Management Strategy

Industri Pengalengan Ikan Masih Impor Bahan Baku

Industri Pengalengan Ikan Masih Impor Bahan Baku

Indonesia punya wilayah perairan laut yang luas dengan potensi ikan melimpah. Sayangnya, pengusaha ikan kaleng belum bisa mendapat kepastian pasokan bahan baku. Pemerintah pun mengambil jalan pintas dengan memberi izin impor, hingga kini. Kebijakan inilah yang disesali Ketua Harian Asosiasi Pengusaha Ikan dalam Kemasan (APIKI) Ady Surya. “Problem suplai ikan, kesulitan bahan baku itu sudah dialami, khususnya di Bitung sejak 1993 silam. Itulah kenapa Asosiasi Pengalengan Ikan didirikan. Saat itu, industri perikanan mulai tumbuh. Belum dalam tahap mengolah, tapi ekspor gelondongan,” katanya kepada SWA.

Pengusaha saat itu menjadikan cold storage sebagai tempat penyimpanan sekaligus pembekuan ikan sebelum diekspor. Sayang, pasokan bahan baku tidak stabil, volumenya bahkan mengecil karena pangsa tangkapannya tetap. Saat itu, ikan lebih banyak diambil kelompok industri yang tidak mengolah tetapi langsung mengekspor. Pemerintah juga kesulitan mendorong ikan-ikan hasil tangkapan nelayan dibawa ke darat. “Praktik itu terjadi hingga saat ini dengan bentuk yang tidak berubah-ubah. Alat tangkap di Indonesia belum maju, kalah dengan kapal-kapal asing yang bisa menangkap dalam jumlah besar,” katanya.

Hingga terjadilah hal yang tidak diinginkan. Stok ikan, misalnya ikan lemuru sebagai bahan baku ikan sarden merosot tajam sejak 2010 di Selat Bali. Pengusaha kebingungan mencari pasokan ikan. Pemerintah pun terkesan lepas tangan dan memilih solusi sementara, yakni impor ikan untuk bahan baku dari negara lain. Pengusaha harus mengimpor bahan baku ikan kaleng dari Pakistan, Republik Chek, dan China. Ada juga pengusaha yang harus menempuh jarak yang jauh untuk mencari sumber bahan baku, seperti dari India, Yaman, dan bahkan Peru.

Ketua Harian Asosiasi Pengusaha Ikan dalam Kemasan (APIKI) Ady Surya

Ketua Harian Asosiasi Pengusaha Ikan dalam Kemasan (APIKI) Ady Surya

“Masalahnya, impor ini terkait dengan regulasi yang dibuat pemerintah. Negeri ini belum merancang menangkap ikan dengan cara bagaimana, alatnya apa, di mana, jenisnya apa, jumlahnya berapa, untuk apa. Belum ada planning seperti itu. Harusnya ada prioritas, misalnya untuk industri pengolahan sekian dan konsumsi langsung sekian,” katanya.

Itulah yang dikhawatirkan Ady. Pasokan bahan baku yang tidak stabil akan mengancam keberlangsungan produksi. Operasional pabrik yang tertatih-tatih bisa berujung pada penurunan pendapatan dan akhirnya pengurangan karyawan (PHK) yang efek sosialnya akan jauh lebih besar. Pemerintah sebenarnya memiliki banyak ilmuwan yang bisa melakukan penelitian tentang keberadaan bahan baku sarden. “Sampai sekarang tidak ada yang jelas. Kalaupun ada yang dikirim untuk melakukan riset, tidak ada yang bisa menjawab (kebutuhan informasi para pengusaha),” katanya.

Dari total kapasitas produksi pengalengan ikan nasional yang mencapai 350.000 ton per tahun, pengusaha hanya bisa memproduksi separuhnya akibat mahalnya harga bahan baku ikan, seperti cakalang dan ikan lemuru. Sebagian besar hasil produksi ikan kaleng nasional juga lebih menyasar pasar ekspor, karena mengejar harga yang lebih baik dibandingkan dalam negeri.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved