Strategy zkumparan

Mengapa Penting Bagi BUMN Ekspansi ke Luar Negeri ?

Acara penandatangan kontrak jual beli antara PT INKA dan PNR (Philippines National Railways) pada Rabu 30/5/2018 lalu di Manila, Filipina berjalan lancar .

Penandatangan itu disaksikan oleh Chairman PNR, Arthur Tugade; General Manager of PNR, Jun Magno; Direktur Utama PT INKA Novi Budiantoro dan Menteri BUMN Rini Soemarno.

Kontrak tersebut adalah untuk menjalankan pembelian empat trainset Diesel Multiple Unit atau Kereta Rel Diesel (KRD) dengan nilai US$21,4 juta, serta pembelian tiga lokomotif dan 15 kereta penumpang senilai US$ 21,1 juta.

Tak hanya INKA yang mendapatkan kontrak jual beli di Filipina, PT Wijaya Karya/WIKA (Persero) juga mengantongi kontrak baru pada kesempatan tersebut. WIKA menandatangani nota kesepahaman dengan Citra Manila Consortium yang terdiri dari PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk, PT Citra Persada Infrastruktur, dan CLGP Philipine Holding Inc terkait proyek pembangunan jalan tol elevated sepanjang 18 kilometer yang akan menghubungkan Metro Manila dengan wilayah Taging. Proyek ini akan mulai dikerjakan pada Januari 2019 mendatang dan ditargetkan selesai pada Desember 2022. proyek dengan nilai US$1,25 miliar ini didanai langsung oleh pemerintah Filipina.

Di bidang perbankan, perusahaan plat merah asal Indonesia, PT Bank Mandiri (Persero) juga tak cepat menggarap pasar Filipina. Dalam kesempatan itu Rini juga bertemu dengan Menteri Keuangan Filipina dan Kepala Bank Sentral Filipina guna membahas rencana pengembangan bisnis ritel PT Bank Mandiri (persero) Tbk di negara tersebut.

“Keberhasilan ekspansi INKA dan WIKA ini menjadi bukti bahwa BUMN kita kuat, andal dan dipertimbangkan di luar negeri,” ungkap Rini.

Sebenarnya ini bukan untuk pertama kalinya BUMN Indonesia melebarkan sayap ke luar negeri. Empat tahun yang lalu, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk juga sudah menggarap suburnya pasar di Vietnam.

Dalam wawancaranya dengan SWA Online, Direktur Utama PT Semen Indonesia kala itu, Dwi Soetjipto dengan jelas mengungkapkan mengapa penting bagi BUMN untuk melebarkan sayap bisnis ke pasar luar negeri?.

Menurut Dwi, dalam mengelola bisnis, yang harus dipahami adalah adanya risiko bisnis. Manakala perusahaan hanya bermain di satu tempat, maka risiko bisnisnya 100% dipengaruhi oleh tempat tersebut. Kalau tempat itu sedang baik, maka bisnisnya bagus. Tetapi kalau sedang tidak baik, ada krisis misalnya, maka seluruh bisnisnya bisa langsung rontok. Oleh karena itu, di dalam risiko bisnis, jangan hanya meletakkan telur di satu keranjang.

“Kenapa sih perusahaan-perusahaan global kok ada konsep globalisasi? Karena orang ingin mencari alternatif yang terbaik di mana dia memproduksi dan di mana dia membagi risiko. Kalau orang lain bisa go international, kenapa orang Indonesia takut?” ujar Dwi.

Lebih lanjut Dwi menekankan intinya yaitu mengatasi risk management dan market expantion. Kala itu jika Semen Indonesia hanya mengandalkan pasar Indonesia, maka pertumbuhannya hanya sekitar 5-6%. Dwi memutuskan untuk menjalankan strategi tersebut agar bisnisnya bertumbuh lebih besar lagi.

Pertimbangan yang ketiga, adalah untuk menghadapi pasar bebas ASEAN, kalau bisnis tidak memiliki kekuatan bersaing secara regional, maka sudah barang tentu bisa kalah dalam jangka panjang. “Kalau kami hanya menutup diri di satu tempat, sedangkan orang lain ekspansi ke mana-mana. Oleh karena itu, Semen Indonesia harus proaktif untuk ke luar,” ungkapnya.

Kemudian, kenapa ASEAN? Yang pertama, ketika sebuah perusahaan ekspansi dan beroperasi di suatu negara yang lain, maka yang menjadi the most problem-nya adalah culture gap. Terkadang karena culture gap, bisnis bisa gagal. Oleh karena itu, sebelum melangkah lebih jauh, Dwi memilih ASEAN yang culture gap-nya sedikit.

BUMN Indonesia lainnya yang juga sudah berhasil melebarkan bisnis di pasar global antara lain PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) melalui anak usahanya Telin, agresif menggarap program International Expansion (Inex). Telin telah beroperasi di Singapura, Hong Kong, Timor Leste, Australia, Malaysia, Amerika Serikat, Myanmar, Macau, Taiwan, Selandia Baru, dan Arab Saudi. Bisnis yang digeluti Telin di antaranya platform, managed network & security, data center, connectivity, dan lainnya.

Telin mengelola 19 kabel laut internasional dengan panjang hingga 163.5 ribu kilometer atau empat kali keliling khatulistiwa, memiliki 57 Point of Presence (PoP) di 27 negara, dan mengelola 4 data center di luar negeri dengan merek NeutcentrIX.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved