Management Strategy

Mau Omset Batik Rp900 Juta/Bulan, Intip Jurus Sanubari!

Mau Omset Batik Rp900 Juta/Bulan, Intip Jurus Sanubari!

Siapa yang tidak mengetahui salah satu warisan lokal budaya Indonesia, yaitu batik. Kini batik tidak lagi hanya identik sebagai busana formal yang hanya dapat digunakan oleh orang tua saja, namun juga semakin digandrungi oleh anak muda. Brand-brand batik baru pun bermunculan. Tentunya dengan konsep dan keunikannya masing-masing.

Salah satu pemain baru di industri fashion batik di Indonesia adalah Sanubari Batik. Memulai bisnis tidak harus selalu dengan apa yang kita suka. Hal inilah yang dilakukan oleh Albert Palit, Founder Sanubari Batik. “Saya itu tidak suka batik. Tapi karena itulah saya ingin membuat sesuatu yang bisa dipakai semua kalangan baik tua, muda bahkan anak-anak. Mindset saya adalah Batik is not traditional product, bukan hanya baju yang bisa dipakai oleh Pak Lurah dan Bu Lurah. Tapi batik bisa untuk young profesional,” cerita Albert.

batik

Demi mendapatkan produk batik terbaik, Albert rela melakukan riseth ke kota batik di Pekalongan, Jawa Tengah. Meskipun melakukan riset, namun tidak mudah bagi Albert untuk mendapatkan partner pengrajin yang sesuai dengan visinya. “Karena saya bergerak di industri ritel, tentunya saya ingin produksi batik dalam jumlah banyak. Ketika saya tanyakan ke mereka, para pengrajin tersebut mengatakan tidak bisa memproduksi batik dalam jumlah banyak. Agak sulit melakukan pendekatan dengan mereka,” kenang Albert.

Menemui hambatan dalam melakukan pendekatan dengan para pengrajin, tidak menjadi penghalang bagi Albert untuk terus berusaha. Ia mencari cara agar komunikasi yang terjadi antara dia dan para pengrajin menemukan titik temu. “Saya cari cara. Pertam, saya tanya ke mereka, apa mereka bisa membuat batik seragam sekolah. Dan ternyata jawaban mereka bisa. Dari sana saya pikir, apa bedanya membuat seragam sekolah dengan produksi batik dalam jumlah banyak,” kata dia.

Setiap brand tentunya memiliki ciri khas yang ditonjolkan sebagai nilai jual bagi konsumen. Begitu pula Sanubari Batik. Brand ini menawarkan fitting yang berbeda untuk produk yang dijual. “Kita ada khasnya, jas Sanubari ini ada Sanubari Classic fit dan modern fit. Kalau untuk classic fit untuk yang reguler jadi lebih formal. Sedangkan untuk modern fit ini bisa dibilang slim fit yang biasa dipakai anak muda. Dan untuk yang slim fit milik kami benar-benar mengikuti bentuk tubuh walupun tidak customized,” lanjutnya.

Kini Sanubari Batik sudah memiliki store di Resto Cimory Riverside, Bogor. Dengan lahan awal seluas 200 meter persegi, kini Sanubari sudah meluaskan toko menjadi 400 meter persegi. Uniknya, toko ini tidak hanya menjual batik dengan brand Sanubari Batik, tapi konsepnya ialah menjadi platform bagi Indonesia heritage product. “Jadi Sanubari ini konsepnya juga menjual produk lain seperti batik Semar, Bateeq, bahkan sepatu juga ada. Jadi supplier titip ke kami, baik untuk online ataupun offline seperti itu,” jelas Albert. Meskipun berusia belum genap satu tahun, tapi Sanubari berhasil mengantongi omset hingga Rp 800-900 juta dalam waktu satu bulan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved