Management Strategy

Mengapa Revenue Jiwasraya Bisa Naik 62%?

IMG_5891

Perusahaan asuransi Jiwasraya berhasil mengalami pertumbuhan revenue 62% di tahun lalu. Apa yang menjadi raahasia Jiwasraya hingga meraih pertumbuhan revemue yang tingi itu?

De Yong Adrian, Direktur Pemasaran Jiwasraya, mengungkapkan ada 3 jurus yang Jiwasraya lakukan. Pertama, mencari market baru. Jiwasraya memasuki pasar yang kompetitor lain tidak memperhatikan. Jiwasraya melihat daya beli agak menurun di 2015, sehingga pihaknya mendorong pasar yang sifatnya komunitas. “Di Indonesia ternyata banyak komunitas yang memiliki daya beli ekonomi yang cukup tinggi. Ketika ekonomi makro jatuh, banyak orang yang takut bermain saham, reksadana, dan lain sebagainya sehingga uang yang nganggur banyak. Disinilah kami masuk,” ujarnya. ketika kompetitor menyerbu pasar unit link, Jiwasraya justru memaksimalkan produk dwiguna yang memberikan kepastian imbal hasil dan perlindungan jiwa.

Kedua, membuat channel baru. Selain bekerja sama dengan bank, Jiwasraya juga bermitra dengan komunitas yang memiliki jaringan luas. Nasabah dapat mendapatkan produk Jiwasraya di beberapa bank seperti Standard Chartered, ANZ, BRI, dan Victoria.

Ketiga, membuat produk yang lebih spesifik untuk konsumen yang tidak puas dengan produk yang sudah ada. Banyakanya pasangan muda yang memiliki anak di Indonesia cukup mendorong pertumbuhan Jiwasraya tahun lalu. Kesadaran untuk mempersiapkan kebutuhan anak sudah mulai meningkat. Untuk itu, ada beberapa produk yang dikhususkan untuk segmen ini.

Sebagai Badan Usaha Miliki Negara (BUMN), pemerintah menargetkan Jiwasraya dapat menguasai 40% market industri asuransi jiwa di tahun 2019. Tahun ini, Jiwasraya menargetkan pertumbuhan revenue 70%. Ada beberapa strategi yang akan dijalankan Jiwasraya untuk mencapai target tersebut. Pertama, menggarap pasar tenaga aktif yang menjelang pension. “Di Indonesia ada kurang lebih 14 juta pekerja, dari jumlah itu sekitar 7% akan pensiun dalam 1-5 tahun kedepan. Peluangnya besar,” kata Adrian. Produk untuk segmen ini sudah diluncurkan sejak Februari lalu dan sudah mencetak laba Rp 816 miliar.

Kedua, meningkatkan rebranding. Salah satu masalah yang dihadapi Jiwasraya adalah brand image. Jiwasraya dipersepsikan sebagai perusahaan yang kurang modern, sehingga tidak menjadi Top Of Mind calon nasabah atau nasabah yang lebih memilih untuk membeli produk asuransi jiwa dari perusahaan lain. Untuk mendukung kegiatan revitalisasi brand, dibutuhkan brand endorser sebagai pendorong dan pendukung menghidupkan kembali brand Jiwasraya di masyarakat.

Menurut survei dari Nielsen Media bahwa sebanyak 52% penduduk Indonesia gemar sepak bola, urutan ke-3 dengan suporter fanatik di dunia dan peringkat nomor satu di dunia dengan jumlah Facebook fans terbanyak untuk kategori klub sepak bola.

Pada tahun 2014, Jiwasraya mengumpulkan data terkait sebagai dasar kajian dalam menentukan penggunaan brand endorser klub sepak bola dengan mengundang perwakilan klub sepak bola liga Inggris di Indonesia. Melalui pengkajian cost dan benefit, diputuskan bahwa Manchester City yang akan menjadi brand endorser Jiwasraya. Investasi promosi dalam membangun brand Jiwasraya melalui program revitalisasi brand sebesar Rp 46 miliar sudah termasuk biaya kerja sama dengan brand endorser.

Ketiga, Jiwasraya akan mulai memperbaiki sistem IT. Digitalisasi marketing akan dimulai pada April mendatang. Nantinya Jiwasraya akan meluncurkan aplikasi yang ditunjukkan untuk calon nasabah agar nasabah dapat melakukan mengetahui produk mana yang paling tepat untuknya. “Nanti nasabah bisa melakukan simulasi dana yang dimiliki sebaiknya untuk apa saja,” jelas Adrian. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved