Management Editor's Choice Strategy

Jelang MEA, JIExpo Berbenah

Jelang MEA, JIExpo Berbenah

Era Masyarakat Ekonomi ASEAN akan mulai bergulir akhir tahun ini. Industri pameran (MICE) pun akan kian ketat. PT Jakarta International Expo mulai berbenah agar bisa terus bersaing. Menurut Direktur Pemasaran JIExpo Ralph Scheunemann, pembenahan adalah harga mati untuk menjaga kepercayaan masyarakat dan pelanggan. Apalagi, pengelola Jakarta Fair ini mulai mendapat saingan dari Dyandra Promosindo.

Ralph Scheunemann, Direktur Pemasaran JIEXPO

Ralph Scheunemann, Direktur Pemasaran JIEXPO

“Kami masih yakin JIExpo masih lebih banyak dipilih. Kuncinya adalah pembangunan Hall baru untuk menampung banyak permintaan. Jika tidak, kami bisa kehilangan peluang,” katanya di Plaza Indonesia, Senin (16/2).

Dalam pandangannya, industri MICE akan terus berkembang di Tanah Air, terutama di Jakarta sebagai pusat pameran, eksibisi, dan konvensi internasional. Pasar yang melimpah adalah sasaran utama pengusaha untuk memamerkan produksinya. “Perkiraan saya, industri MICE di Tanah Air secara keseluruhan akan tumbuh 10%. Namun, masih kalah dari Tiongkok yang angkanya bisa mencapai 20%. Sementara, di Eropa cenderung stagnan,” katanya.

Tahun ini, JIExpo tengah membangun Hall baru seluas 10 ribu meter persegi. Itu akan menambah luas wilayah pameran sebelumnya yang hanya 100 ribu meter persegi. “Dua-tiga tahun ke depan, kami akan membangun (hall) baru lagi seluas 12 ribu meter persegi. Industri pameran akan terus menanjak. Jika (kapasitas) kami sudah mentok, luberannya akan mengalir ke pesaing,” katanya.

Rata-rata biaya sewa lahan untuk pameran mencapai 3,5-4 juta per meter persegi untuk sekali pameran yang rata-rata berlangsung selama empat hari. Dengan banyaknya pameran yang digelar, baik digelar JIExpo sendiri, pemerintah, atau pihak Event Organizer lain.

JIExpo merupakan penyelenggara Jakarta Fair, Trade Expo (mendukung Kemendag), JobFair (mendukung Kemenakertrans) , Cap Go Meh Festival dan Palent (pameran audio). “Surabaya, Medan, dan Palembang memang Kota terbesar untuk penyelenggaraan pameran nasional. Bali lebih dikenal sebagai pusat konvensi. Namun, pameran internasional masih lebih banyak digelar di Jakarta,” kata Ralph.

Potensi besar di industri ini, lanjut dia, mestinya menjadi perhatian utama pemerintah. Ia tak menampik potensi pendapatan yang bakal masuk ke JIExpo. Namun, efek turunan dari penyelenggaraan pameran, akan jauh lebih besar lagi.

Sebut saja pameran Indo Defence yang baru saja digelar. Pameran ini menampilkan sejumlah peralatan dan kendaraan militer yang digunakan negara-negara peserta. Para peserta pameran masing-masing menempati stan di hampir semua arena kompleks Jakarta International Expo, Kemayoran. Pameran ini diikuti sekitar 15 ribu delegasi dan 600 perusahaan dari 50 negara.

“Bayangkan, pameran ini digelar G to G (antarpemerintah). Transaksinya jutaan USD. Itu belum termasuk pemasukan yang diterima hotel-hotel tempat para peserta pameran menginap. Itu nilainya jauh lebih besar. Penerimaan pajak juga terangkat,” katanya.

JIExpo pantas berbenah. Jika tidak, pendapatan mereka akan merosot. Para pesaing mereka yaitu JCC Senayan dan ICE di BSD tentu juga sudah punya jurus andalan untuk menjaga eksistensinya di tahun-tahun mendatang.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved