi beberapa yang memang menurut kami bagus, berpotensi,” tambah dia. Para perancang yang dicari adalah mereka yang sudah lulus sekolah, dan telah memiliki sedikit pengalaman. Sejauh ini, kata dia, program ini telah menjaring sekitar 10 orang perancang.

Setelah diseleksi, William mengatakan, para perancang akan diberikan kesempatan untuk memajang karya mereka di toko Vivere dan POP up store Vivere Connext. “Program rencananya terus-terusan. Mungkin bisa setiap 3-4 bulan, kami keluarkan desainer yang berbeda (di toko). Idenya, pokoknya kami akan dukung desainer-desainer muda, yang dulu nggak punya sarana, platform untuk mengekspos diri mereka,” ungkapnya.

“Ini kesempatan saja. Setelah ini mereka mungkin namanya lebih dikenal. Mungkin dia mau kerja sama yang lain, ya silahkan. Kami nggak ada kontrak,” dia menegaskan.

Dan program ini pun rencananya akan dilanjutkan di tahun mendatang. Roadshow Vivere Connext kemungkinan tidak hanya sebatas empat kota. “Kemungkinan berlanjut,” tandas William.(EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved