Strategy zkumparan

Industri Food Service Lesu, Akufood Perkuat Pasar Ritel

Industri Horeka menjadi satu dari beberapa industri yang lesu dihantam wabah Covid-19. Restoran dan katering makanan seketika menjadi sepi. Akufood sebagai produsen saos dan bumbu pendukung jaringan restoran dan katering besar di Indonesia juga ikut merasakan dampaknya. Manufaktur yang berlokasi di Cikarang –Jawa Barat ini memang tumbuh besar berkat pasar B2B yang digarapnya. Jaringan restoran seperti Grup Ismaya, KFC, Shangri-La Hotel, Grand Hyatt di antara daftar mitranya di pasar B2B. Ketika wabah covid-19 melanda Indonesia sejak Maret lalu, Akufood kehilangan lebih dari separuh pejualannya di pasar B2B.

“Ya ada penurunan di food service, ini wajar karena restoran dan hotel kan yang paling terdampak dari wabah ini,” ujar Jureke Kusuma, Presiden Direktur Akufood saat dihubungi Swaonline lewat telepon Minggu 5/4/2020 lalu.

Meski demikian, kata Jureke, pihaknya tetap punya harapan. Pasalnya sejak 2019 lalu Akufood sudah mulai serius menggarap pasar ritel. “Kami bersyukur langkah ini diambil sejak tahun lalu, sekarang sudah kelihatan pertumbuhannya, jadi ibaratnya kaki kami masih ada satu lagi yang bisa jalan,” ungkapnya.

Jureke mengaku penjualan lewat jaringan ritel sejak awal Januari 2020 tumbuh 40 %. Tak hanya masuk ke jaringan swalayan, Akufood juga manggandeng beberapa e-commerce dengan membuka official store-nya di sana.

Tak hanya itu, komunikasi pemasarannya pun disesuaikan dengan kondisi masyarakat saat ini. “Kondisi seperti ini kan orang banyak memasak di rumah tetapi juga pasti dengan bahan yang seadanya karena susah kalu mau beli keluar, makanya komunikasi pemasaran kami banyak membagikan tips-tips mudah dan murah memasak dengan bumbu-bumbu kami, jika sebelumnya komunikasinya banyak ke UMKM makanan sekarang kami juga mengkomunikasikan ke para Ibu di rumah bagaimana memasak hemat tapi sehat,” jelas Jureke.

Menurutnya, produk Kikkoman, merek bumbu masak di bawah Akufood diproses degan cara fermentasi tanpa pengawet dan kimia sintetik selama minimal 6 bulan sehingga bisa di pakai tanpa perlu tambahan bumbu segar seperti bawang putih.

“Kami berusaha untuk mengeluarkan banyak produk yang ready to use tanpa menggunakan banyak bahan baku yang harga nya naik turun,” jelasnya. Mengacu pada prediksi para ahli ekonomi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir 2020 hanya berkisar 2,5%, maka Akufood juga sudah menyiapkan rencana menghadapi kondisi tersebut.

“Kami akan fokuskan bagaimana membangun tren bisnis makanan UMKM baru yaitu harga UMKM tetapi rasa dan kualitas sajian makanan seperti di hotel bintang lima,”ujar Jureke.

Jureke yakin meski ekonomi melemah, tetapi makanan tetap dibutuhkan orang, sehingga bisnis ini tidak akan pernah mati. Hanya perlu strategi yang tepat. Di tengah wabah ini pun produksi dan distribusi Akufood tetap jalan, dalam satu hari Akufood menjalankan 5 lines yang mampu mmeproduksi 5 ton saus botol per jam.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved